Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali bikin gebrakan dalam dunia transportasi publik. Pada Kamis (5/6/2025), Pemprov Jakarta meresmikan rute baru Transjabodetabek dengan kode P11 yang menghubungkan Bogor dan Blok M pulang-pergi. Rute ini merupakan bagian dari strategi besar mengintegrasikan transportasi antarkota di kawasan Jabodetabek, yang dikenal sebagai kawasan megapolitan paling sibuk di Indonesia.
Kabar baik ini tentu disambut antusias oleh warga yang tiap hari harus bermigrasi dari Bogor ke Jakarta atau sebaliknya demi kerja, sekolah, atau urusan harian lainnya. Tapi, seiring dengan semangat itu, perjalanan pertama yang dilakukan tim Republika ke rute baru ini justru memperlihatkan sisi lain yang cukup dramatis dan penuh tantangan.
Menjajal Blok M–Bogor: Penuh Harap, Lalu Antrean Mengular
Tim Republika mencoba naik Transjabodetabek P11 dari Terminal Blok M pada Jumat (13/6/2025) sore. Dengan harapan mendapatkan pengalaman nyaman dan lancar, ternyata realita berkata lain. Waktu tunggu hampir setengah jam membuat penumpang mulai gelisah. Bus baru muncul pukul 14.48 WIB, dan saat itu antrean sudah mengular panjang.
“Bus berikutnya belum terpantau. Silakan naik bus ini lebih dulu,” teriak seorang petugas Transjakarta di terminal Blok M. Kalimat ini menjadi penanda dimulainya perjalanan penuh warna.
Saat pintu bus terbuka, terjadi ‘adu strategi’ antarpenumpang demi mendapatkan tempat duduk. Beberapa beruntung dapat kursi, namun sebagian besar harus berdiri. Bahkan, saat sekelompok emak-emak masuk, mereka langsung ‘meminta’ tempat duduk dari penumpang lain, terutama yang muda dan sehat.
Ketegangan di Dalam Bus: Siapa yang Pantas Duduk?
“Busnya tidak akan jalan, kalau tidak ada yang mau ngalah, yang masih muda dan sehat ngalah,” seru petugas di dalam bus yang identitasnya tak terlihat jelas. Sikap petugas ini menimbulkan perdebatan terselubung di antara penumpang, terutama karena keberpihakannya sangat kentara.
Halte Pancoran menjadi titik penuh sesak, tempat penumpang justru makin bertambah. Di tengah suasana yang makin padat, beberapa penumpang pria diminta mengalah demi ibu hamil dan emak-emak lainnya. “Ayo mas ngalah mas, ada ibu-ibu hamil,” terdengar seruan dari sesama penumpang.
Karena tak kebagian kursi, beberapa emak-emak akhirnya duduk di lantai bus. Padahal ini jelas dilarang, namun tak ada tindakan dari petugas. Mereka hanya diam saat kegaduhan makin menjadi.
“Ini sama teman-teman nyobain rute baru, kami tadi jalan-jalan ke Blok M makan-makan,” ujar Rina, salah satu ibu yang duduk di lantai bus. Petugas terlihat lebih tegas ke penumpang laki-laki, tapi cenderung diam pada penumpang perempuan, terutama kelompok ibu-ibu.
Transjakarta Bungkam, Rute Jalan Terus
Upaya Republika untuk meminta tanggapan dari pihak Transjakarta sejak Jumat (13/6/2025) belum membuahkan hasil hingga Ahad (15/6/2025). Baik kantor pusat maupun petugas lapangan menolak diwawancara. “Saya nggak bisa (diwawancara), harus ada izin dari pusat,” kata seorang petugas.
Bus baru mulai lengang saat tiba di kawasan Cibubur pukul 15.35 WIB. Mereka yang tadinya duduk di lantai, akhirnya bisa pindah ke kursi. Lalu pada pukul 16.00 WIB, sebagian penumpang turun di Simpang Sentul, dan hanya sedikit yang turun di halte Bellanova Sentul. Bus akhirnya kosong saat sampai di Terminal Baranangsiang, Bogor, pada pukul 16.22 WIB.
Detail Rute: Menyambungkan Bogor Hingga Jantung Jakarta
Rute P11 Transjabodetabek cukup panjang, menghubungkan titik-titik penting. Dari Bogor ke Blok M: Cidangiang, Bellanova Sentul, Sentul, Simpang Sentul, Pintu Tol Citeureup 1, Cibubur Junction, Pancoran Barat, Tegal Mampang, Rawa Barat, Pasar Santa, Kejaksaan Agung, dan Blok M Jalur 5.
