TSd7TUO5TfC6BUM8BUr0BSz0
Light Dark
Tiga Besar Calon Sekda Kota Bogor

Tiga Besar Calon Sekda Kota Bogor

Daftar Isi
×

Arsip BPN/Diskominfo

Proses seleksi Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor kini sudah memasuki fase penentuan. Dari tujuh nama awal yang sempat mewarnai dinamika pemilihan, kini hanya tersisa tiga nama yang siap masuk ke tahap final. Ini bukan sekadar soal siapa yang paling populer atau punya jabatan paling tinggi. Proses seleksi ini dirancang untuk menemukan sosok terbaik yang akan menjalankan roda birokrasi Kota Bogor dari balik layar.

Tiga nama yang kini menjadi sorotan publik adalah Denny Mulyadi, Kepala Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kota Bogor; Sri Nowo Retno, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes); dan Eko Prabowo, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Aspemkesra). Ketiganya bukan nama baru di lingkungan Pemkot Bogor, dan masing-masing membawa rekam jejak serta keunggulan yang tak bisa dipandang sebelah mata.

Pemilihan Sekda bukan urusan kecil. Posisi ini adalah salah satu jabatan tertinggi dalam struktur pemerintahan kota. Sekda bertugas mengoordinasikan seluruh dinas dan perangkat daerah, memastikan program-program strategis berjalan lancar, serta menjadi penghubung antara kepala daerah dan aparatur sipil negara (ASN). Maka tak heran jika proses seleksi ini melibatkan dua level pemerintahan sekaligus: Pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Menurut informasi resmi, proses seleksi melibatkan asesmen kompetensi, penulisan makalah, hingga wawancara mendalam. Dalam tahap akhir ini, keputusan ada di tangan Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim. Ia memiliki hak prerogatif untuk memilih satu nama dari tiga kandidat yang sudah disaring oleh panitia seleksi (Pansel).

Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim tak menampik bahwa ia telah menerima tiga nama tersebut dari Pansel yang diketuai oleh Wakil Wali Kota Jenal Mutaqin. “Saya tentu menghormati langkah-langkah yang diambil oleh tim asesmen, termasuk juga apa yang kemudian dilaksanakan oleh tim yang diketuai oleh Wakil Wali Kota Bogor,” ujar Dedie, Kamis 12 Juni 2025.

Dedie menambahkan, ia akan mempertimbangkan banyak aspek sebelum menetapkan satu nama. Termasuk melakukan wawancara terhadap ketiga kandidat secara langsung. “Hasilnya tentu beberapa hari setelah itu. Karena banyak hal, banyak pertimbangan, dan saya harus bertanya ke berbagai pihak. Kriteria tentang kompetensi, kredibilitas, dan lain-lain yang masih menjadi pertimbangan, sampai saya putuskan satu nama yang akan menjadi Sekda Kota Bogor,” ucapnya.

Pernyataan ini memperlihatkan bahwa proses seleksi tidak hanya formalitas atau sekadar simbolik. Wali kota benar-benar ingin memastikan bahwa orang yang akan dipilih adalah sosok yang mampu mengemban tugas besar dan kompleks dalam menjalankan roda pemerintahan.

Sementara itu, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Bogor, Herry Karnadi, turut memberikan penjelasan teknis terkait tahapan seleksi. Ia menekankan bahwa proses seleksi ini adalah bagian dari implementasi sistem merit yang menjadi komitmen utama Pemkot Bogor dalam pembinaan dan pengembangan ASN.

"Para kandidat merupakan Calon Suksesi yang memiliki kompetensi dan kinerja tinggi sebagaimana data pada Manajemen Talenta," ungkap Herry. Artinya, ketiga nama yang lolos adalah mereka yang selama ini memang telah dipersiapkan sebagai calon pemimpin di masa depan. Ini bukan sekadar promosi jabatan, tapi kelanjutan dari proses manajemen talenta yang berbasis data dan kinerja.

