Bakar Ban di Depan Polresta Bogor, Unjuk Rasa Berujung Ricuh



Aksi unjuk rasa yang dilakukan Perhimpunan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Pakuan Bogor di Mako Polresta Bogor Kota Jalan Kapten Muslihat, Kecamatan Bogor Tengah, berakhir ricuh pada Jumat (4/10/2019) sore.


Sebelum ricuh massa dan polisi sempat terjadi aksi dorong-dorongan. Aksi sempat memanas setelah mahasiswa membakar ban di depan gerbang Polresta Bogor Kota. Akibatnya, lalu lintas di kawasan tersebut tersendat hingga menimbulkan antrean cukup panjang.

Ketua Umum PMII Komisariat Universitas Pakuan Cabang Kota Bogor, Fahmi dalam keterangan tertulis menuntut pihak Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk mengusut tuntas insiden penembakan terhadap sahabat Randi, memecat Kepala Polri (Kapolri) dan Polresta Bogor Kota harus mengirimkan surat mosi dukungan tuntutan PMII Pakuan selama 1x24 jam.

"Hal tersebut didukung oleh seluruh jajaran Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Universitas Pakuan. Aksi demonstrasi untuk solidaritas tak hanya mengabarkan berita duka belaka, tetapi juga rasa muak terhadap Polri. Yang sejak dulu (orde baru-red) sampai reformasi, perbuatan-perbuatan konyol yang selalu menimpa Hak Azasi Manusia (HAM) tak pernah dilepaskan dari giat-giat kerja nya," ungkapnya kepada wartawan.

Sementara itu Ketua IKA PMII Universitas Pakuan Rudi Mulyana mengatakan, kalimat sumpah yang surgawi serta payung hukum dibuat untuk menyempurnakan kehadiran Polri dimuka bumi ini, ternyata tidak disambut dengan kebersyukuran oleh Sumber Daya Manusia (SDM) nya.

"Kami IKA PMII Pakuan, akan mendukung penuh aksi solidaritas adik-adik kami sampai tiba keadilan itu hadir dihadapan pelupuk mata kita semua. Dan tentu nya kami mengutuk keras, atas perbuatan oknum polisi yang telah bertindak diluar peraturan perundang-undangan maupun SOP Polri. Sehingga hal itu menyebabkan kematian nyawa seseorang yaitu adik kami, sahabat kami, Rendi. Tuntutan PMII seluruh indonesia, harus diperhitungkan matang-matang oleh Polri, apabila tidak, ini akan menjadi mosi yang sangat buruk. Tampilan Polri akan selalu mendapatkan labelitas stigma yang mengerikan sepanjang masa," bebernya.

Kapolresta Bogor Kota Kombes Polisi Hendri Fiuser mengatakan, awalnya mahasiswa aksinya damai, tapi tadi terakhir bakar ban. Selain itu, pihaknya juga menemukan ada yang bawa minyak atau bensin dan mau membakar keranda. Sehingga terjadi insiden dorong-dorongan.

"Kami antisipasi supaya kejadian di Cianjur jangan sampai terulang. Kami masih luka mendalam itu, kejadian Cianjur demo PMII tiba-tiba bakar ban. Mau dipadamkan tiba-tiba lempar minyak kebakar polisinya," ungkap Hendri kepada wartawan pada Jum'at (4/10/2019) malam.

Hendri melanjutkan, terlebih demontrasi mahasiswa ini dikantor polisi. Sehingga polisi pasti akan mengamankan, silahkan demontrasi damai, tapi benar damai. Saat ini kedua belah pihak sudah ada kesepahaman atau saling memahami.

"Kami sampaikan silakan ada ruang demokrasi, sampaikan tuntutannya. Cuman hal-hal yang bersifat menggangu ketertiban umum dipahami jiga," tegasnya.

Hendri menerangkan, tadi tuntutan mahasiswa adalah kasus penembakan mahasiswa di Kendari, Sulawesi Utara. Mahasiswa Kota Bogor minta diusut tuntas, tapi tidak ada kewajiban Polresta Bogor Kota mengirimkan surat.

"Kewajiban saya mengamankan unjuk rasa dan mengamankan masyarakat Kota Bogor. Kamtibmas secara umum, tidak ada masalah," pungkasnya.
 
 
 
(Rizky Mauludi/inilahkoran)

0 Komentar