Pemerintah Kabupaten Bogor kembali bikin gebrakan yang bukan cuma menarik mata, tapi juga menyentuh sejarah bangsa. Di kawasan Simpang Empat Kandang Roda, Pakansari, Cibinong, berdirilah sebuah monumen baru yang cukup nyentrik: Tugu Helikopter. Pembangunan tugu ini jadi bagian dari penataan kota, tapi bukan sekadar pemanis kota—ini juga bentuk penghormatan terhadap sejarah kedirgantaraan Indonesia.
Bupati Bogor, Rudy Susmanto, menjelaskan bahwa proyek ini merupakan kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Bogor, Lanud Atang Sendjaja, dan pihak swasta melalui program tanggung jawab sosial perusahaan alias CSR. “Sebelumnya, lokasi itu merupakan lahan kosong yang belum dimanfaatkan. Sekarang kita tata sekaligus mengenang bahwa Kabupaten Bogor adalah homebase helikopter TNI terbesar di Indonesia,” ujar Rudy saat ditemui di Bogor, Minggu.
Helikopter yang dipajang di tengah tugu itu bukan barang baru dibeli, lho. Itu adalah helikopter Puma yang memang sudah pensiun dari tugas terbang. Selama aktif, heli ini digunakan untuk berbagai misi penting, baik dalam negeri maupun di luar negeri. Sekarang, alih-alih masuk museum atau gudang, dia berdiri tegap jadi penanda sejarah di tengah kota.
Tugu Helikopter ini bukan yang pertama, karena sebelumnya, Pemkab Bogor juga telah membangun monumen serupa di kawasan Puncak. Lokasi pembangunan yang di Puncak itu juga bukan sembarang tempat—di sanalah Laksamana RE Martadinata, salah satu pahlawan nasional kita, gugur dalam tugas. “Tugu itu juga akan kita perbaiki agar tetap menjadi pengingat masyarakat terhadap sejarah bangsa,” kata Rudy.
Secara tidak langsung, Pemkab Bogor lagi-lagi menunjukkan kalau estetika kota bisa digabung dengan muatan nilai sejarah. Pembangunan tugu ini bukan cuma urusan mempercantik kota, tapi juga simbol penghormatan terhadap jasa para prajurit. “Kita terus berupaya mempercantik Kabupaten Bogor dan mengajak masyarakat untuk berkontribusi membangun daerah,” tambah Rudy.
Yang menarik, tugu ini bukan sekadar objek statis yang bisa dipandangi lalu dilupakan. Ia punya daya tarik visual yang cukup kuat, membuat kawasan Kandang Roda kini jadi spot baru untuk masyarakat yang ingin berfoto atau sekadar menikmati suasana kota yang makin tertata. Keberadaan tugu ini bisa jadi pemantik munculnya titik-titik keramaian baru yang hidup, tanpa harus merusak keseimbangan kota.
Selain itu, dengan memanfaatkan helikopter bekas, langkah ini juga terbilang efisien. Daripada rongsokan sejarah ini dibiarkan usang di gudang militer, lebih baik diangkat jadi simbol kebanggaan daerah. Dan siapa tahu, ini bisa jadi pemicu ketertarikan generasi muda terhadap dunia dirgantara. Ada nuansa edukatif yang disisipkan dalam diamnya monumen itu.
Langkah Pemkab Bogor ini juga bisa dilihat sebagai bagian dari strategi branding kota. Dengan menampilkan ikon-ikon kuat seperti Tugu Helikopter, identitas Kabupaten Bogor jadi makin kentara. Ini penting dalam persaingan antar daerah yang makin kompetitif, apalagi dalam hal menarik wisatawan maupun investor.
Di sisi lain, program ini juga mencerminkan sinergi antar lembaga yang sehat. Pemda, TNI AU, dan swasta bisa duduk bareng dan bekerja sama dalam satu proyek yang berdampak positif secara jangka panjang. Hal semacam ini idealnya bukan jadi pengecualian, tapi jadi pola yang berkelanjutan dalam pembangunan daerah.
Ke depan, akan menarik jika ikon-ikon sejarah lainnya juga dipoles dan dihidupkan kembali lewat pendekatan serupa. Kabupaten Bogor punya banyak titik sejarah yang bisa dikelola jadi elemen visual kota sekaligus media pembelajaran publik. Bayangkan kalau tiap sudut kota punya "cerita" yang bisa dibaca, dilihat, dan dirasakan langsung oleh masyarakat.
Membangun tugu memang bukan hal baru, tapi membuat tugu yang hidup dan bermakna tentu bukan perkara gampang. Diperlukan visi yang tidak hanya soal estetika, tapi juga pemahaman terhadap identitas lokal dan sejarah bangsa. Dan dalam hal ini, Tugu Helikopter di Cibinong tampaknya berhasil menyatukan itu semua dalam satu bingkai.
Jadi, kalau kamu lewat kawasan Kandang Roda dan melihat helikopter besar terpajang megah di tengah kota, ingatlah bahwa itu bukan sekadar besi tua. Ia adalah potongan sejarah yang kini bersanding dengan masa depan. Dan mungkin, di balik baling-baling diamnya, ada semangat bangsa yang terus ingin terbang lebih tinggi.
0Komentar