TSd7TUO5TfC6BUM8BUr0BSz0
Light Dark
Jejak Megalitik Cibalay Bogor: Temuan Baru Punden Berundak yang Dinilai Mind-Blowing

Jejak Megalitik Cibalay Bogor: Temuan Baru Punden Berundak yang Dinilai Mind-Blowing

Daftar Isi
×


Kompleks situs prasejarah Cibalay di Kabupaten Bogor kembali menyedot perhatian. Penelitian terbaru membuktikan kawasan ini bukan situs biasa. Semakin digali, semakin terbuka fakta arkeologis yang bikin relate dengan kekayaan sejarah Nusantara, tersembunyi di balik hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Temuan itu dihasilkan dari kegiatan delineasi yang melibatkan peneliti, akademisi, serta unsur Kementerian dan Lembaga. Lokasinya berada di Desa Tapos I, Kecamatan Tenjolaya, sekitar 24 kilometer dari Cibinong. Di kawasan inilah, puluhan titik berpotensi cagar budaya mulai terpetakan secara ilmiah dan sistematis.

“Kami sudah berhasil menitik atau menginventarisasi 38 titik potensi cagar budaya, lima di antaranya sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya melalui SK Bupati di tingkat kabupaten di. Tentu saja temuan besar ini menjadi kejutan bagi kami setelah belasan hari menjalani kegiatan delineasi,” kata Lia Nuri Rahmawati.

Situs Cibalay dan Jejak Arsitektur Sakral Awal Nusantara

Menurut Lia, proses penelitian bukan perkara mudah. Tim harus membuka jalur di tengah hutan dan bekerja di bawah cuaca ekstrem. “Ada satu kejutan besar yang kami temukan: ada sekitar tujuh atau delapan undakan cukup besar, kemudian ada menhir, ada altar yang mungkin dahulu digunakan sebagai persembahan atau pemujaan atau peribadatan,” tambahnya.

Situs Cibalay sendiri dikenal sebagai punden berundak, bangunan sakral masa prasejarah yang diyakini menjadi cikal bakal arsitektur candi Hindu-Buddha. Struktur bertingkat dengan susunan batu ini merupakan warisan budaya megalitik era Neolitik, sekitar 2500–1500 SM, dan masih terjaga secara alami.

Nama Cibalay berasal dari bahasa Sunda, “babalay”, yang berarti susunan batu untuk fungsi tertentu. Arkeolog BRIN, Lutfi Yondri, menyebut punden berundak sebagai produk budaya masyarakat Austronesia. “Ini salah satu produk yang mereka gunakan dalam rangka mengagungkan arwah leluhur,” jelasnya.

Dari Ritual Leluhur hingga Tantangan Pelestarian Modern

Keberlanjutan fungsi sakral situs ini masih terasa hingga kini. Warga setempat kerap berziarah dan melakukan ritual tradisional. Abah Engkus, juru pelihara situs, mengingat masa kecilnya ketika mengikuti orang tua berdoa dan makan tumpeng jelang panen, tradisi yang masih hidup sampai sekarang.

“Kenyataan ini menunjukkan bahwa masih ada masyarakat yang memanfaatkan situs prasejarah untuk ritual tertentu,” sehingga mendorong akademisi meneliti bukan hanya masa lalu, tetapi juga praktik budaya masa kini. Pendekatan ini dinilai on point untuk menjaga kelestarian warisan budaya secara berkelanjutan.

Delineasi kawasan Cibalay menjadi krusial karena masuk program geopark Kabupaten Bogor. “Banyak sekali temuan-temuan baru, jadi sangat diperlukan delineasi yang dilakukan secara terpadu,” kata Retno Raswaty. Proses ini bertujuan memperjelas batas pemanfaatan sesuai Undang-Undang Cagar Budaya.

Sinergi lintas lembaga pun menjadi kunci. “Dengan adanya delineasi berarti semakin jelas pembatasan wilayah kerja masing-masing kementerian,” ujar Wawan Yogaswara. Pendekatan kolaboratif ini memastikan pelestarian budaya berjalan seiring dengan perlindungan ekosistem hutan.

Hasilnya terbilang mind-blowing. Dalam dua pekan, tim berhasil memetakan puluhan titik baru, termasuk punden berundak raksasa dengan lebih dari sepuluh teras. Temuan ini menegaskan Cibalay sebagai laboratorium hidup sejarah Nusantara, tempat masa lalu dan masa depan bertemu dalam satu lanskap yang layak dijaga bersama.

0Komentar