Potret Kehidupan Warga Pamijah Di Kandang Sapi, Tak Layak Huni

Sumber Foto: Radar Bogor

Satu lagi kehidupan miris yang terjadi diantara modernnya zaman dan ekonomi yang semakin maju. Pasangan suami istri Aleh (60), Unawiyah (45) dan ketiga anaknya yang saat ini harus hidup sangat prihatin. Dikarenakan, tempat tinggal mereka terbilang tidak layak huni.

Hidup di balik dinding yang hanya terbuat dari anyaman bambu yang sudah jarang, seorang anak tampak telaten merapikan beberapa perlengkapan makan yang berserakan di dalam “rumah”. Dan sesekali, ia memeriksa Sang Ibu pindah dari kasur ke kursi.

Anak tersebut Jeni Ahmad Hidayah (12) merupakan anak kandung Unawiyah paling besar dan menjadi andalan mereka dalam mengurus berbagai kebutuhan sang ibu.

Tidak sendiri, setiap hari alumni salah satu madrasah ibtidaiyah (MI) swasta di kawasan Karacak, Kecamatan Leuwiliang itu dibantu kedua adiknya yaitu Alpiana (10) dan Sultan (8).

Mereka saat ini tidak bisa bermain seperti anak sebayanya. Jarak antara sekolah dengan tempat tinggalnya saat ini di RT 03/01, Kampung Susukan, Desa Gunungpicung, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor cukup jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki. “Sekitar satu jam kami jalan kaki ke sekolah,” jelas Jeni kepada media.

Suasana “rumah” Aleh dan keluarganya terlihat kotor dan berantakan. Berbagai jenis sampah yang menumpuk di beberapa sudut ruangan yang masih beralaskan tanah apa adanya. Ditambah, dengan bau kotoran kambing terasa menyengat di dalam maupun di luar ruangan.

“Dulunya ini kandang kerbau. Memang masih bau, karena ada beberapa kandang kambing di sekitar sini,” cerita Unawiyah.

Saat mereka tinggal di bekas kandang sapi tersebut, kondisi kesehatan Unawiyah mulai memburuk. Ia terkena penyakit paru - paru yang lama diidapnya semakin parah. Berat badannya juga turun drastis, bahkan untuk berdiri meminta bantuan anak - anak dan suaminya.

“Saya sekitar empat bulan hanya bisa tertidur di kasur, belum lama ini saja kaki baru bisa digerakkan lagi,” ungkapnya.

Sekitar dua tahun yang lalu sebelum pindah ke kandang kerbau, ia mengaku pernah tinggal bersama anak tirinya dari suami pertamanya di kawasan Leuwiliang yang berprofesi sebagai seorang guru.

“Sempat numpang sama anak tapi karena bapak (suami kedua) mencari nafkah di sini Pamijahan, akhirnya kami ikut,” jelasnya.

Ia mengaku, harus rela hidup di kandang berukuran sekitar 6 x 5 meter persegi beralaskan tanah dan dinding anyaman bambu yang kondisinya sudah keropos.

Agar tidak terlalu dingin saat malam, ia menutup dinding bilik dengan spanduk bekas kampanye dan plastik.

Tidak ada pembatas antar ruangan, hanya sekat biasa. Bahkan, sebagai tempat memasak disimpan di samping tempat tidur. Termasuk juga perabot rumah tangga semua dicampur menjadi satu, sehingga rumah terlihat kumuh.

Ia mengaku, apaila tutun hujan karena air biasanya masuk ke dalam ruangan. Terkadang, kasur sampai basah sehingga semalaman tidak tidur. “Kalau angin besar, kadang khawatir rubuh karena semua bagian atap sudah rapuh,” jelas Unawiyah.

Selain rumah, yang saat ini dipikirkan Unawiyah dan suaminya adalah pendidikan dan masa depan ketiga anaknya. Tahun ini, Jeni seharusnya melanjutkan ke SMP namun kenyataannya mereka tidak bisa sekolah. “Untuk makan saja susah,” jelasnya.

Saat masih tinggal di Leuwiliang, ia mengaku mendapatkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) sampai BPJS. Tapi, saat ini ia kesulitan dan hanya mengandalkan pendapatan dari suami yang hanya bekerja serabutan.






“Jika ada yang memanggil kerja tani atau bangunan paling besar sehari hanya mendapat Rp50 ribu, tapi kalau sepi kadang ada tetangga yang memberi makan,” ungkapnya.

Sementara itu, Anggota DPRD Provinsi Jabar, Asep Wahyu Wijaya menjelaskan, seharusnya semua pihak termasuk aparat setempat lebih tanggap ketika ada warga yang mengalami kesulitan. “Harus bergerak semua untuk meringankan beban mereka,” ungkapnya.

Pejabat Kades Gunungpicung, Sarah mengaku, sudah berkoordinasi dengan pengurus RT dan RW setempat. “Besok (hari ini) saya akan bermusyawarah dengan tokoh setempat,” jelasnya. Untuk segera melakukan pembenahan dan memberikan bantuan kepada keluarga ibu Unawiyah.

0 Komentar