La Nina Sudah Mulai Menuju ke Wilayah Bogor


badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat melaporkan saat ini anomali iklim La Nina baru merambah di wilayah selatan Jawa Barat, seperti wilayah Garut, Sukabumi, Bogor, Tasikmalaya, dan Pangandaran.

Fenomena alam yang terjadi secara periodik dua sampai tujuh tahun ini diprediksi akan mulai bergeser ke wilayah tengah Jawa Barat seperti Ciamis, Bandung, dan mulai merambah ke Jabar bagian utara pada Desember mendatang.

“Januari-Februari bisa merata ke seluruh wilayah di Jawa Barat,” ujar Kepala Pelaksana Harian BPBD Jabar Dani Ramdan.

Dani mengatakan, ada beberapa langkah yang tengah dilakukan BPBD untuk meminimalisasi dampak bencana hidrometerologi yang dipicu oleh tingginya curah hujan yang tinggi.

“Kami sedang meningkatkan kesiapsiagaan dengan seluruh BPBD di kabupaten/kota, dan ada juga rapat koordinasi di tingkat provinsi dan kota/kabupaten dengan melibatkan Dinas PU, Dinkes, Dinsos, dan unsur relawan untuk merumuskan rencana kontigensi dan rencana aksi,” kata Dani.

Meski demikian, rapat koordinasi dan simulasi bencana tersebut dilakukan secara terbatas di daerah yang merupakan zona merah penyebaran Covid-19.

“Untuk zona merah tidak kita lakukan fisik, tetapi di tingkat desa/kecamatan bisa dilakukan,” katanya.

Selain memperkuat koordinasi antara daerah, BPBD Jabar juga melakukan susur sungai untuk mengantisipasi terjadinya penyumbatan arus sungai, seperti yang ditemukan pascabanjir bandang di Cicurug, Sukabumi.

“Longsoran di pinggiran sungai itu bisa kita bersihkan melalui kegiatan susur sungai,” katanya.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan anomali iklim La Nina mencapai puncaknya pada Desember. Bersamaan dengan itu, puncak musim hujan di Indonesia juga diprediksi tiba pada Januari dan Februari 2021.

BPBD pun mewaspadai 12 daerah yang rawan bencana hidrometerologi seperti Sukabumi, Bogor, Cianjur Selatan, Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Pangandaran, Karawang, Subang, Bekasi kemudian wilayah Bandung Raya, seperti Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, dan Kota Bandung.

“Kalau logistik sudah kita rutin ya dalam setahun itu dua sampai tiga kali kita perkuat kota/kabupaten. Kemarin menjelang kekeringan kemudian menjelang musim hujan kita dorong. Jadi logistik kita itu provinsi 80%-nya ada di kota/kabupaten di 27 didistribusikan. Nah 20% mana ada kabupaten yang ternyata habis, kita berikan dukungan lagi ke sana,” ujarnya.

Pemprov Jabar pun membuat konsep provinsi berbudaya tangguh bencana atau West Java Resilience Culture Province (JRCP).

“Blue print ini untuk menjawab kondisi kebencanaan Jabar yang memang sedemikian rupa di utara, selatan dan di tengah. Artinya sebenarnya prinsip dari JRCP itu tanggu bencana, yang pertama masyarakat yang memahami, mengetahui dan menyadari risiko bencana,” katanya.

Sumber: Pojok Jabar

0 Komentar