Cabang Kantor Pos di Kabupaten dan Kota Bogor
01 September
Andes (26) dengan telaten merawat tanaman-tanamannya yang baru saja disemai. Sambil berjongkok, pria asal Padang, Sumatera Barat itu membawa nampan berbahan plastik berisi busa semai. Di atas busa-busa semai yang berjejer rapi, terdapat benih sayuran yang sudah berubah menjadi kecambah. Mereka siap dipindahkan ke instalasi hidroponik yang sudah disiapkan.
Pengalaman berkebun hidroponik ini mungkin tidak pernah terbayang sebelumnya, bahkan setahun sebelum saat ini. Kehidupan Andes spontan berubah sejak dirinya menjadi salah satu korban pemutusan hubungan kerja (PHK) dari kantor tempat ia bekerja di sekitar Jakarta Selatan pada Juli 2020. Perusahaan harus melakukan efisiensi sehingga jumlah pegawai mesti dikurangi agar perusahaan mampu bertahan.
"Mula-mula itu karena ingin mencoba usaha yang saya suka jalankan. Saya suka kegiatan budidaya (pertanian/ peternakan). Nah di masa pandemi, saya berhenti bekerja. Di situ mulai berpikir buat serius usaha budidaya," ujar Andes kepada Validnews, Jumat (30/10).
Setelah mempelajari berkebun dengan sistem hidroponik, ternyata Andes langsung jatuh hati. Menurut Andes, sistem hidroponik memiliki prospek yang sedikit lebih baik dari pertanian dengan sistem konvensional.
Namun jalan memiliki perkebunan hidroponik bukan tanpa biaya. Meski sudah memantapkan hati ingin membangun hidroponik, Andes memiliki keterbatasan dengan lahan. Sebagai perantau dari Padang, Andes tidak memiliki lahan kosong di rumah kos yang sudah ia tinggali selama dua tahun di Jakarta.
Sembari belajar bagaimana membangun sistem budidaya hidroponik, Andes bergerak mencari lahan yang cocok untuk mewujudkan keinginannya. Beberapa minggu mencari lahan, ia akhirnya menemukan sebuah lahan di Ciapus, Bogor.
Lahan itu hanyalah sebuah lahan kosong dengan sebuah bangunan rumah dan sebuah kolam ikan. Namun, Andes menyulap lahan itu menjadi instalasi hidroponik. Bersama seorang kawan, Andes menyewa lahan dan rumah itu seharga Rp 1 juta per bulan. Sementara untuk membangun instalasi, Andes merogoh kocek kurang lebih Rp 10 juta.
Andes sebenarnya tak memiliki latar belakang pendidikan atau pengalaman berkebun. Sarjana Sastra Indonesia dari Universitas Andalas itu mengaku belajar berkebun dari YouTube dan bertanya ke sesama petani hidroponik.
"Iya dari YouTube. Nggak ada pelatihan. Banyak tanya ke kenalan sesama petani hidroponik juga," ujar Andes.
Sebelumnya saat masih tinggal di Padang, Andes sempat melakukan budidaya lele. Namun bisnisnya tidak berlanjut lantaran ada peluang kerja ke Jakarta.
Pertanian hidroponik milik Andes kini dinamai Orkes Daun. Orkes Daun memiliki Instagram dengan ratusan pengikut. Sudah tiga bulan belakangan Andes bergelut dengan kesibukannya di Orkes Daun. Kini Orkes Daun punya dua ribu lubang tanam, dan selalu panen dua kali seminggu.
Andes menanam caisim, bayam hijau, bayam merah, pakcoy, dan kangkung. Selama tiga bulan ini, dari dua ribu lubang tanam, omzet hasil berkebun sudah mencapai Rp2 juta per bulan. Hasil kebun kemudian dijual ke tengkulak atau pemesan daring di area Jabodetabek.
Sumber : Valid News
0 Komentar