DLH: Bank Sampah Organik Bogor Solusi Kebersihan Lingkungan

Bogor, 20 Agustus 2020 - Sebagian besar masyarakat pasti sudah familiar dengan yang namanya bank sampah. Hanya saja, bank sampah yang banyak dikenal adalah untuk jenis non-organik. Mungkin alasan dari sedikitnya penyedia bank sampah organik adalah pemilahan dan pengolahan sedikit sulit. Baunya yang tak sedap berasal dari barang-barang yang sudah busuk. Sedangkan sampah non-organik kering dan mudah diolah menjadi produk daur ulang yang menggunakan kekreatifan manusia. 

Menyiapkan Bank Sampah Organik di Wilayah Dinas LIngkungan Hidup Bogor

Namun, berbeda dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor yang lebih memilih untuk membuat bank sampah organik. Tempat ini justru dirintis di sudut halaman kantor dinas sehingga menjadi tempat pengelolaan sampah dengan skala tingkat RT dan RW di Bogor. 

Denny Wismanto selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor membenarkan aktivitas bank sampah ini. Pihaknya yakin pengelolaan sampah dapat berjalan baik sehingga masyarakat tidak hanya melakukan pengurangan sampah dari non-organik saja. Melainkan organik yang kebanyakan orang menganggap bahwa hal ini tidak mungkin. 

Sudah Banyak ASN Dari Lingkungan DLH yang Menyetor Sampah Organik

Agara pengelolaan bank sampah ini dapat berjalan, beberapa waktu terakhir ASN yang di lingkungan DLH sudah mulai melakukan penyetoran sampah organik. Denny pun mengatakan bahwa penyetoran tersebut merupakan himbauan dari pihaknya agar program baru ini dapat berjalan dengan baik. 

Jika masyarakat bertanya, apakah timbunan sampah organik seperti itu tidak menimbulkan belatung? Jawabannya memang iya, sampah-sampah tersebut menjadi santapan bagi belatung maggot. Dimana sebenarnya belatung tersebut sengaja dikembangbiakkan. Dengan begitu tidak perlu menyiapkan mesin pencacah sampah, karena maggot sudah menjadi pencacah alami. 

Mengolah Belatung Menjadi Bermanfaat

Seperti yang sudah masyarakat luas ketahui, bahwa saat ini sedang banyak orang yang melakukan budidaya maggot. Karena, belatung yang berasal dari larva jenis BSF ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan substitutif. Tujuannya untuk mengurangi penggunaan pelet ikan yang kemungkinan besar akan membuat pembudidaya ikan harus mengeluarkan lebih banyak biaya operasional. 

Bahkan, untuk pengelolaan yang simpel maggot bisa mencapai harga pasaran sekitar Rp5 ribu per kilogramnya. Tidak heran jika saat ini budidaya maggot menjadi pendukung perekonomian yang efektif. Tanpa biaya pembelian bahan masyarakat yang membudidaya sudah bisa mendapatkan banyak keuntungan dari penjualan maggot. 

Bermula Dari Pemilahan Sampah

Awal dimulainya program ini, masyarakat diajak oleh pemerintah daerah untuk memilah antara sampah organik dengan non-organik. Seiring berjalannya waktu, akhirnya usaha bersama ini terus berkembang dan menjadi bank sampah non-organik. Dimana hasil olahannya bisa menghasilkan manfaat yang ekonomis. 

Namun, saat itu pemanfaatan sampah non-organik belum bisa dilakukan secara maksimal. Karena sekitar 70% sampah yang berasal dari rumah tangga berjenis organik. Jadi, dampaknya tidak terlalu berpengaruh pada penumpukkan sampah daerah. Oleh karena itu, selanjutnya inovasi sampah organik dikembangkan dengan membudidaya maggot.

Pengambangan Bank Sampah Menghasilkan Bio Gas

Selain itu, pengembangan bank sampah organik juga dapat menghasilkan biogas. Pada tempat percontohan DLH, sudah terdapat unik pemanfaatan sampah organik untuk dijadikan olahan biogas. Namun ide ini dirasa masih belum matang, karena masih membutuhkan kotoran ternak.

Tapi, hal ini patut dipertimbangkan secara serius karena hasil pengelolaannya dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat luas. Jadi, sebenarnya sampah non-organik maupun organik sama-sama dapat dimanfaatkan. Dengan demikian, pengurangan sampah bisa membantu kebersihan lingkungan tanpa adanya penumpukan sampah. 

Editor: Shara Nurrahmi

0 Komentar