Krisis Dokter, Satu Dokter di RSUD Kota Bogor Tangani 70 Pasien

Antrean panjang pasien menunggu pemeriksaan dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor, kembali dikeluhkan.

Selain harus berjuang untuk mendapat nomor antrean sejak pagi buta, para pasien ini juga harus siap menunggu pemanggilan hingga sore bahkan menjelang malam.

Seperti diungkapkanKetua LSM Pemerhati Pembangunan Lingkungan Hidup Indonesia (PPLHI), Muhammad Nurman. Menurutnya, salah satu warga Kota Bogor berobat kontrol ke dokter Penyakit Dalam, Selasa (13/3), dia daftar sejak pukul 06.00 WIB dan mendapat nomor urut 48.

“Pukul 16.47 WIB, baru nomor 32 yang dipanggil, sementara dokter mulai praktik pukul 09.00, diperkirakan pasien tersebut dipanggil pukul 18.00,” ujarnya kepada Radar Bogor (Pojoksatu.id Group).

Menurut dia, ketika permintaan pasien lebih banyak dibanding dokter yang tersedia, Dinas Kesehatan Kota Bogor seharusnya menambah dokter Penyakit Dalam. Dengan demikian, kata Nurman, pasien yang sakit mendapatkan pelayanan dokter dengan cepat.

Sebab selama ini harus menunggu sampai berjam-jam bahkan seharian. Terlebih, pasien kebanyakan usia lanjut. “Tentunya itu sangat melelahkan, dan menguras energi serta kerugian secara psikologis, pasien merasa cemas dan lelah,” jelasnya.

Terkait keluhan itu, Kepala Sub Bagian Hukum dan Humas RSUD Kota Bogor, Taufik Rahmat menjelaskan, SDM Dinas Kesehatan dan RSUD adalah kedua institusi yang berbeda. Dinas Kesehatan untuk penyediaan tenaga medis ada di puskesmas.

Sedangkan, lanjut Taufik, RSUD memiliki tenaga medis dan dokter spesialisnya tersendiri dalam menangani pasien. Dari jumlahnya, komposisi jumlah pegawai ASN ada 34 orang. Sementara jumlah karyawan RSUD lebih dari 800 orang.

“RSUD badan layanan umum daerah (BLUD), pegawainya terpisah. SDM sendiri, ada yang tadinya di Dinas Kesehatan. ASN harus siap di Dinas Kesehatan atau di rumah sakit sesuai perintah walikota,” jelasnya.

Taufik menjelaskan, terkait keterlambatan penanganan pada dokter spesialis, itu karena di RSUD hanya ada enam dokter internis di penyakit dalam. Lima orang disiagakan setiap hari untuk memeriksa pasien.

Lebih lanjut, kata dia, RSUD memiliki beberapa jadwal untuk pendaftaran pelayanan. Misalnya, daftar pagi kemudian mulai pemeriksaan pukul 09.00, pasien biasanya berkisar antara 50 sampai 70 untuk setiap dokter spesialis.

“Kami ada lima dokter spesialis setiap hari, misalnya satu dokter tangani 70 maka ada 350 pasien yang harus dilayani,” jelasnya. Jumlah itu belum termasuk pasien poli, IGD, pisioterapi, laboratorium dan lainnya. Jika dirata-ratakan perharinya, bisa lebih dari 1000 pasien ditangani.

Tekait keterlambatan, lanjut Taufik, tidak hanya pada minimnya SDM. Hal itu berkaitan dengan pelayanan. Sehingga pemeriksaan spesialis terdapat pasien daftar pagi dapat nomor antrian dan dilayani sore hari.

“ Ini memang terkait karakter dokter dalam memberikan layanan informasi konsultasi kepada pasien yang beragam, dan tidak langsung periksa terus disuruh keluar,” terangnya.

Selama mejalani penanganan, pasien juga diberi edukasi terkait rekam medisnya. Tujuannya, agar pasien memahami dan merasa puas dengan penjelasan dokter. Contoh kalkulasi waktunya, setiap satu pasien lima menit, jika mendapatkan nomor 48 misalnya itu sudah sampai 4 jam. Namun itu bukan ukuran pasti. Sebab, terkadang, konsultasi pemeriksaan lebih dari lima menit tergantung diagnosa pasien.

“Kami ingin memberikan pelayanan terbaik kepada mayarakat dengan lengkap informasi memuaskan pasien. Dampaknya memang memakan waktu lama, tetapi semata-mata untuk memberika kualitas yang baik,” jelasnya.
(RB/don/pojokjabar)

0 Komentar