Sempat Dikritik Kini Jadi Produk Unggulan Desa
”Saya coba pake dodol awalnya kurang enak, ternyata masuk ke gigi. Lalu kita buat lah brownies. Masih diprotes lagi ini mah brownies saja, dodolnya nggak ada,” katanya saat ditemui Metropolitan. Ia melanjutkan, percobaan untuk membuat brownies dodol telah ia lakukan sejak Juni Sekitar satu bulan penuh ia gagal dan terus mencoba untuk menciptakan brownies dodol yang sempurna.
Seiring waktu, Julia mulai mendapatkan resep yang cukup sempurna dalam meracik adonan brownies dodol ini. ”Saya belajar sampai buka-buka blog pecinta brownies, belajar banget sampai saya tentukan segmentasi, target pasarnya,” ungkapnya.
Awal Juli, akhirnya ia berhasil membuat brownies dodol yang pas. Produk browniesnya itu masuk program BUMDes Bojonggede dan mendapatkan pembiayaan. ”Disetujuinya 7 Juli, tapi masih dikritik karena belum pas, nggak ada bedanya sama brownies biasa. Tapi saya terus coba lagi dan akhirnya bisa membuat brownies dodol yang sesuai ekspektasi,” ungkapnya.
Saat diicip, rasa cokelat pada browniesnya sangat terasa. Teksturnya lembut dan tampilannya menarik. Apalagi, ditambah legitnya dodol yang sembunyi di tengah-tengahnya menjadi yang dinanti saat melahap brownies.
Produk brownies dodol ini mulai bisa dipesan sejak Juli melalui media sosial. Selain itu, produk ini juga dijual di lapak produk binaan BUMDes di kantor Desa Bojonggede.
”Pemasarannya lewat desa. Kita juga ikuti even ini dari masyarakat, misal dari acara senam pagi kita roadshow keliling sama kegiatan masyarakat sambil diramaikan bazaar dan grand opening,” tuturnya.
Rencananya, produk brownies dodol ini akan diajak road show empat bulan ke depan mulai Oktober. Selain pemasaran secara langsung, Julia juga bakal menjaring reseller.
Untuk sekotak brownies dibanderol sekitar Rp50 ribu dan bisa tahan sampai tujuh hari. Brownies dodol ini cocok untuk pilihan oleh-oleh saat berkunjung ke Bogor atau bisa juga sebagai kue ulang tahun.
0 Komentar