Kesedihan mendalam masih menyelimuti keluarga Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online berusia 20 tahun, yang meninggal dunia setelah dilindas kendaraan taktis milik Brimob. Kepergian tragis itu meninggalkan luka besar bagi keluarga kecilnya yang selama ini hidup sederhana di rumah kontrakan kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Pada Jumat malam, 29 Agustus 2025, Presiden Prabowo Subianto datang langsung ke rumah duka untuk memberikan perhatian. Kunjungan itu berlangsung singkat, sekitar 10–20 menit, namun penuh makna. Presiden menyampaikan belasungkawa sekaligus mendengar harapan orang tua Affan secara langsung.
Harapan Keluarga untuk Keadilan
Zulkifli, ayah Affan, menyampaikan satu permintaan sederhana namun sangat penting di hadapan Presiden. Ia menegaskan, “Cuma saya minta agar Presiden menegakkan hukum yang seadil-adilnya.” Baginya, kehilangan anak sulung bukan sekadar duka, melainkan panggilan untuk mencari keadilan seterang-terangnya.
Menurut keluarga, kehadiran Presiden membawa rasa hangat di tengah kesedihan. Prabowo menanyakan kehidupan sehari-hari keluarga, termasuk jumlah anak, lamanya tinggal di kontrakan, hingga biaya sewa bulanan yang cukup berat. Perhatian tersebut sedikit memberi ketenangan bagi Herlina, ibu Affan, yang masih berduka.
Namun, di balik ucapan belasungkawa, Zulkifli tetap menekankan bahwa yang paling ia butuhkan bukan materi semata, melainkan keadilan. Baginya, kematian anaknya harus disertai pertanggungjawaban hukum yang jelas, agar tragedi ini tidak terulang bagi keluarga lain di masa depan.
Janji Presiden: Rumah Impian untuk Keluarga
Tidak berhenti pada ucapan duka, Prabowo juga menyampaikan komitmen untuk memenuhi impian almarhum. Presiden berjanji memberikan sebuah rumah bagi orang tua Affan, sesuai cita-cita sang anak yang ingin menghadiahkan tempat tinggal layak bagi ibunya. Janji itu disambut haru keluarga dan warga sekitar.
“Bapak Presiden datang langsung, menyampaikan belasungkawa, dan juga memberikan bantuan. Bahkan rumah yang menjadi keinginan almarhum untuk ibundanya akan dipenuhi,” ungkap Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Ahmad Riza Patria, yang mendampingi Presiden di rumah duka.
Riza menjelaskan bahwa rumah tersebut akan disiapkan di kawasan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bantuan ini bukan sekadar simbol, melainkan bentuk penghargaan atas kerja keras Affan selama hidupnya. Dengan begitu, keluarga tidak perlu lagi berpindah dari kontrakan kecil yang selama ini mereka tempati.
Meski merasa terhormat, Zulkifli kembali menekankan bahwa janji rumah hanyalah bagian kecil dari apa yang sebenarnya ia harapkan. Sebagai ayah, baginya yang utama adalah keadilan. Ia ingin pelaku bertanggung jawab di hadapan hukum, tanpa ada pengecualian atau perlindungan.
Jejak Perjuangan Hidup Affan
Affan, yang lahir pada 2004, tumbuh dalam keterbatasan ekonomi. Ia bahkan harus berhenti sekolah di usia 14 tahun karena kondisi keluarga. Demi membantu orang tua, ia bekerja sebagai penjaga portal selama dua tahun, sebelum akhirnya memilih menjadi pengemudi ojek online untuk menopang kehidupan keluarga.
Meski penghasilannya tidak besar, Affan dikenal rajin menabung. Dari hasil kerja kerasnya, ia berhasil membeli sebidang tanah di Lampung untuk keluarganya, serta sebuah motor untuk adik perempuannya. Cita-cita terbesarnya adalah memberikan rumah layak untuk ibunya, agar tidak terus hidup berpindah kontrakan sederhana.
“Almarhum selalu memikirkan keluarganya. Semua yang ia lakukan, menabung dan bekerja keras, semata-mata untuk orang tua dan adiknya,” kata Riza Patria. Pernyataan ini semakin menegaskan bahwa hidup Affan adalah tentang pengorbanan tanpa pamrih.
Dalam pandangan banyak orang, Affan adalah contoh anak muda yang gigih. Meski tidak menyelesaikan sekolah, ia berusaha keras memastikan keluarganya tidak kekurangan. Sikap ini membuat namanya begitu dihormati di lingkungan sekitar, dan kepergiannya menjadi kehilangan besar bagi banyak pihak.
Tuntutan Tegaknya Hukum
Kasus kecelakaan yang merenggut nyawa Affan masih terus disorot publik. Warga berharap, peristiwa ini menjadi momentum penting bagi pemerintah menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Bagi Zulkifli, tidak ada bantuan yang bisa menggantikan nyawa anaknya, kecuali keadilan yang benar-benar ditegakkan.
“Sebagai orang tua, saya tentu berharap ada penegakan hukum yang benar-benar adil,” tegas Zulkifli. Harapan ini mewakili suara banyak keluarga kecil yang sering kali berada di posisi lemah ketika berhadapan dengan aparat.
Kunjungan Presiden memang membawa sedikit penghiburan, namun publik kini menunggu langkah nyata pemerintah. Janji rumah bagi keluarga Affan tentu bernilai besar, tetapi janji menegakkan hukum jauh lebih penting bagi masa depan bangsa.
Dengan demikian, kasus Affan bukan sekadar tragedi pribadi, melainkan cermin besar bagi bangsa. Apakah hukum bisa berjalan dengan tegak, atau justru kembali tumpul ke atas, hanya waktu yang bisa menjawab. Satu hal pasti, nama Affan akan terus diingat sebagai simbol perjuangan anak muda sederhana.
0Komentar