Waspada Kemarau Panjang Melanda Bogor Sekitarnya

Sumber Foto: Radar Bogor

Beberapa hari ini cuaca di Bogor terlihat terik dan sangat panas. Hampir di beberapa titik dan lokasi di wilayah Bogor tidak diguyur hujan, hal tersebut menjadi pertanda perlunya kewaspadaan bagi Kota Bogor. Khususnya wilayah yang biasa sering terkena dampak kekeringan air.

Kepala Seksi (Kasi) Kedaruratan dan Logistik pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor Budi Hendrawan menjelaskan, rencananya satu atau dua hari ke depan akan berkirim surat ke Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengenai prakiraan cuaca untuk beberapa bulan ke depan sampai dengan pergantian musim.

Karena untuk menetapkan status kekeringan, harus duduk bersama dalam membahasnya. Khususnya dengan lembaga yang mengetahui mengenai cuaca dan pihak pemerintah Bogor.

Hal ini untuk mengetahui lokasi mana saja yang akan berdampak dan bagaimana untuk mengantisipasi apabila banyak daerah yang terkena dampak kekeringan tersebut.

“Minggu ini kalau tidak ada halangan BPBD Provinsi Jawa Barat juga akan mengadakan rakor terkait hal ini untuk tingkat provinsi karena di beberapa kabupaten dan kota di Jabar sudah ada yang terkena kekeringan, mudah - mudahan Kota Bogor aman,” ungkap kepada media di Bogor, Minggu (30/6/2019).

Hingga saat ini, jelasnya, belum ada warga yang mengeluhkan kekeringan air di beberapa lokasi.

Namun, apabila berkaca pada tahun sebelumnya, salah satu daerah Kota Bogor yang pernah dilanda kekeringan tersebut berada di Kelurahan Kertamaya.

Walau begitu, tidak ditetapkan status kekeringan karena di prediksi curah hujan di Kota Bogor masih ada walaupun dalam jumlah yang jarang - jarang.

“Kalau tidak salah cuma wilayah itu dan itupun kalau tidak salah juga kita hanya suplai kurang dari dua tanki air,” ceritanya.

Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Data dan Informasi pada BMKG Stasiun Klimatologi Kelas I Bogor Hadi Saputra membenarkan apabila saat ini untuk wilayah Jawa Barat sudah memasuki musim kemarau, walau sebetulnya Bogor dan sekitarnya tidak masuk zona musim.

“Bogor dan sekitarnya tidak masuk zona musim karena masih ada hujan tiap bulannya, namun pas kemarau seperti saat ini ya terpengaruh juga ikut kering,” ungkap dia.

Berdasarkan prakiraan cuaca, potensi kemarau akan berlangsung hingga empat bulan ke depan.

Karena itu, dalam waktu dekat pihaknya yang sudah menerima undangan dari BPBD Kota Bogor akan segera mengkoordinasikannya.

“Potensi kemarau sampai bulan November karena itu untuk saat ini masyarakat perlu berhemat dalam menggunakan air,” imbaunya. Hal ini untuk menjaga ketersediaan air cukup sampai kondisi musim hujan datang.

Terpisah, Kordinator SUP Ciliwung Katulampa Andi Sudirman mengungkapkan, kondisi bendung Katulampa saat ini hanya bisa mengalirkan 2.800 liter perdetik.

200 liter perdetik diantaranya dialirkan untuk aliran sungai Ciliwung. Sementara sisanya di fokuskan untuk saluran irigasi.

“Yang kami utamakan adalah irigasi, sementara kami akan pertahankan aliran ke Ciliwung selain agar tidak kering dan mempertahankan ekosistem juga untuk kepentingan air baku PDAM yang bersumber dari Ciliwung,” jelasnya.

Menurutnya, debit air di atas dua ribu masih dalam kondisi yang cukup aman. Namun apabila sudah berada dibawah angka tersebut maka sudah masuk kategori kritis. Seperti kejadian 22 tahun silam. “Dibawah dua ribu itu sudah kritis seperti tahun 97 kekeringan,” ungkapnya.

Dampak berkurangnya debit air pada sungai Ciliwung akan terasa untuk warga yang masih memanfaatkan aliran sungai Ciliwung maupun industri. Bukan hanya di Bogor melainkan juga Depok sampai Jakarta.

“Dampaknya akan terasa di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor, Depok hingga Jakarta,” ungkapnya.

Karena Ciliwung menjadi salah satu sungai terbesar yang mengalirkan airnya untuk dimanfaatkan bagi kota - kota tersebut. Bisa dibayangkan apabila kondisi Ciliwung menjadi kering.

0 Komentar