Penyakit HIV/AIDS Bunuh 28 Warga Kota Bogor, Dinkes Lakukan Program 3 Zero
Jumlah korban meninggal akibat HIV/AIDS di Kota Bogor tahun ini, cukup mencengangkan. Hingga selasa (19/12/17), tercatat 28 orang meninggal akibat penyakit yang menyerang daya tahan tubuh tersebut.
Selain korban meninggal, jumlah penderita HIV/AIDS juga terus membengkak. Semula berjumlah 308 orang pada Juli 2017, di penghujung tahun meningkat menjadi 573 orang.
Hal ini mendorong Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor terus berupaya meminimalisasi jumlahnya dengan program getting tiga zero.
“Tiga zero ini, yakni zero kasus baru, zero kematian karena AIDS, dan zero stigma dan diskriminasi,” ujar Kepala Dinkes Kota Bogor, Rubaeah.
Caranya bagaimana? Harus ada kesadaran masyarakat terhadap penyebaran HIV/AIDS dengan cara melakukan tes HIV sejak dini. Dengan pemeriksaan dini, maka akan memberikan perlindungan kepada keluarga.
Sebab, sejak 2015, penyebaran HIV/AIDS paling banyak ditemukan pada kasus laki seks lalik (LSL) atau gay, yang menggeser dominasi penyebaran HIV/AIDS karena penggunaan jarum suntik. “Kami juga menggencarkan program temukan, obati dan pertahankan (TOP),” ujarnya.
Ia menambahkan, poin temukan dilakukan dengan pemeriksaan HIV yang sasarannya kepada pasangan orang dengan HIV/AIDS (ODHA), ibu hamil, pasien infeksi menular seksual (IMS), pasien TB dan Hepatitis, populasi berisiko seperti LGBT hingga calon pengantin.
Jika dari hasil pemeriksaan ditemukan ada yang positif, penderita harus melakukan pengobatan HIV di enam puskesmas atau empat rumah sakit, untuk mendapatkan layanan perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP).
“Untuk program pertahankan dilakukan melalui kerja sama dengan beberapa LSM, seperti Peka, Sahira, Warna Lentera. Mereka bertugas melakukan pemantauan dan pendampingan dengan koordinator di bawah Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bogor,” bebernya.
Di tempat yang sama, Sekretaris Daerah Kota Bogor Ade Sarip Hidayat mengatakan, HIV/AIDS menjadi permasalahan kesehatan utama di dunia, mengingat sifatnya yang tidak terlihat seperti penyakit lain pada umumnya.
Karenanya, dia mengimbau agar semua aparatur wilayah camat dan lurah untuk lebih masif menyampikan informasi terkait penyebaran dan bahaya HIV/AIDS ke masyarakat. Serta mengajak masyarakat untuk memeriksakan dirinya.
“Ke depan, pemkot akan menggelar Kedai Sehat di car free day (CFD) setiap dua minggu sekali untuk mengedukasi masyarakat terkait HIV/AIDS,” pungkasnya.
(RB/ran/pojokjabar)
0 Komentar