Kemenhub Berencana Pertahankan Bus Gratis Bogor Sampai Akhir Tahun


Bogor, 4 Agustus 2020 - Layanan bus gratis di stasiun Bogor yang telah dijalankan sejak beberapa waktu lalu direncanakan akan dipertahankan hingga akhir tahun 2020. Hal ini disampaikan langsung oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan (Kemenhub), dimana keputusannya telah melalui beberapa pertimbangan. 

Salah satu alasan keputusan ini diambil adalah sebagai salah satu langkah yang komprehensif dalam menangani penumpukan penumpang KRL dari Stasiun Bogor. Namun, pada hari Senin (3/8/2020) Polana mengatakan bahwa seiring berjalannya waktu, layanan bus akan dikurangi secara bertahap dengan tetap mempertimbangkan dinamika situasi yang terjadi pada saat itu.

Memang setiap di Stasiun Bogor pasti KRL sudah penuh, sehingga sebagian besar orang dari stasiun lain harus berdesak-desakan. Adanya kondisi yang seperti ini tentu membuat penumpang merasa tidak nyaman menggunakan fasilitas transportasi antar kota. 

Bentuk Akomodasi Penumpang KRL dengan Finansial yang Terbatas

Alasan lain dari keputusan Polana Pramesti dalam melakukan perpanjangan hingga akhir tahun adalah mengakomodasi penumpang KRL yang kemampuan finansialnya terbatas. Karena, beberapa orang mengalami kendala dalam menjalankan aktivitas yang disebabkan oleh biaya transportasi. 

Terutama di masa pandemi ini banyak pekerja yang harus dirumahkan. Namun, mereka harus mencari pekerjaan lain guna menyambung hidup. Mencari pekerjaan pada situasi seperti ini tentu tidaklah mudah. Sekalinya ada, terkadang lokasinya sedikit jauh dengan tempat tinggal sehingga harus menyiapkan biaya transportasi.

Oleh karena itu, selama di masa pandemi ini maka layanan bus gratis dapat dimanfaatkan agar tetap dapat menjalani aktivitas seperti bekerja.  

Evaluasi Terhadap Penumpukan Penumpang KRL Telah Dilakukan

Polana juga menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan evaluasi terhadap menumpuknya penumpang dari Stasiun Bogor dengan adanya layanan bus gratis yang dimulai sejak Mei 2020 lalu. Evaluasi yang dilakukan itu memberikan hasil bahwa karakteristik masyarakat dalam penggunaan KRL beragam. Mulai dari faktor status sosial menengah hingga ke bawah. 

Dimana orang-orang yang status sosial perekonomiannya ke bawah bergantung pada layanan KRL karena dinilai harga tiketnya terjangkau. Sedangkan perekonomian menengah mau menggunakan layanan komuter selain KRL meskipun harganya sedikit lebih tinggi tapi pelayanan yang diberikan lebih baik. 

Melihat hasil evaluasinya, Polana mengatakan bahwa kebijakan yang diambil nantinya harus mampu mengakomodir kondisi serta kepentingan masyarakat. Dengan demikian, meskipun berada di masa pandemi mereka tetap bisa menjalankan aktivitas dengan mengakses layanan transportasi yang tak lepas dari aturan protokol kesehatan. 

BPTJ Tingkatkan Layanan Bus Jabodetabek Residence Connexion (JR Connexion)

Selain berencana untuk tetap mempertahankan layanan bus gratis, BPTJ juga akan melakukan peningkatan layanan bus Jabodetabek Residence Connexion (JR Connexion) pada wilayah Bogor dan sekitarnya. Kebijakan ini dikeluarkan untuk membantu kelompok pengguna KRL yang kemampuan finansialnya terbatas sehingga tetap menjalani aktivitasnya dengan baik. Sedangkan untuk biaya transportasi yang telah disiapkan dapat mereka gunakan untuk kebutuhan lain.

BPTJ juga meminta kepada semua pemerintah kota mahupun kabupaten yang ada di Jabodetabek agar mengajukan skema subsidi kepada pemerintah pusat. Tujuannya adalah untuk penataan angkot di wilayah masing-masing sehingga terintegrasi dengan layanan Transjabodetabek. 

Sebelumnya, dari kota Bogor sudah diberitakan bahwa Pemkot dan Kemenhub telah memiliki rencana untuk memberlakukan tarif terhadap layanan bus gratis yang sudah ada. Kemudian, Bima Arya Sugiarto selaku Wali Kota Bogor telah melakukan survei dimana hasilnya sebagian besar orang tidak masalah jika harus dikenakan tarif. Asalkan harganya tidak terlalu tinggi dan tidak jauh selisihnya dengan tarif KRL. 

Editor: Shara Nurrahmi

0 Komentar