Satu Anggota Komplotan Perampas Ponsel di Bogor Ditangkap


Beraksi bersama komplotannya, MR (17 tahun) ditangkap oleh Polres Bogor dan Polsek Jonggol seorang diri, setelah merampas ponsel milik warga penyandang disabilitas pada Maret lalu. Selain di Jonggol, komplotan asal Cipayung, Jakarta Timur tersebut sudah melakukan tiga aksi kejahatan lain di kawasan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.

Kapolres Bogor, AKBP Harun mengatakan, MR bersama tiga rekannya yang masih buron, N, B, dan AA berboncengan menggunakan sepeda motor dan melancarkan aksinya di tempat-tempat sepi.

“Mereka sistemnya berkelompok, menggunakan motor berboncengan dan mencari tempat-tempat sepi. Selama tiga bulan ada empat tempat kejadian perkara (TKP), tiga di Gunung Putri, satu di Jonggol,” kata Harun kepada awak media, Selasa (13/4).

Lebih lanjut, Harun mengungkapkan, akan mendalami kasus ini lebih lanjut. Terutama untuk mendalami tersangka lainnya. Sebab, dari ditangkapnya MR, terungkap kasus pencurian ponsel di sebuah restoran yang viral pada 2019, juga merupakan perbuatan dari komplotan ini.

Setiap melakukan pencurian ponsel, lanjut Harun, setiap pelaku mendapatkan keuntungan yang berbeda-beda. Namun, diketahui, otak dari pencurian yang dilakukan komplotan tersebut merupakan N yang saat ini masih dalam pencarian.

“Keuntungan beda-beda, tergantung handphone yang didapatkan. Si MR ini diajak N, orang yang paling berperan tapi saat ini masih buron,” tuturnya.

Di hadapan para wartawan, MR atau tersangka mengaku berperan sebagai joki atau pengendara motor saat melakukan pencurian. Selama tiga bulan belakangan, dirinya mengikuti arahan dari N yang selama ini menjadi otak dalam aksi pencurian komplotannya.

“Saya joki nyetir, nggak tau kenapa diarahin ke Bogor terus, saya diarahin sama N ya saya ikut,” ujarnya dengan kepala tertunduk.

Disamping itu, dia mengaku, keuntungan terbesar yang didapatnya berasal dari perampasan ponsel di Jonggol pada Maret lalu. Dari menjual ponsel merk Oppo A5S, MR mendapat uang sebesar Rp 350 ribu yang digunakannya untuk keperluan sehari-hari.

“Paling banyak keuntungan di Jongol. Sebelumnya di Gunung Putri cuma Rp 250 ribuan,” ucapnya.

Meski mendapatkan keuntungan ratusan ribu dari aksinya, MR menyesal sudah melakukan tindakan tidak terpuji tersebut. Apalagi, korban terakhirnya merupakan penyandang disabilitas yang tidak mampu melawan ketika ditodong dan diancam menggunakan celurit.

Di lokasi yang sama, Rohana (69) mewakili cucunya yang merupakan korban, Tedy Syah (24) sangat berterima kasih kepada pihak kepolisian karena sudah mencari pelaku perampas ponsel cucunya.

“Alhamdulillah terimakasih bapak-bapak semua udah ngurusin cucu saya, udah bantu cari pelakunya,” kata Rohana di hadapan Kapolres.

Rohana menceritakan, Tedy yang tinggal bersamanya saat itu tengah nongkrong di sebuah warung sambil bermain gim dari ponselnya. Cucunya memang hampir setiap hari nongkrong di warung tersebut hingga larut malam.

Tidak disangka, saat sedang asyik bermain gim, Tedy dihampiri oleh empat orang dan ditodong menggunakan celurit. “Baru pertama kali ini kejadian ke cucu saya. Lagi main game katanya, terus ada orang mampir ditodong,” ujarnya.

Kemudian, Rohana akhirnya melapor ke Polsek Jonggol keesokan harinya. Terkait hukuman terhadap pelaku, dia menyerahkannya kepada polisi.

“Tersera bapak (polisi) yang berwajib. Yang jelas saya berterima kasih banget sama bapak-bapak,” pungkasnya.

Sumber: republika

0 Komentar