Selesaikan Persoalan 18 Tahun, Bima Arya Sukses Relokasi Pedagang Malam Surken ke Sukasari
Walikota Bogor Bima Arya kembali meninjau aktivitas perdagangan di Pasar Sukasari yang merupakan hasil relokasi pedagang kaki lima (PKL) malam Jalan Suryakencana, Sabtu (24/11/2018) malam. Datang bersama sang istri Yane Ardian, momen itu juga dimanfaatkan mereka untuk berbelanja menu masakan favorit keluarga.
Ya, persoalan PKL tersebut sebetulnya sudah ada sejak 18 tahun silam. Berdasarkan catatan, awal mulai hadirnya pasar tumpah di Jalan Suryakencana, ketika upaya relokasi pedagang Pasar Ramayana ke Pasar Jambu Dua pada medio 2000. Pasar Ramayana ditutup secara resmi pada 10 Agustus 2000.
Namun ternyata pasca pemindahan Pasar Ramayana, banyak pedagang yang justru menjadi PKL, salah satunya di Jalan Suryakencana. Upaya demi upaya Pemkot ketika itu terus dilakukan, namun para PKL tetap kembali ke Jalan Suryakencana dengan alasan lokasi yang sangat strategis.
Kini, 18 tahun berlalu. Di tangan Walikota Bima Arya, akhirnya ikhtiar itu sukses dilakukan. Bima memuji kinerja organisasi perangkat daerah (OPD) dan Muspida Kota Bogor yang ikut menyukseskan pengembalian fungsi Jalan Suryakencana yang bebas dari pedagang malam sehingga arus lalu lintas kembali normal dan bersih.
“Fase berikutnya kita akan menyelesaikan pembangunan pedestrian di sepanjang Jalan Suryakencana. Kemudian dilanjutkan dengan desain penataan kawasan Pasar Bogor dan sekitarnya, termasuk pedestrian di Jalan Otista (jalur kiri). Yang lainnya akan kami benahi secara konsisten dan bertahap,” jelasnya.
Untuk lebih menyukseskan relokasi tersebut, Bima Arya tak jarang turun langsung ke lapangan untuk melakukan sosialisasi perpindahan pedagang malam Surken ke Sukasari. “Hari ini saya sama istri dan emak-emak lainnya datang ke Pasar Sukasari karena mereka penasaran pengen liat lokasi baru. Alhamdulillah pasarnya sudah ramai, tinggal secara bertahap nanti kita akan terus lengkapi fasilitas, dibuat tenda-tenda supaya tidak kehujanan, MCK-nya, tempat ibadahnya, semoga semakin nyaman nantinya,” jelas Bima.
Kehadiran ibu-ibu di Pasar Sukasari diharapkan Bima Arya bisa semakin memasifkan sosialisasi. “Yang penting kita sosialisasi dulu supaya warga Bogor tahu, pasar tumpah di Surken sudah pindah ke Sukasari. Dari ibu-ibu ini kan pasti nyebar. Masing-masing mereka punya WA group, Instagram juga ada. Saya minta di posting semua ibu-ibu. Supaya emak-emak di Bogor belanja semua ke sini,” beber dia.
Sementara itu, Ketua Tim Penggerak Pembina Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Bogor Yane Ardian ada dua hal yang coba disampaikan oleh masyarakat luas. “Pertama, belanja itu merupakan aktivitas ibu-ibu yang tak bisa dipisahkan. Belanja itu membuat happy, bahagia ibu-ibu. Kedua,belanja ke pasar tradisional mengajak para ibu untuk semakin paham bahwa masa depan anak-anak tergantung dari makanan yang disajikan dan di konsumsi di rumah,” ungkap Yane di Pasar Sukasari.
Ia menambahkan, berbagai kemudahan teknologi yang saat ini ada diharapkan tidak mengurangi semangat kaum ibu untuk bergegas ke pasar. “Misalnya kemudahan seperti fasilitas pesan antar makanan oleh ojek online, jangan sampai membuat ibu-ibu tidak pergi ke pasar. Kalau semakin lama dibiasakan seperti itu kesehatan keluarga sebenarnya bisa menurun dan harganya pun lebih mahal,” jelasnya.
Dengan belanja ke pasar tradisional, lanjut ibu dari Kinaura Maisha dan Kenatra Mahesa ini, dapat memicu ibu-ibu untuk semangat berkreasi, membuat menu masakan untuk keluarganya dan bersosialisasi juga di pasar. (Humpro: arvan/pri)
Sumber : kotabogor.go.id
0 Komentar