Jalan Cihanjawar–Citeko (Lingkar Selatan) yang digagas Bupati Bogor, Rudy Susmanto, akhirnya masuk tahap nyata. Rencana besar ini kini bergerak dari sekadar wacana menuju proses teknis yang makin rapi, memberi harapan baru bagi warga yang sudah lama menunggu jalur alternatif bebas macet, atau istilah Sundanya biar teu ribet.
Pada Rabu, 12 November 2025, jajaran teknis mulai melakukan peninjauan, pemetaan, dan pengukuran di ruas Jalan Cihanjawar–Citeko. Langkah ini menjadi fondasi awal untuk memastikan trase jalan sesuai kebutuhan lapangan sehingga proses pembangunan nantinya berjalan mulus, tertib, dan tidak menimbulkan masalah baru.
Kolaborasi Lintas Instansi Mulai Bergerak
Kegiatan pemetaan serta pengukuran tersebut dilakukan oleh Kantor Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Kabupaten Bogor. Kehadiran lembaga ini memastikan urusan batas lahan, legalitas, hingga kepastian penggunaan ruang dapat diselaraskan tanpa hambatan administrasi yang berlarut.
Proses lapangan juga melibatkan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I Regional 2, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Dinas PUPR, DPKPP, serta Pemerintah Kecamatan Megamendung. Kolaborasi besar ini menjadi bukti bahwa pembangunan Lingkar Selatan bukan sekadar proyek kecil, tetapi agenda strategis wilayah.
Jalan Cihanjawar–Citeko nantinya dirancang membentang sekitar 7 kilometer dengan lebar 10 meter. Rutenya dimulai dari Kampung Cihanjawar, Desa Sukagalih, Megamendung, hingga tembus ke Desa Citeko, Cisarua. Jalur ini digadang-gadang jadi poros baru transportasi Puncak yang lebih hadé pisan bagi mobilitas warga.
Efisiensi Waktu Tempuh dan Hibah Lahan Besar
PTPN I Regional 2 dan TNGGP menghibahkan lahan total 7 hektare untuk mendukung pembangunan ini. Hibah tersebut menjadi tonggak penting karena mempercepat izin ruang sekaligus menegaskan komitmen para pemangku lahan terhadap kebutuhan mobilitas publik yang terus meningkat setiap tahun.
"Kami sangat bersyukur kepada Bupati Bogor dengan gagasannya ternyata rencana pelebaran jalan Cikopo Selatan atau Lingkar Selatan Puncak dari Gadog ke Cisarua serius dilaksanakan," ungkap Dadang, tokoh masyarakat Desa Citeko, Kamis 13 November 2025. Ucapan ini menggambarkan antusiasme warga terhadap proyek besar tersebut.
Dengan dibukanya akses Cihanjawar–Citeko, waktu tempuh dari Megamendung menuju Cisarua diperkirakan akan jauh lebih singkat. Akses baru ini bakal menjadi alternatif penting, mengingat jalur utama Cikopo Selatan kerap menjadi titik macet kronis terutama saat akhir pekan dan musim liburan panjang.
Selama ini, kata Dadang, pengguna jalan dan warga Megamendung atau Cisarua selalu terjebak kemacetan di jalur Cikopo Selatan terutama setiap akhir pekan dan hari libur. Kondisi tersebut menambah beban waktu, biaya, serta kenyamanan mobilitas warga maupun wisatawan yang melintas.
"Jalan Cihanjawar - Citeko selama ini sulit dilintasi karena sempit dan tertutup pohon-pohon tumbang. Setelah dibuka, maka pengguna jalan yang ingin ke Cisarua dari Gadog atau sebaliknya bisa melintasi jalur ini, tidak lagi melalui Desa Kuta dan Desa Kopo," jelasnya. Pernyataan ini menegaskan urgensi pembukaan jalur lama yang selama ini kurang terurus.
Dampak Ekonomi dan Peluang Pengembangan Wilayah
Sementara Ade, tokoh masyarakat Megamendung, menambahkan bahwa akses Lingkar Selatan membawa harapan baru bagi pertumbuhan ekonomi lokal. Menurutnya, jalur ini akan memunculkan klaster-klaster perekonomian baru karena arus kendaraan, komoditas, dan wisatawan akan semakin lancar, sehingga potensi usaha warga makin ngahiji dengan peluang baru.
Pembangunan Jalur Cihanjawar–Citeko bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan investasi masa depan yang menautkan mobilitas, ekonomi, dan kualitas hidup warga. Dari kemacetan yang menahun hingga akses yang selama ini terhambat, semua perlahan menemukan solusi melalui jalur alternatif yang lebih modern dan efektif.
Pada akhirnya, hadirnya Lingkar Selatan diharapkan menjadi titik balik transformasi Puncak, menjembatani kebutuhan warga, wisatawan, hingga pelaku usaha. Jika semua berjalan lancar, jalur ini bukan hanya membuka akses baru, tapi juga membuka harapan baru—dan di sinilah cerita Bogor melangkah lebih jauh dengan gaya yang benar-benar ngahudang.

0Komentar