Trem Siap Menjadi Moda Transportasi Modern Di Bogor 2020 Nanti
Sumber Foto: Radar Bogor |
Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor untuk menghadirkan transportasi penunjang penumpang umum, yaitu Trem yang rencananya akan masuk di Kota Bogor pada 2020 mendatang mendapat tanggapan yang beragam. Mulai yang pro dan juga yang kontra.
Seperti yang disampaikan salah seorang supir angkot trayek 07, Ricky. Dirinya tidak keberatan dengan adanya transportasi trem ini. Menurutnya hal tersebut sudah menjadi program pemerintah.
Sementara yang lain driver ojek online, Cecep Supriadi kurang setuju adanya trem. Menurutnya hadirnya trem tidak akan mengurai kemacetan di Kota Bogor justru akan menambah kemacetan lagi.
Ketua DPC Organda Kota Bogor, M Ischak sendiri merasa dengan hadirnya trem justru akan mematikan pengusaha angkutan umum yang selama ini telah kooperatif mengikuti kebijakan Pemkot kota Bogor. Mulai dari rerouting, konversi sampai ke pembentukan badan usaha.
“Pengadaan trem hanya menguntungkan para investor besar atau asing saja. Namun mengabaikan pengusaha kecil, seperti para pengusaha angkot,” jelasnya.
Sementara itu berdasarkan hasil poling di akun instagram salah satu media online di Bogor hingga pukul 19.00 WIB kemarin. Sebanyak 1729 warga net setuju dengan beroperasinya trem di Kota Bogor, yang menurut mereka membantu mempermudah mendapat transportasi selain kereta dan angkot.
Trem sendiri akan diproyeksikan masuk ke Kota Bogor pada tahun 2020 besok. Pemkot Bogor juga sudah berkomunikasi dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) untuk segera melakukan kajian.
Kajian itu juga akan dianggarkan di dalam APBD Kota Bogor, serta BPTJ dengan estimasi senilai Rp 200 juta.
Walikota Bogor Bima sendiri belum mengetahui konsep dan siapa yang akan mengelola trem tersebut nantinya.
Bahkan, dalam waktu dekat ini, wakilnya, Dedie A Rachim, ditugaskan untuk berangkat ke Utrecht, Belanda, untuk melihat perkembangan Trem di negara tersebut.
“Yang penting kajiannya saja dulu. Dari kajian itu kita akan lihat kelayakan Kota Bogor untuk trem. Kalau misalnya cocok dengan trem yang di Utrecht ya bisa. Tapi kalau tidak trem nya bisa darimana saja,” ungkapnya.
Yang jelas, sambung Bima, perencanaan trem sudah ada di Bogor Transportasi dengan rute di sekitaran Kebun Raya Bogor, Stasiun Bogor, Surya Kencana dan kembali lagi ke Jalan Padjajaran.
Namun, hal tersebut perlu kajian detail untuk mengetahui berapa besar pembiayaan dan berapa lama pekerjaannya, apakah perlu perluasan atau tidak, serta pembiayaan dari mana saja dananya.
“Kalau dibangun kapan, paralel saja dengan LRT. Kita tidak tahu, kalau LRT mulus tahun depan, tapi trem tetap berjalan,” ceritanya.
Kehadiran trem di Bogor juga tentu saja tidak semudah yang diharapkan, karena beberapa yang kontra dengan kehadiran transportasi ini tentu juga akan ada dampak bagi moda transportasi sebelumnya.
Meskipun Trem merupakan hibah dari Belanda, Ischak menilai, seharusnya Pemkot Bogor benar - benar menyelesaikan kajian terlebih dahulu, sebelum berencana mengoperasikannya.
Sebab, selain rute yang bersinggungan dengan trayek angkutan umum di seputaran Kebun Raya Bogor (KRB), kapasitas jalan di Kota Bogor juga sangat terbatas. “Sekarang saja macet, apalagi kalau ada trem,” tegasnya.
Menurutnya, tidak ada kebanggaan jika program pemerintah menggencet usaha kecil. Justru bisa menambah konflik di lapangan kelak.
“Kalau dipaksakan tetap berjalan, itu bisa konflik di lapangan, karena bisa membunuh usaha angkot secara perlahan, apalagi saat kondisi seperti sekarang,” jelasnya.
Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor juga semakin mematangkan kajian untuk kehadiran moda transportasi massal, salah satunya Trem. Setelah Lintas Rel Terpadu (LRT) yang rencananya akan masuk pada tahun 2020, transportasi penunjang penumpang, yaitu Trem, kini juga mulai di fokuskan.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, pengkajian terhadap pengoperasionalan Trem sedang dilakukan. Bukan saja oleh Pemkot Bogor, melainkan juga dari pemerintah pusat yang langsung terjun memantau kelak.
0 Komentar