Pelat F Versus B; Balada Kemacetan di Kota Hujan

Selama dua akhir pekan berturut, tepatnya Sabtu dan Minggu, kemacetan di Bogor kian menjadi-jadi seiring dengan serbuan ribuan wisatawan baik lokal maupun luar negeri.

Seperti yang terjadi pada Minggu (15/5/2016) hari ini, tiga jalan besar nan ‘seksi’ di Bogor yakni Jalan Padjajaran, Jalan Otista, dan Jalan Djuanda, dikerumuni oleh ratusan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat.

Titik terparah adalah Jalan Otista, yakni hulu atau titik awal Sistem Satu Arah (SSA) seputaran kawasan Kebun Raya Bogor (KRB), di mana bertemunya sejumlah kendaraan dari dua arus jalan simpang Tugu Kujang.

Dari pantauan Pojokjabar di lapangan, mobil pribadi mendominasi lalu lintas di tiga jalan yang memiliki nilai jual mahal di Kota Sejuta Angkot itu ketimbang angkot dan sepeda motor. Namun, tak jarang pula didapati mobil dengan pelat B alias dari Jakarta dari sekian banyak mobil pelat F.

Kevin (26), salah seorang pelancong dari Jakarta mengatakan, dirinya memang sering berlibur akhir pekan ke Bogor untuk menikmati sejumlah tempat wisata seperti Kebun Raya Bogor, Puncak, atau tempat kulinernya. “Sabtu atau Minggu, saya memang sering ke sini, kadang sama keluarga, kadang sama teman. Bogor itu asyik sih, walaupun macet, tapi di Jakarta macet itu kan sudah biasa, jadi saya juga sudah biasa,” kata Kevin.

Begitu juga Fatma (36), warga Jakarta yang ingin memboyong anak-anaknya untuk berlibur ke Kebun Raya Bogor, memilih waktu Sabtu atau Minggu sebagai hari yang tepat untuk ke Bogor. “Apalagi Senin (16/4/2016) besok kan anak SD kelas 1 sampai 5 libur karena ujian. Jadi liburan deh ke Bogor, pengen ke Kebun Raya Bogor kebetulan hari ini,” ujarnya.

Ya, bercampurnya kendaraan pelat F dan B di jalan rawan macet Bogor memang pemandangan yang super lazim bagi Kota Hujan ini. Meski beberapa waktu lalu, sempat terjadi ‘konflik’ antara Bogor versus Jakarta. Yaitu, kendaraan Jakarta dilarang masuk ke Bogor, pun sebaliknya.

Namun yang pasti, menurut Hamid (46), warga Tanah Sareal, kemacetan di tiga jalan tersebut sampai kapanpun tak akan bisa dihindari karena jumlah kendaraan yang kian hari kian meningkat sedangkan luas jalan tidak ‘menggemuk’.

“Saya kira Bogor akan tetap macet sampai beberapa tahun ke depan, karena kondisinya yang pakai motor dan mobil makin banyak, terus jalannya gak lebar-lebar, mentok gitu aja. Jadi mungkin perlu solusi jitu lainnya agar tidak terjadi macet,” tukas dia.

(izo/pojokjabar)