Ia juga menyebut bahwa proses seleksi dilakukan secara menyeluruh dan profesional. Mulai dari asesmen kompleks yang menguji kemampuan strategis dan teknis, hingga penulisan makalah dan sesi wawancara mendalam oleh tim Pansel. “Komposisi Pansel yang diketuai oleh wakil wali kota juga sudah memenuhi persyaratan yang terdiri dari profesional/akademisi, Assesor Utama, maupun Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama. Sehingga hasil dari proses ini sudah memenuhi asas Akuntabilitas, Transparansi, dan Keadilan,” jelas Herry.

Jika ditilik lebih jauh, siapa pun yang terpilih nantinya akan memikul tanggung jawab yang tidak ringan. Sekda harus mampu menjaga stabilitas organisasi perangkat daerah, menjadi motor penggerak reformasi birokrasi, serta menjembatani komunikasi antara pimpinan daerah dengan struktur bawahannya. Di tengah tantangan pembangunan perkotaan, seperti kepadatan penduduk, penataan transportasi, serta layanan publik yang makin kompleks, Sekda adalah sosok yang menentukan efektivitas pelayanan kepada masyarakat.

Denny Mulyadi, misalnya, dikenal sebagai birokrat teknokratis yang paham betul seluk-beluk keuangan daerah. Pengalaman memimpin BKAD membuatnya akrab dengan mekanisme anggaran, pengelolaan aset, hingga efisiensi fiskal. Di sisi lain, Sri Nowo Retno membawa perspektif kuat dari sektor kesehatan, terlebih setelah pandemi COVID-19 yang menguji kapasitas layanan publik dan respons krisis. Sedangkan Eko Prabowo, sebagai Aspemkesra, punya keunggulan dalam menjalin komunikasi lintas sektor dan koordinasi antarinstansi.

Proses pemilihan Sekda Kota Bogor juga menjadi barometer sejauh mana Pemkot berkomitmen pada reformasi birokrasi berbasis kualitas, bukan hanya kedekatan atau loyalitas. Masyarakat menaruh harapan besar pada pemilihan ini agar hasil akhirnya benar-benar membawa angin segar bagi kinerja pelayanan publik di Kota Bogor.

Dalam dunia birokrasi, jabatan sekda bisa dibilang sebagai panglima operasional. Ia bukan hanya pelaksana teknis, tapi juga pengambil kebijakan strategis bersama wali kota. Di tengah sorotan publik yang makin tajam terhadap transparansi dan akuntabilitas, siapa pun yang terpilih harus siap tampil di garda depan sekaligus mengelola dinamika internal dengan kepemimpinan yang kuat dan cerdas.

Tahapan selanjutnya tinggal menunggu sesi wawancara langsung antara Wali Kota Bogor dan ketiga kandidat. Dalam beberapa hari ke depan, publik kemungkinan akan mengetahui siapa yang akhirnya dipercaya mengisi jabatan strategis Sekda Kota Bogor. Meski keputusan akhir sepenuhnya di tangan wali kota, transparansi dan rekam jejak para kandidat tetap menjadi pertimbangan utama.

Dengan mengerucutnya nama-nama ini, publik dan kalangan internal birokrasi kini tinggal menunggu keputusan final. Apakah Kota Bogor akan dipimpin seorang teknokrat anggaran, tokoh kesehatan yang tangguh, atau birokrat koordinatif dengan jam terbang tinggi? Waktu akan menjawabnya.

Proses seleksi Sekda Kota Bogor bukan sekadar formalitas administratif, melainkan momentum penting untuk menentukan arah tata kelola pemerintahan yang lebih baik. Tiga nama besar sudah ada di atas meja, masing-masing dengan kapasitas dan rekam jejak mumpuni. Kini, tanggung jawab besar ada di pundak wali kota untuk memilih sosok yang bukan hanya cakap di atas kertas, tapi juga kuat di lapangan dan mampu membawa Pemkot Bogor makin profesional, transparan, dan responsif terhadap kebutuhan warga kota.

0Komentar

Special Ads
Special Ads