Ada aroma kopi yang menyegarkan di udara saat pengunjung Kabogorfest 2025 berkumpul di area Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor. Bukan sekadar perayaan biasa, festival ini disulap jadi panggung promosi kopi Robusta khas Bogor yang dibagikan secara cuma-cuma oleh Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (Distanhorbun).
Dengan memanfaatkan momen Hari Jadi Bogor ke-543, Pemerintah Kabupaten Bogor tampaknya benar-benar ingin menunjukkan bahwa kopi lokal juga layak unjuk gigi di pasar nasional, bahkan internasional. Sebagai bentuk konkret, ribuan pengunjung mendapat kesempatan mencicipi langsung rasa khas kopi Robusta dari tanah Tegar Beriman. Ini bukan sekadar sajian, tapi langkah promosi yang sarat makna.
Kegiatan ini secara jelas jadi bagian dari strategi promosi pertanian unggulan, khususnya komoditas kopi. Bukan hanya soal membagikan kopi gratis, tapi juga edukasi dan membentuk kesadaran akan potensi lokal. Dari sini, kopi Bogor bukan cuma dinikmati, tapi mulai diperbincangkan. Sebuah langkah kecil yang bisa jadi lompatan besar.
"Setiap kali ada agenda penting di Kabupaten Bogor, kami selalu hadir untuk mengenalkan hasil bumi daerah, termasuk kopi Robusta," ujar Khotip, perwakilan Bidang Perlindungan Pelayanan Usaha Pertanian Distanhorbun Kabupaten Bogor, di Cibinong, Selasa (24/6). Ucapan ini bukan sekadar formalitas, tapi gambaran komitmen nyata untuk mengangkat produk petani lokal.
Bayangkan saja, setiap harinya panitia membagikan hingga 250 gelas kopi secara gratis. Uniknya, kopi ini disajikan dalam tiga varian rasa: polos tanpa gula, dengan gula putih, dan yang paling unik—dengan gula merah. Dengan begitu, pengunjung bisa merasakan karakter kopi Robusta Bogor secara otentik. Ini bukan sekadar promosi, tapi juga eksplorasi rasa.
Khotip menambahkan bahwa kegiatan ini juga bertujuan untuk memberi edukasi kepada masyarakat, bahwa Bogor punya kopi yang tidak kalah kualitasnya dibanding daerah penghasil kopi lainnya. "Selama ini belum banyak yang tahu bahwa kopi Bogor sudah masuk pasar nasional bahkan internasional. Ini yang ingin kami perkenalkan lebih luas," katanya.
Dan benar saja, banyak yang baru tahu bahwa kopi dari Kabupaten Bogor ternyata sudah menembus pasar di luar daerah. Ini adalah salah satu alasan mengapa penting sekali menyuarakan dan mempromosikan kopi lokal seperti ini. Ketika kopi Bogor dikenal, bukan hanya petani yang diuntungkan, tapi juga daerahnya ikut terangkat.
Cara mendapatkan kopi gratis pun cukup sederhana. Pengunjung hanya diminta mengisi daftar hadir. Tapi, dari situ muncul dampak yang lebih besar: kesadaran bahwa mendukung produk lokal bisa dimulai dari hal kecil, seperti mencicipi kopi di festival. Kesadaran kolektif semacam ini jadi fondasi kuat untuk membangun ekosistem pertanian yang berkelanjutan.
"Melalui kegiatan ini, kami ingin mendorong minat masyarakat terhadap produk pertanian daerah dan memperkuat posisi kopi Bogor di pasar," tambah Khotip. Pernyataan ini merefleksikan harapan besar agar kopi Robusta Bogor bisa naik kelas, tidak hanya dikenal secara lokal, tapi juga punya daya saing di kancah global.
Antusiasme pengunjung pun jadi bukti bahwa langkah ini diterima dengan baik oleh masyarakat. Riya, seorang warga Cikaret, misalnya, mengaku puas setelah mencicipi kopi gratis tersebut. "Rasanya enak, mirip kopi instan tapi ini lebih otentik. Saya bangga kopi ini berasal dari Bogor," ujarnya. Rasa bangga seperti inilah yang ingin ditumbuhkan lewat event semacam ini.
Riya berharap kegiatan serupa bisa digelar lebih sering, tidak hanya saat perayaan besar seperti Hari Jadi Bogor. Semakin sering kopi lokal muncul di ruang publik, semakin besar pula peluang masyarakat untuk mengenal dan mencintainya. Pada akhirnya, ini bukan soal kopi saja, tapi juga soal membentuk identitas daerah yang kuat.
Kabogorfest 2025 sendiri merupakan event tahunan yang dikemas dengan berbagai kegiatan promosi potensi unggulan Kabupaten Bogor. Tak hanya kopi, di festival ini pengunjung juga bisa menjelajahi produk UMKM, menikmati pertunjukan seni dan budaya, serta melihat langsung betapa kayanya tanah Bogor dengan inovasi lokal. Ini adalah perayaan yang menyatukan ekonomi, seni, dan kebanggaan daerah dalam satu momen kolektif.
Kopi Robusta dari Bogor sebenarnya punya banyak keunggulan. Tekstur yang kuat, aroma yang khas, dan kemampuan adaptasi tanam di berbagai kondisi menjadikan kopi ini punya nilai jual tinggi. Sayangnya, selama ini sorotan masih lebih banyak diberikan pada kopi dari daerah lain seperti Gayo atau Toraja. Inilah mengapa momen seperti Kabogorfest 2025 sangat penting sebagai panggung alternatif bagi kopi Bogor.
Kalau promosi kopi dilakukan secara konsisten dan dikombinasikan dengan edukasi publik, bukan tidak mungkin kopi Bogor bisa menjadi ikon baru yang membanggakan. Apalagi, konsumsi kopi di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Artinya, pasar domestik sebenarnya sudah siap menyambut produk lokal dengan kualitas mumpuni.
Dari sisi branding, kopi lokal seperti Robusta Bogor juga bisa dikembangkan menjadi produk khas yang mewakili identitas wilayah. Dengan sentuhan kemasan modern dan cerita kuat tentang petani dan alam Bogor, kopi ini bisa jadi lebih dari sekadar minuman. Ia bisa menjadi simbol kebangkitan ekonomi rakyat.
Kegiatan seperti pembagian kopi gratis ini juga jadi jembatan untuk menyatukan masyarakat kota dan desa. Di satu sisi, petani kopi di lereng Gunung Salak bisa merasa bangga karena produknya diapresiasi. Di sisi lain, warga perkotaan bisa lebih dekat dengan proses pertanian yang selama ini terasa jauh. Ini semacam proses rekoneksi antara masyarakat dengan tanahnya sendiri.
Apa yang dilakukan oleh Distanhorbun dan Pemkab Bogor dalam Kabogorfest 2025 bukanlah acara seremonial semata. Ini adalah contoh nyata bagaimana promosi produk lokal bisa dilakukan secara kreatif, edukatif, dan menyenangkan. Dari secangkir kopi, lahir rasa bangga, lalu tumbuh kesadaran kolektif untuk mendukung dan mencintai hasil bumi sendiri.
Jika promosi seperti ini dilakukan secara berkala dan dikombinasikan dengan strategi distribusi yang baik, kopi Bogor punya peluang besar untuk menembus pasar lebih luas. Dan yang terpenting, masyarakat ikut merasa memiliki, bukan sekadar jadi penonton. Karena pada akhirnya, kopi lokal akan kuat jika tumbuh bersama dukungan publik yang juga “nge-blend” dengan semangat kebanggaan daerah.
0Komentar