Angka Kematian Ibu dan Bayi di Kota Bogor Meningkat
Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mencatat angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) setiap tahunnya di Kota Bogor terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Hal tersebut dikarenakan masih tingginya faktor penyakit dan faktor usia pada ibu hamil.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor AKI di tahun 2014, tercatat sejumlah enam kasus dan naik jumlahnya menjadi 21 di tahun 2015. Begitu juga dengan AKB, semula tercatat sebanyak 55 kasus di tahun 2014, kemudian naik menjadi 65 kasus di tahun 2015.
"Artinya, tren ini naik terus dalam dua-tiga tahun terakhir. Memang seperti sudah disampaikan Kepala Dinkes, ada beberapa hal yang menjadi penyebab tingginya AKI dan AKB ini," kata Bima, saat melakukan rapat koordinasi bulan pemeriksaan ibu hamil Dinas Kesehatan Kota Bogor di Ruang Rapat I Balaikota, Rabu (13/4/2016).
Bima menambahkan, selain faktor penyakit dan kendala dalam proses persalinan, yang turut menjadi penyebab tingginya AKI dan AKB ini karena 4T dan Terlambat yaitu, terlalu sering melahirkan, terlalu tua usianya saat hamil atau melahirkan, terlalu muda usia saat kehamilan, dan terlalu rapat jarak kehamilan serta terlambat saat mendeteksi kehamilan dan terlambat mencari atau mendapatkan fasilitas kesehatan.
"Jadi memang banyak hal yang harus terus disampaikan kepada warga, khususnya mengenai 4T dan Terlambat ini. Karena memang persoalan kehamilan ini adalah persoalan yang harus menjadi perhatian dan komitmen bersama," ungkap Bima.
Untuk itu, Pemkot Bogor akan melakukan pendeteksian lebih dini kepada ibu-ibu hamil dan lakukan sosialiasasi ke masyarakat tentang 4T dan Terlambat dan lakukan koordinasi dengan dengan dinas terkait untuk menekan AKI dan AKB di Kota Bogor
"Selain sosialisasi, kita juga terus koordinasi dengan Disdukcapil, Dinsosnakertrans, BPMKB, Dinkes termasuk para Camat, Lurah, dan kader PKK untuk melakukan pendeteksian ibu-ibu hamil," pungkasnya.