Usaha Pariwisata di Puncak Masih Terpuruk

Bogor, 01 Februari 2021 - Mengawali awal bulan dengan lesu, beberapa sektor pada masa pandemi seolah babak belur dalam terpaan Covid-19, salah satunya usaha pariwisata. Sektor pariwisata terkena imbas dari regulasi PSBB dan PPKM yang seolah tanpa ampun menggempur hingga menyisakan napas terakhir tuk bertahan. Wilayah puncak menjadi cerminan nyata realita ini.

Tak hanya virus dan regulasi, bencana alam masih menghampiri wilayah tersebut melalui peristiwa banjir dan tanah longsor. Wisatawan kian takut untuk bepergian ke puncak hingga pendapatan rata-rata pengusaha usaha wisata anjlok hingga 80%.

Hingga saat ini, belum tampak tanda-tanda penurunan kasus Covid-19 hasil PPKM Jawa bali yang seolah hanya memberi dampak buruk. Selain itu, para pemegang kebijakan masih memilih untuk memperpanjang PPKM hingga 8 Februari 2021. Entah hingga kapan usaha pariwisata terdampak dapat bertahan dengan helaan napasnya yang kian hari kian habis.

Penyesuaian Dengan PPKM

Setiap orang saat ini seolah hidup berdampingan dengan virus corona yang tak dapat terlihat dengan mata telanjang. Meski demikian, Namanya telah menjadi perbincangan seantero dunia sebagai dalang utama atas semua kekacauan yang ada.

Semua berubah, tak lagi ada yang sama. Kesadaran terhadap protokol kesehatan meningkat drastis. Pada setiap lini kehidupan mulai dari pembelajaran sekolah hingga obrolan ringan telah melalui platform digital. Kenormalan lama hilang begitu saja, berganti dengan kenormalan baru.

Pembatasan sosial yang paling memukul usaha pariwisata. Banyak sektor pariwisata yang menutup bisnisnya, memilih berhibernasi atau mati atau melakukan hal yang belum pernah ada. Sektor tour & travel menjelma menjadi tour secara digital yang lebih mudah untuk wisatawan jangkau secara finansial dan waktu.

Usaha pariwisata dan perhotelan tak lagi bergairah. Tak ada wisatawan, maka tak ada pemasukan. Peraturan jam malam membuat wisatawan merasa malas untuk berwisata. Belum lagi aturan tes Covid-19 yang tidak murah menjadi beban tersendiri.

Meski banyak pihak terpuruk dengan adanya PPKM. Pemerintah cukup optimis dampak tersebut hanyalah jangka pendek sehingga dapat teratasi.

Cuaca Buruk Beri Dampak Negatif

Sudah menjadi rahasia umum apabila Indonesia selalu mendapat terpaan cuaca buruk pada bulan Desember hingga Januari. Bencana alam akibat cuaca buruk pun seolah sudah makanan sehari-hari. Tidak ada pilihan selain bertahan hingga cuaca buruk mereda.

Pada awal tahun 2021, begitu banyak bencana alam yang menerpa di berbagai wilayah Indonesia. Mulai dari hujan lebat dengan angin kencang, banjir bandang, longsor, gempa bumi, hingga gunung meletus mewarnai kisah awal tahun.

BMKG telah mengimbau bahwa cuaca ektrem akan terjadi pada puncaknya bulan Januari hingga Februari. Masyarakat diharap untuk tetap waspada. Curah hujan dengan intensitas tinggi masih akan menerpa akibat perubahan iklim.

Belum lama ini, bencana alam menerpa kawasan puncak hingga merusak pemukiman warga. Banjir tersebut menerjang kawasan Gunung Mas. 

Akibat bencana tersebut, terjadi kerusakan pada beberapa rumah warga. Dugaan kuat banjir terjadi akibat luapan sungai yang tertutup oleh material kayu atau pun tanah longsor sehingga menghantam pemukiman warga.

Akibatnya banyak warga yang mengungsi ke beberapa masjid sebagai tindakan darurat. Selain itu, bencana ini juga mengakibatkan salah satu tempat wisata Gunung Mas harus tutup untuk sementara waktu. Alasan penutupan usaha pariwisata tersebut karena pihaknya maish membutuhkan waktu untuk pemulihan tempat wisata.

Namun, tidak usah khawatir. Tempat wisata Gunung Mas akan kembali buka pada hari ini. Para wisatawan tetap bisa melakukan travelling ke sana dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. 

0 Komentar