TSd7TUO5TfC6BUM8BUr0BSz0
Light Dark
Tantangan Pembiayaan Program 3 Juta Rumah di Bogor: Menilik Kendala dan Solusi Pemerintah

Tantangan Pembiayaan Program 3 Juta Rumah di Bogor: Menilik Kendala dan Solusi Pemerintah

Daftar Isi
×


Semenjak 2 tahun lalu kawasan Ciseeng, Kabupaten Bogor, tampak para pekerja sibuk merenovasi rumah subsidi pemerintah. Gambar tersebut menjadi simbol semangat pemerintah untuk mewujudkan program 3 juta rumah, meski tantangan besar masih mengintai. Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Anindya Novyan Bakrie, menyampaikan bahwa pembiayaan menjadi salah satu masalah utama. Sebagai program yang padat modal, pemerintah harus menghadapi kenyataan bahwa bunga kredit yang tinggi justru membebani pengembang.

Menurut Anin, pengembang cenderung enggan membangun rumah subsidi ketika bunga kredit terlalu tinggi. Akibatnya, kontraktor kesulitan untuk membiayai proyek, bahkan para pelaku usaha bahan bangunan pun kesulitan meningkatkan pasokan mereka. Hal ini sangat dirasakan di kawasan seperti Kabupaten Bogor yang sedang berkembang pesat. “Ketika bunga kredit terlalu mahal, pengembang enggan membangun rumah. Kontraktor kesulitan membiayai proyek, dan pelaku usaha bahan bangunan tidak dapat meningkatkan pasokan mereka,” tegas Anin, seperti yang dilansir pada Kamis (18/9/2025).

Pendidikan Keuangan dan Sosialisasi Program Belum Optimal di Bogor

Di balik masalah pembiayaan, Anin juga menyoroti rendahnya literasi keuangan di masyarakat. Hal ini memperburuk penyerapan program 3 juta rumah di Bogor, yang sebenarnya memiliki potensi besar. Banyak warga yang belum sepenuhnya memahami manfaat dan mekanisme program tersebut. Sosialisasi yang kurang, ditambah dengan kurangnya pemahaman tentang pembiayaan perumahan, menjadi hambatan besar. Seharusnya, edukasi tentang program ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pembangunan kawasan seperti Ciseeng dan sekitarnya.

Namun, Kadin meyakini bahwa Program 3 Juta Rumah punya dampak besar bagi perekonomian. “Sektor perumahan bukan sekadar pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, tetapi juga penggerak utama ekonomi nasional. Sektor konstruksi, menyerap 8,1 juta orang,” ujar Anin. Di tingkat Kabupaten Bogor, sektor perumahan berpotensi menyerap tenaga kerja lokal yang sangat dibutuhkan.

Peluang Ekonomi Baru di Kabupaten Bogor

Dalam konteks Kabupaten Bogor, sektor perumahan tidak hanya menjadi solusi untuk masalah rumah bagi masyarakat, tetapi juga memberikan peluang bagi pengembangan ekonomi lokal. Setiap pembangunan rumah subsidi, menurut Anin, dapat menyerap hingga enam tenaga kerja langsung dan mendorong lebih dari 140 sektor industri turunan. Mulai dari industri semen, baja, kayu, hingga jasa transportasi.

Tentu saja, untuk mengoptimalkan peluang ini, kerjasama antara pemerintah, pengembang, dan masyarakat sangat diperlukan. Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Maruarar Sirait, mengungkapkan bahwa pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan pembiayaan, seperti penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) Bank Indonesia dari 5% menjadi 4% dan program burden sharing senilai Rp130 triliun.

Bogor, Peluang dan Tantangan yang Harus Disikapi

Namun, tantangan terbesar tetap ada pada penyerapan yang berkualitas. Pihak perbankan dan Danantara harus lebih percaya bahwa sektor perumahan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan kerja. Bila ini tercapai, maka program 3 juta rumah dapat benar-benar menjadi kunci untuk mengurangi ketimpangan sosial di Kabupaten Bogor, sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat di berbagai lapisan.

Di balik segala tantangan dan kendala, Kabupaten Bogor menyimpan potensi yang luar biasa dalam mengembangkan sektor perumahan dan ekonomi lokal. Pekerjaan rumah besar ini perlu dukungan dari semua pihak agar rumah subsidi tidak sekadar menjadi impian, tapi kenyataan yang memajukan perekonomian. Tunggu, Bogor sedang bersiap menyongsong masa depan yang lebih baik!

0Komentar