Tradisi Ritual Cuci Rupang di Wihara Dhanagun Jelang Imlek
Hari Minggu kemarin (07/02) merupakan momen yang penting bagi warga keturunan Tionghoa yang tinggal di Indonesia. Hal ini berkenaan dengan perayaan tahun baru Imlek yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat, tepatnya pada hari Jumat (12/02) mendatang.
Para warga keturunan Tionghoa di Bogor misalnya, melakukan tradisi pencucian rupang di Wihara Dhanagun, Kota Bogor. Ya, momen ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan tradisi tersebut karena menjelang perayaan Imlek semuanya harus dipersiapkan. Termasuk kebersihan rupang.
Mengenal Rupang, Patung Dewa-Dewi Buddha
Sebagian besar masyarakat beragama Buddha di Indonesia merupakan keturunan Tionghoa. Mereka telah lama ada di Indonesia bahkan sebelum negara ini merdeka. Dengan memegang budaya leluhur, masyarakat keturunan Tionghoa yang sejak awal berkewarganegaraan Indonesia ini bisa merayakan Imlek dengan khidmat sebagai bentuk toleransi umat beragama.
Rupang sendiri adalah bagian penting dalam upacara peribadatan dan perayaan tradisi Tionghoa. Berdasarkan kepercayaan mereka, pada perayaan tersebut dewa akan naik ke langit untuk melaporkan tentang bagaimana dan apa saja perbuatan manusia selama di bumi setahun ini.
Dengan demikian, rupang yang dihuni oleh dewa akan kosong, dan inilah momen tepat untuk memandikan patung tersebut. Menurut para pengurus wihara, upacara pemandian rupang tersebut merupakan manifestasi dari penghormatan terhadap leluhur yang sangat mereka hargai.
Bukan sembarang orang yang dapat memandikan rupang. Karena patung ini dianggap sakral oleh para penganut agama Buddha, maka hanya orang terpilih yang dapat melakukan ritual ini. Kemudian, untuk patung yang berbentuk Dewi Kwan Im sendiri, orang yang ditunjuk harus wanita.
Rupang yang Berganti Baju Dari Donatur
Seusai menjalankan prosesi pemandian, rupang tersebut diganti bajunya dengan pakaian yang telah dibeli oleh donatur. Pada momen sakral ini, banyak orang yang akan melakukan donasi untuk pembelian pakaian yang baru pada patung-patung dewa tersebut.
Siapa sangka, karena banyaknya orang yang menyumbangkan baju, maka bisa jadi antreannya sampai bertahun-tahun agar bisa bergantian dipakai oleh sang rupang. Hal ini tentu menjadi amanat tersendiri soal kesabaran dan kegigihan dalam berderma.
Meskipun bersifat sakral dan harus dilakukan sesuai prosedur yang tepat, namun wisatawan masih boleh melihat bagaimana prosesi tersebut dilakukan. Jadi, para pengurus wihara sangat terbuka untuk menjawab pertanyaan dari wisatawan maupun menjelaskan detail prosesi. Asalkan suasananya harus tetap khidmat dan bersahaja, karena memang acara ini bersifat penting bagi masyarakat penganutnya.
Ritual Lain Menjelang Imlek
Selain ritual pemandian rupang, terdapat kebiasaan lain yang biasanya dilakukan menjelang tahun baru Imlek. Misalnya seperti membersihkan seluruh bagian rumah hingga sedetail-detailnya, mengganti dekorasi rumah menjadi serba merah, dan membeli atau membuat aneka hidangan khas Imlek.
Kembang api juga menjadi bagian penting dalam perayaan Imlek. Di Bogor sendiri, perayaan tersebut salah satunya dilakukan pada Wihara Dhanagun, Kota Bogor. Banyak masyarakat penganut Buddha yang akan pulang kampung.
Bahkan, bukan hanya penganut Buddha saja, sebagian warga keturunan Tionghoa yang beragama lain pun ikut merayakan tahun baru Imlek. Karena itulah, julukannya adalah Chinese New Year. Momen ini merupakan waktu yang tepat untuk pulang kampung bagi mereka yang merantau.
Karena pada umunya para anggota keluarga akan berkumpul dan melewatkan waktu bersama, setidaknya setahun sekali saat Imlek. Namun, di tengah pandemi Covid-19 sejak tahun lalu, memang sebagian orang terbatas mobilitasnya sehingga belum tentu dapat pulang kampung ketika Imlek.
0 Komentar