Insiden memilukan terjadi di Desa Mekarsari, Rumpin, Kabupaten Bogor. Dua anak berusia 7 dan 14 tahun tersambar petir saat bermain di luar rumah pada Senin sore, 7 Juli 2025. Kejadian ini menambah daftar peringatan tentang bahaya berteduh di bawah pohon saat hujan deras disertai petir.
Tragedi Petir di Rumpin: Bermain Berujung Duka
Menurut keterangan resmi dari pihak kepolisian, salah satu anak tidak berhasil diselamatkan.
"Pelajar yang menjadi korban tersambar petir adalah MF (7), meninggal dunia," ujar Kasi Humas Polres Bogor, Ipda Yulista, Selasa (8/7/2025). Ungkapan itu mempertegas bahwa peristiwa ini bukan sekadar kecelakaan biasa, tapi tragedi yang menyentuh banyak pihak.
Kejadian bermula saat hujan turun cukup deras sekitar pukul 15.20 WIB. Kedua anak, bersama teman-temannya, sedang bermain di luar rumah. Saat suara guntur mulai menggelegar dan langit menggelap, sebagian teman mereka memilih pulang lebih awal ke rumah masing-masing.
"Pukul 15.20 WIB, hujan turun dan disertai petir, kemudian teman korban pulang ke rumah masing-masing," lanjut Yulista. Namun, MF dan temannya memilih berteduh di sebuah saung kecil di bawah pohon, yang tanpa mereka sadari menjadi titik paling berisiko saat cuaca ekstrem seperti itu.
Saung di Bawah Pohon: Tempat Berteduh yang Jadi Perangkap
Tak berselang lama setelah mereka berteduh, petir menyambar lokasi tersebut. Kedua anak langsung terpental akibat sambaran listrik dengan tegangan sangat tinggi. Suara petir yang begitu keras pun membuat warga sekitar segera keluar rumah, mencari tahu apa yang terjadi.
"Kemudian saksi melihat kejadian tersebut, selanjutnya memberitahukan kepada warga perkampungan dan meminta bantuan kepada warga," jelas Yulista. Respons cepat warga memang patut diapresiasi, meskipun sayangnya nyawa MF tak bisa diselamatkan.
Warga pun bergegas mengevakuasi kedua korban. MF, yang berusia 7 tahun, sudah dalam keadaan tak bernyawa saat ditemukan. Sementara itu, korban berusia 14 tahun masih bernapas dan langsung dilarikan ke fasilitas medis terdekat.
"Korban MF dibawa ke rumah duka dan korban I dibawa ke RS Selaras untuk mendapatkan pertolongan," tutup Yulista. Sampai berita ini diturunkan, kondisi I masih dirawat intensif di rumah sakit dan belum ada kabar lanjutan mengenai perkembangannya.
Waspada Petir: Bahaya yang Sering Diremehkan
Insiden ini menjadi peringatan keras bahwa hujan yang disertai petir bukanlah situasi yang bisa dianggap remeh, apalagi oleh anak-anak. Berteduh di bawah pohon sering kali terlihat aman, tapi kenyataannya justru sangat berbahaya. Pohon adalah konduktor alami yang kerap menjadi sasaran sambaran petir.
Petir membawa arus listrik dengan tegangan yang bisa mencapai ratusan juta volt. Ketika menyambar, energi tersebut bisa menjalar melalui batang pohon ke tanah, atau bahkan melompat ke objek di sekitarnya, termasuk manusia. Dalam kasus di Rumpin, efeknya sungguh tragis dan merenggut nyawa seorang bocah.
Selain faktor alam, aspek edukasi juga perlu diperhatikan. Masyarakat, terutama anak-anak, harus dibekali pengetahuan dasar soal mitigasi bencana ringan seperti petir. Sekolah dan lingkungan tempat tinggal bisa berperan besar dalam menanamkan kebiasaan aman saat hujan, seperti menjauh dari pohon tinggi, tiang listrik, dan genangan air.
Tragedi ini juga seharusnya jadi bahan introspeksi bagi pihak terkait. Apakah ada sistem peringatan dini yang aktif di desa? Apakah masyarakat tahu harus berbuat apa saat cuaca mulai menunjukkan tanda-tanda ekstrem? Pertanyaan-pertanyaan ini seharusnya dijawab lewat langkah konkret dan edukatif ke depan.
Saat berita ini tersebar di media sosial dan grup-grup lokal, respons publik penuh dengan ucapan duka dan simpati. Banyak netizen turut mengingatkan pentingnya edukasi cuaca ekstrem di tingkat rumah dan sekolah. Tak sedikit yang menyarankan agar pemerintah desa segera memasang papan peringatan di area-area rawan sambaran petir.
Satu hal yang bisa dipetik dari kejadian ini adalah pentingnya kesadaran kolektif. Kita sering merasa bahwa bencana hanya akan terjadi pada orang lain, padahal alam tidak pernah pilih kasih. Semua bisa menjadi korban, terutama bila tidak waspada dan tidak paham cara menghadapinya.
Mari kita doakan agar korban yang selamat segera pulih. Semoga peristiwa ini menjadi yang terakhir dan mampu membuka mata banyak orang bahwa keselamatan harus selalu jadi prioritas, terutama bagi anak-anak. Karena kadang, dalam waktu sekedipan mata, langit bisa berubah murka dan menyambar tanpa permisi.
0Komentar