Arah sebaliknya pun padat: Blok M Jalur 5, Pasar Santa, Rawa Barat, Pancoran Timur, Tugu Pancoran, Buperta Cibubur, Pintu Tol Citeureup 2, Monumen Pancakarsa, Bellanova Sentul, hingga Terminal Baranangsiang.
Secara teknis, dari Blok M, bus akan melintasi Jalan Singamangaraja, Sudirman, Gatot Subroto, MT Haryono, Cawang, lalu masuk jalan tol menuju Cibubur, Cibinong, Sentul, dan Bogor. Strategi ini mengandalkan ruas tol sebagai jalur utama agar lebih cepat dibandingkan jalur konvensional.
Target Penumpang dan Evaluasi: 2.000 Orang Per Hari
PT Transjakarta menargetkan rute ini bisa menarik minimal 2.000 penumpang setiap harinya. Pihak perusahaan juga menyatakan akan melakukan evaluasi terhadap operasional rute P11 ini.
Namun, kondisi riil di lapangan menunjukkan bahwa pelayanan belum sepadan dengan harapan. Mulai dari ketidakteraturan jadwal bus, tidak konsistennya petugas, hingga suasana dalam bus yang tak kondusif. Semua ini menjadi PR besar bagi Transjakarta jika ingin rute ini benar-benar jadi solusi mobilitas warga Bogor–Jakarta.
Butuh Feeder: Suara dari Pakar Transportasi
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mendukung ekspansi rute Transjabodetabek. Namun, ia menegaskan pentingnya dukungan feeder atau angkutan pengumpan dari perumahan menuju halte-halte utama. Tanpa feeder, warga akan sulit menjangkau bus meski rutenya bagus.
"Yang terpenting perlunya feeder ke kawasan perumahan karena prinsipnya orang berangkat dari rumah, sehingga harusnya mereka nggak jauh dari transportasi umum," kata Djoko.
Ia menggarisbawahi bahwa Jakarta sudah punya banyak feeder dan hampir 90 persen wilayahnya terkoneksi transportasi umum. Tapi di kota mitra seperti Bogor dan Bekasi, hal itu belum terjadi.
“Di kota mitra belum, jadi perlu diperkuat feeder. Karena kalau di Jakarta sudah banyak feeder,” jelasnya.
Reformasi Angkot Jadi Jalan Tengah
Djoko juga menyarankan agar angkot lokal dimodifikasi fungsinya menjadi feeder Transjabodetabek. Menurutnya, ini perlu didiskusikan serius antara Pemda Bodetabek dengan operator transportasi. “Angkutan umum lokal yang ada dapat dimanfaatkan sebagai angkutan pengumpan dari kawasan perumahan. Sehingga reformasi angkot dapat dilakukan di wilayah Bodetabek,” ujar Wakil Ketua MTI Pusat itu.
Langkah ini tak hanya efisien dari sisi infrastruktur, tapi juga memberdayakan ekonomi lokal. Angkot tidak perlu punah, tapi cukup berganti fungsi agar terintegrasi dalam ekosistem transportasi modern.
Perluasan Rute Jadi Kunci Keberhasilan
Sebagai penutup, Djoko menambahkan bahwa perluasan rute ke daerah padat seperti Bekasi dan lebih banyak titik di Bogor juga penting dilakukan. “Perlu ditambah rute Transjabodetabek terutama Bogor dan Bekasi, yang penting nanti kan masuk tol (busnya),” ujarnya.
Dengan pengembangan rute, penambahan armada, serta sistem feeder yang terencana, rute P11 ini bisa jadi andalan baru. Namun semua itu butuh konsistensi, evaluasi rutin, dan keberanian dari pengelola serta pemerintah daerah.
Peresmian rute baru Transjabodetabek P11 Bogor–Blok M memang membuka harapan baru bagi warga penyangga Jakarta. Tapi realita di lapangan menunjukkan bahwa kenyamanan, ketepatan waktu, dan pengelolaan petugas masih jadi tantangan. Dukungan feeder dan reformasi transportasi lokal harus jadi prioritas ke depan. Jika semua ini bisa ditangani, maka rute ini bukan hanya sekadar jalur baru, tapi juga jembatan mobilitas yang manusiawi dan berkelanjutan.
SourceL Republika
0Komentar