Ragam Cerita Korban Tipu-tipu Toko Online di Bogor, Modal Percaya, Gagal Belanja


Akhir pekan kemarin, Radar Bogor membuka nomor dan alamat surel bagi warga Bogor yang pernah tertipu belanja daring.

Redaksi mempersilakan pembaca untuk berbagi pengalaman mereka, sehingga menjadi pelajaran bagi pembaca lainnya. Salah satu cerita, seperti yang dialami Fadilla, warga Empang, Bogor Selatan, Kota Bogor.

Begini penuturan Fadilla; Pengalaman adalah pelajaran berharga. Tepatnya hampir satu tahun yang lalu, karena adanya online shop, memang memudahkan kita untuk membeli atau menjual suatu barang.

Saat itu, mendekati lebaran Idul Fitri, saya tertarik dengan salah satu penjual baju di salah satu website dan harga yang ditawarkan pun cocok. Akhirnya, saya membelinya.

Setelah order selesai dan menunggu selama tiga hari, baju yang dipesan akhrinya sampai. Tapi apalah daya, barang yang diterima ternyata tidak sesuai dengan barang yang ditawarkan.. Cukup kecewa, karena harapannya baju yang sampai itu bagus dan sesuai warnanya. Nyatanya tidak.

Bisa komplain sih, tapi tanggapan seller tidak mengenakan, dan dia bilang “memang seperti itu sis, bahannya.” Tapi ya, udahlah ya. Berhubung barangnya sudah sampai dan sudah mendekati lebaran, lalu ekspedisi juga sudah mulai sibuk, jadi terpaksa saya terima saja.

Tapi yang terpenting dari situ bisa, diambil pelajaran bahwa harus berhati-hati lagi. Lebih detail lagi dalam membeli melalui online shop. Cek testimoni dan minta real pic dan jangan sampai hal tersebut terulang kembali.

Pengalaman pahit berikutnya dialami Ace Ara, warga Sukaraja, Kabupaten Bogor. Seperti kebanyakan orang, tawaran promo penjualan handphone yang masuk ke blackberry massangger (BBM) miliknya, sangat menggiurkan. Bermodal percaya, Ace pun nekat membeli handphone Samsung Galaxy J7 Prime, yang ditawarkan penjual atas nama Grand Shop Celluler tersebut.

Percakapan via BBM pun dimulai. Si penjual mengiyakan semua pertanyaan yang diajukan Ace. Singkat cerita, Ace sepakat membeli satu unit handphone, dengan syarat, ia hanya mentransfer uang down payment (DP), Rp500 ribu, dan sisanya dilunasi saat barang tiba di tangan. Anehnya, kata Ace, penjual pun kembali mengiyakan.

Dua-tiga hari kemudian, barang yang dinanti-nanti tak kunjung datang. Tiba-tiba, di hari keempat, nomor asing masuk ke seluler Ace.

Di ujung sambungan, suara seorang pria mengaku petugas Bea Cukai, yang menahan barang pesanan Ace. Pria itu menjelaskan bahwa handphone yang dipesan Ace adalah barang black market alias ilegal.

“Akhir cerita, orang yang mengaku petugas bea cukai itu minta ditransfer uang Rp2,7 juta,” ungkapnya, seraya menyebut, ia merasa menjadi korban percobaan pemerasan.

Saat itu juga, Ace menyadari dirinya kena tipu. Namun saat ia menanyakan insiden itu kepada si penjual, jawaban yang diterima sungguh mengejutkan.

Si penjual lepas tangan, dan terkesan menakut-takuti Ace agar tidak melapor ke polisi. Si penjual menyebut, pembeli akan dirugikan, ditangkap dan dikenai denda jika melapor ke polisi karena telah membeli barang black market.

“Tapi mungkin pelajaran buat saya. Lebih baik mahal tapi ada di depan mata, daripada murah tapi belum jelas barangnya,” tukas Ace.

Cerita lainnya, tentang para korban penipuan yang akhirnya kompak memburu si penipu. Bojes (bukan nama sebenarnya), remaja 15 tahun sukses menjadi penipu puluhan konsumen.

