Kerja Di Rumah dengan Kebaya Bordir
Kali
ini kami akan membahas mengenai bisnis rumahan dengan modal kecil usaha kebaya
bordir. Usaha ini kami pilih setelah menemukan sebuah kisah menarik terkait
seseorang yang membangun usaha kebaya bordirnya dengan sukses di kota
Yogyakarta.
Kebaya
bordir atau kebaya encim pada awalnya adalah gaya busana khas dari kalangan
peranakan cina. Mereka mengadaptasi kebudayaan cina ke dalam kebudayaan lokal
di kawasan Jawa dengan memadukan ragam hias seperti bunga dan naga ke dalam
busana berbentuk kebaya yang berpotongan nyaman. Dalam perkembangan busana
encim ini mulai digemari oleh masyarakat lokal karena warna-warnanya yang
ceria.
Kecantikan
dan pesona kebaya bordir alias kebaya encim inilah yang mendorong Hanifa
seorang wanita usia 28 tahun memulai usahanya dengan hanya berbekal kemampuan
jahit dan bordir yang diperolehnya dari sekolah tata busana di salah satu
lembaga pendidikan D2 di kota Yogya.
Hanifa
awalnya sempat bingung akan membuka usaha busana jenis apa akhirnya memutuskan
membuat usaha kebaya bordir. Sampai Hanifa mencoba melakukan survey kecil untuk
menemukan ide usaha. Dari survey kecilnya ini Hanifa menemukan fakta, kebaya
bordir menurutnya memiliki kekuatan pasar yang menarik.
Anda
bisa menggunakan bahan baku yang tidak terlalu mahal, tetapi dengan sentuhan
bordir bisa Anda jual sampai lebih dari 100% dari modal pembuatannya.
Setelah
bulat dengan pilihannya membuka bisnis rumahan dengan modal kecil, Hanifa
mencari modal ke salah satu pamannya sebesar 7 juta. Modal ini dia gunakan
untuk membeli mesin jahit, mesin bordir dan bahan baku. Targetnya saat itu,
Hanifa bisa membuat 3 lusin busana kebaya bordir.
Untuk
menghemat modal, Hanifa hanya mengawali usahanya di garasi rumahnya yang
menganggur. Mobil sang ayah sudah lama dijual karena keluarganya yang bangkrut,
itu pula sebabnya Hanifa sebagai satu-satunya anak perempuan dari 4 bersaudara
tak bisa sekolah sampai S1.
Hanifa
juga menyisakan sedikit modal usahanya untuk mencari beragam buku dan majalah
untuk menemukan referensi model bordir yang bisa dia aplikasikan pada kebaya.
Beruntung
di Kota Yogyakarta terdapat banyak pusat penjualan buku dan majalah bekas
sehingga Hanifa hanya butuh modal 100 ribu untuk bisa membeli setumpuk buku dan
majalah.
Dengan
berbekal referensi inilah hanifa menjajal membuat 3 lusin busana kebaya bordir
dengan aneka warna dan ukuran. Hanifa membuat beberapa model dalam beberapa
warna dan ukuran. Bahkan Hanifa juga membuat beberapa buah kebaya dalam ukuran
ekstra large untuk memuat kebutuhan pemilik badan besar.
Untuk
penjualan, Hanifa mendapat bantuan dari seorang teman yang sudah memiliki tenda
penjualan di Sunday morning UGM. Semacam pasar pagi dadakan yang dibuka di
minggu pagi pada kawasan kampus UGM.
Kebanyakan
penjual di pasar pagi ini menjual aneka produk busana, termasuk salah seorang
rekan Hanifa. Dan Hanifa mendapat satu buah rak di counter mereka untuk menjual
busana kebaya miliknya.
Dari
sana penjualan kebaya bordir Hanifa ternyata cukup laku, dari 3 lusin busana
yang hanifa buat, Hanifa bisa menjual hampir lusin. Saat itu Hanifa bisa
membawa pulang uang sampai sebesar 2,4 jutaan. Pendapatan yang cukup baik
bahkan dalam hitungan beberapa minggu Hanifa memulai usaha.
Setelahnya,
Hanifa mulai mencoba memastikan setiap minggu Hanifa menyiapkan busana kebaya
bordir di rumahnya. Karena setiap minggu pula Hanifa meneruskan rutinitasnya
menjual kebaya bordir di kawasan sunday morning UGM. Hanifa sampai harus
bekerja lembur untuk memenuhi target 3 lusin busana siap jual di akhir minggu
karena dia belum siap untuk memiliki karyawan.
Sampai
setelah beberapa minggu Hanifa jatuh sakit karena kelelahan. Situasi ini
membuat Hanifa mulai mencari beberapa asisten untuk membantunya bekerja.
Beruntung Hanifa mengenal beberapa orang yang cukup mahir menjahit dan membuat
bordir dan siap bekerja dalam tim yang dia buat.
Menyadari
Hanifa kini juga terbebani biaya tenaga kerja, Hanifa mulai melebarkan sayap
usahanya. Tak sedikit pameran fashion, pameran produk tradisional, pameran
wedding, sekaten dan berbagai bazaar dia ikuti untuk memamerkan hasil karyanya.
Meski cara ini harus Hanifa aku cukup memakan biaya, tetapi hasilnya juga cukup
memuaskan.
Karena
dengan semua upayanya ini kini Hanifa bisa mengembangkan bisnis rumahan dengan
modal kecil yang diawalinya menjadi usaha yang memberinya hasil besar. Hingga
kini Hanifa masih menjalankan usahanya di garasi milik sang ayah.
Namun
garasi ini sudah dirombaknya menjadi workshop dan butik cantik yang siap
melayani kunjungan konsumen yang ingin datang langsung atau memesan produk
secara khusus.
Jalur
penjualan yang selama ini Hanifa jalankan masih dari pameran ke pameran, bazaar
ke bazaar dan tentu saja jangan lupa melalui Sunday morning UGM. Kini Hanifa
sudah memiliki tendanya sendiri dan malah membantu menyediakan satu rak dari
gerai kecilnya ini untuk salah satu rekan sekolahnya yang berbisnis tas batik.
Mau
tau bagaimana perhitungan modal dan keuntungan Hanifa?
Modal
awal
Mesin jahit bekas : Rp. 1.800.000,-
Mesin bordir : Rp. 1.650.000,-
Rak dan peralatan lain : Rp. 800.000,-
TOTAL Rp.
4.250.000,-
Biaya
produksi ( 1 bulan = 15 lusin )
Bahan baku : Rp. 5.600.000,-
Listrik
: Rp. 150.000,-
Tenaga kerja : Rp. 3.500.000,-
TOTAL Rp. 9.250.000,-
Asumsi
Penjualan @ 120 ribu – 250.000
: Rp. 32.000.000,-
Untung
kotor = (32.000.000 – 9.250.000) = Rp.
22.750.000,-
Pemasaran
dan penjualan
Rp. 8.000.000,-
Keuntungan
bersih
Rp. 14.750.000,-
Dari
bisnis rumahan dengan modal kecil yang Hanifa rintis, kini Hanifa setiap bulan
sudah bisa mengantongi untung bersih 14 jutaan. Padahal cukup dengan bermodal 7
juta saja. Anda bisa lihatkan bagaimana hasil bila keuletan dan kegigihan Anda
tambahkan dalam bisnis Anda.
0 Komentar