Pasar Ikan Parung Datangkan Pembeli dari Luar Daerah


Suasana di Pasar Ikan Hias di Desa Waru, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor tampak ramai. Ratusan pembeli dan pedagang berjubel hilir mudik keluar masuk area pasar. Ada yang memanggul bungkusan besar berisi ikan hias di bahu, ada yang menentengnya di tangan, ada juga yang membawanya menggunakan sepeda motor. Banyak juga yang masih sibuk memilih ikan hias yang tergantung, sambil bertransaksi dengan para pedagang. 

Pasar Ikan Hias Parung ini hanya beroperasi tiga kali tiap pekan yaitu pada Senin, Kamis, dan Sabtu, mulai pukul 11.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Tidak hanya ikan hias seperti ikan guppy, koi, koki, dan arwana, berbagai jenis ikan cupang, serta ikan untuk aquascape juga dijual di pasar ini. Berbagai jenis pakan ikan, kura-kura mini, berbagai perlengkapan aquarium, bahkan bibit ikan lele dalam berbagai ukuran juga ada di pasar ini.

Untuk memudahkan pembeli, setiap pedagang diberi nomor urut masing-masing yang digantung di atas lapaknya. Beberapa pedagang juga memiliki toko sendiri, yang terletak di dekat patung ikan koi di pintu masuk pasar.

Salah seorang pedagang ikan hias, Jepri (31 tahun) sudah berjualan ikan hias di Pasar Ikan Hias Parung selama enam tahun. Jenis ikan yang dijual berupa ikan guppy, ikan koi, dan ikan koki.

Sambil melayani pembeli yang tengah menawar harga, Jepri menceritakan, bulan ini merupakan bulan di mana cuaca ekstrim kerap terjadi. Sehingga bisa menyebabkan kematian pada bibit-bibit ikannya.

“Kalau cuaca buruk, kondisi air jadi enggak stabil. Kadang dingin, kadang nggak. Jadi bibit banyak yang mati,” ujar Jepri sambil membungkus sekantong ikan guppy untuk pelanggannya.

Pria asal Desa Iwil, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor ini dalam sehari bisa menjual 500 ekor ikan guppy, 200 ekor ikan koki, dan 300 ekor ikan koi. Menurutnya, ikan guppy merupakan ikan yang paling mudah dijual.

Meski demikian, di awal pandemi Covid-19, penjualan ikan hias di lapak Jepri sempat menurun sebesar 60 hingga 70 persen. Meski saat itu pasar tidak tutup, tapi pembeli cenderung berkurang yang menyebabkan pasar sepi.

“Waktu itu sempat turun, peminatnya berkurang 60 sampai 70 persen. Tapi sekarang sudah mulai stabil lagi,” ujar pria bertopi ini.

Pedagang lainnya, Saan (42 tahun) mengaku sudah puluhan tahun berjualan pakan ikan di pasar ini. Pakan ikan yang dijual Saan, biasanya digunakan untuk pakan ikan lohan, arwana, aligator, dan kadang koi.

Menurutnya, pasar paling ramai pada Kamis dan Senin, di mana kebanyakan yang datang berasal dari para pedagang ikan yang biasa membeli ikan di Pasar Ikan Hias dengan harga grosir. Sementara itu, pada Sabtu, kebanyakan yang datang merupakan pembeli yang hobi merawat ikan hias.

“Paling ramai Kamis sama Senin. Banyak penjual yang datang beli harga grosir. Nah, kalau Sabtu lebih sepi dan yang datang banyak yang cuma buat hobi,” tutur dia.

Selain ramai, pembeli yang datang pun berasal dari berbagai daerah. Tidak hanya berasal dari Bogor, tapi juga ada yang dari Sukabumi, bahkan Lampung.

“Di sini mah dari mana saja. Ada sampai Lampung, Sukabumi juga. Apalagi kalau pedagang baru restock ikannya,” kata dia menambahkan.

Salah satu pembeli asal Kabupaten Bogor, Arvian (29 tahun) kerap membeli ikan cupang di Pasar Ikan Hias Parung. Sebagai penyuka ikan hias, dia mengaku ada beberapa kali membeli ikan cupang hias di sana.

Kadang, Arvian melakukan transaksi jual beli dengan sistem cash on delivery (COD) dengan tukang ikan langganannya. Menurutnya, harga ikan hias yang dijual di pasar tersebut lebih murah dibandingkan dengan yang dibelinya di kios biasa.

“Murah sih, kalau dibanding di kios biasa karena kan dia tangan pertama. Kebanyakan juga tukang ikan hias ngambilnya di Pasar Parung juga,” kata Arvian.

Sumber: republika

0 Komentar