Korbannya cukup banyak berasal dari Bogor, termasuk Febri Budaya (24). Kepada Radar Bogor, Febri mengaku bersama beberapa korban Bojes sampai membentuk grup chat di aplikasi Whatsapp. Rata-rata mereka yang telah percaya pada buaian Bojes, mengalami kerugian Rp1 juta-Rp5 juta.

“Tidak hanya di Facebook (Bojes beraksi, red), ternyata dia pernah menipu melalui toko online ternama,” ungkap Febri. Pria yang tinggal di Kelurahan Semplak Barat ini mengatakan bahwa modus yang dilakukan bojes beragam. Yang cukup meyakinkan korban adalah Bojes mengunakan modus pembayaran melalui rekening bersama (rekber).

“Awalnya, saya posting keperluan dagang saya di usaha liquid dan perlengkapan rokok elektrik. Saya mau beli bahannya. Setelah itu, Bojes mengarahkan untuk mengirim langsung ke rekening atas nama NH.

Lalu Bojes berkabar, barang sudah diekspedisi (paket pengiriman), kata dia begitu,” jelasnya. Namun setelah beberapa hari menunggu, barang pesanan tak kunjung tiba. Sementara si Bojes, hilang tanpa jejak.

“Saya mencoba mencari informasi dari nama dan info yang beredar,  ternyata itu adalah penipuan. Saya langsung lapor ke bank untuk pemblokiran. Ternyata pemilik akun rekber juga ditipu. Ternyata yang punya rekening juga mengaku ditipu sama si Bojes.Tapi kita semua curiga ada kerja sama,” imbuhnya.

Masih di wilayah Kota Hujan. Mia Sabilillah (24), warga Kelurahan Kedung Badak, Tanah Sareal, juga menjadi korban penipuan toko online di jejaring sosial Instagram. Awalnya mia melihat akun yang menjual boneka. “Saya langsung transfer Rp400 ribu. Setelah empat hari, boneka itu tidak datang. Padahal ngakunya cuma tiga hari langsung sampai,” ungkap mia.

Tiga hari kemudian, tepat sepuluh hari, kesabaran Mia habis. “Langsung saya tanya sama penjualnya lagi. Tapi selalu tidak ada jawaban. Fix banget saya tertipu. Dasar penipu,” ungkap Mia kesal.

Selain Mia, kaum hawa cenderung senang memilih milih gambar. Seperti Dhini Nurlaila warga Kelurahan Curug Mekar. Bermaksud mencari harga murah untuk dijual kembali, perempuan berkulit putih ini justru malah kena tipu. “Jadi aku cari online shop, maksudnya cari harga miring. Awalnya percaya saja. Tapi barangnya enggak dikirim-kirim,” ungkapnya.

Penipuan yang menipa Dhini, lagi-lagi dari media sosial.
Selain media sosial, akun wibesite juga patut dicurigai. Seperti Fatimah (23) warga Kecamtan Jasinga, Kabupaten Bogor. Pengetahuan yang awam membuat wanita tamatan sekolah kebidanan di Bogor ini harus gigit jari.

Setelah hampir sebulan menunggu, handphone Apple yang dipesannya tak kunjung datang. Menurut perempuan yang akrab disapa Ima, awalnya ia hanya menanyakan produk. Namun penipu menawarkan lebih agresif. Bermodus promo, akhirnya Iphone 6 pun dijanjikan dengan harga Rp5,6 juta.  “Ya karena aku pikir kan resmi. Ada alamat tokonya. Ternyata pas ke Jakarta, toko itu ga ada,” akunya.

Sebelumnya, lanjut Ima, penipu online itu sempat menggiring kepercayaannya selama seminggu. Dalam hal ini memberi informasi terkait kondisi barang dan sampai kota mana. “Masak, dari Batam ke Surabaya, terus ke Jakarta, enggak sampai-sampai. Eh, nomornya sempat gak aktif seminggu. Terus aktif lagi,” aku Ima.

Setelah kejadian itu, Ima mengaku kapok. Uang yang dikumpulkannya selama setahun lebih untuk gawai terbaru, ludes. “Nanti-nanti saya beli di toko aja, jelas, bisa milih. Daripada harga murah dan resiko tertipu,” ungkap Ima, yang baru mengalami kejadian itu tiga bulan lalu.

(radar bogor/ric/don/c)

0 Komentar