TSd7TUO5TfC6BUM8BUr0BSz0
Light Dark
Pemkot Bogor Dorong KH Sholeh Iskandar Jadi Pahlawan Nasional, Jejak Perjuangan yang Tak Lekang Waktu

Pemkot Bogor Dorong KH Sholeh Iskandar Jadi Pahlawan Nasional, Jejak Perjuangan yang Tak Lekang Waktu

Daftar Isi
×


Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, tengah mengajukan nama besar Kiai Haji (KH) Sholeh Iskandar sebagai calon pahlawan nasional. Usulan ini bukan sekadar formalitas birokrasi, tapi bentuk nyata penghormatan terhadap sosok ulama sekaligus pejuang yang jasanya telah mengakar dalam sejarah Bogor dan Tanah Air.

Jejak Perjuangan dari Pasarean

Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, menegaskan bahwa pengajuan gelar tersebut punya alasan kuat. “Pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Kabupaten Bogor mendorong salah seorang tokohnya, yaitu K.H. Sholeh Iskandar dapat menerima gelar pahlawan nasional,” ujar Dedie usai acara Hari Pahlawan di Balai Kota Bogor, Senin (10/11/2025).

Kiai asal Pasarean, Cibungbulang, Bogor, kelahiran 22 Juni 1922 ini memang dikenal luas sebagai sosok ulama sekaligus patriot. Dalam masa penjajahan, beliau berperan besar memperjuangkan kemerdekaan dengan cara yang cerdas dan elegan—menggabungkan ilmu agama dengan semangat kebangsaan yang membara. Singkatnya, beliau bukan hanya tokoh spiritual, tapi juga penggerak perubahan.

Dedie menambahkan, Sholeh Iskandar dikenal pula sebagai pendidik sejati. Beliau mendirikan Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, salah satu perguruan tinggi Islam ternama yang melahirkan banyak tokoh penting hingga kini. Dalam istilah Sunda, beliau adalah sosok “panutan salamina” — contoh yang abadi bagi generasi penerus.

Dari Kampung ke Nasional: Perjuangan yang Berlanjut

Dengan pengusulan ini, kata Dedie, nama KH Sholeh Iskandar kini telah masuk dalam daftar 40 calon penerima gelar pahlawan nasional asal Jawa Barat. Sebuah capaian besar, tapi bukan akhir dari perjuangan. “Jadi, ini melengkapi dari beberapa tokoh di Jawa Barat yang diusulkan sebagai tokoh nasional yang bergelar pahlawan nasional,” sebut Dedie dengan nada optimis.

Namun demikian, Dedie mengakui prosesnya belum final. Ia belum tahu pasti kapan pemerintah pusat akan menetapkan gelar tersebut secara resmi. “Jadi, kita bersyukur, ya. Meskipun mungkin nanti masih kita perjuangkan untuk bisa mendapatkan gelar pahlawan nasional. Mungkin jangan terlalu lama, mungkin tahun depan atau tahun-tahun berikutnya. Harapannya itu,” imbuhnya dengan senyum penuh harap.

Sikap tersebut menunjukkan bahwa semangat perjuangan masih terus hidup—tidak hanya di masa KH Sholeh Iskandar, tetapi juga di hati para penerusnya. Dalam bahasa Sunda, mungkin ini yang disebut “henteu éléh ku waktu” — semangat yang tidak luntur dimakan zaman.

Lebih dari sekadar simbol, usulan ini menjadi refleksi bahwa nilai-nilai perjuangan, pendidikan, dan keislaman tetap relevan untuk generasi masa kini. Sholeh Iskandar bukan hanya bagian dari sejarah, tapi juga inspirasi yang menyalakan api kecintaan terhadap bangsa di tengah modernitas yang kian pragmatis.

Bila kelak gelar itu resmi disematkan, maka bukan hanya nama besar KH Sholeh Iskandar yang diabadikan, melainkan juga semangat juangnya yang menembus ruang dan waktu. Seperti pepatah Sunda bilang, “ulah hilap kana purwadaksina” — jangan pernah lupa pada asal dan perjuangan leluhur. Sebab dari sanalah cahaya masa depan akan lahir.

Dan ketika sejarah menulis ulang babak baru untuk Bogor, semoga nama KH Sholeh Iskandar berdiri kokoh di antara para pahlawan bangsa—bukan hanya karena gelarnya, tapi karena nilai yang ia wariskan. Sebab, pahlawan sejati tidak pernah mati, mereka hanya berganti wujud menjadi inspirasi. 🌿✨

0Komentar