Menjelang datangnya Hari Raya Iduladha, Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) serius mengambil langkah strategis untuk menjamin keamanan hewan kurban dan kesehatan daging yang akan dikonsumsi masyarakat. Salah satu upaya nyata yang dilakukan adalah dengan membentuk Tim Pengamanan Hewan Kurban, sebuah tim lintas elemen yang terdiri dari petugas medik dan paramedik Diskanak, Penyuluh Peternakan Swadaya (PPS), dan mahasiswa dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University. Sebanyak 100 mahasiswa dari IPB diterjunkan untuk membantu pelaksanaan pemeriksaan hewan kurban di lapangan.
Untuk memperkuat langkah pengawasan, Diskanak juga membentuk tujuh Posko Pengamanan Hewan Kurban yang disebar di titik-titik strategis Kabupaten Bogor. Posko-posko ini tidak berdiri sembarangan, melainkan ditempatkan di lokasi yang mewakili wilayah pelayanan kesehatan hewan secara menyeluruh, yaitu:
-
Kantor Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor
-
UPT Puskeswan Wilayah 1 Cibinong
-
UPT Puskeswan Wilayah 2 Babakan Madang
-
UPT Puskeswan Wilayah 3 Jonggol
-
UPT Puskeswan Wilayah 4 Laladon
-
UPT Puskeswan Wilayah 5 Pamijahan
-
UPT Puskeswan Wilayah 6 Jasinga
Langkah ini jelas menunjukkan betapa seriusnya Pemkab Bogor dalam memastikan bahwa hewan kurban yang beredar di pasar dan lapak-lapak penjualan benar-benar dalam kondisi sehat, aman dikonsumsi, dan layak secara syariat.
Nurhayati, Kepala Diskanak, menyebutkan bahwa tujuan utama dari semua upaya ini adalah menciptakan rasa aman dan tenang bagi masyarakat dalam menjalani ibadah kurban. Pemeriksaan dan pengawasan akan dilakukan secara menyeluruh, mulai dari lokasi penggemukan hewan, pasar hewan musiman, hingga lapak-lapak penjual musiman di pinggir jalan, selama periode H-30 hingga H-1, tepatnya dari 6 Mei hingga 5 Juni 2025. Sementara pemeriksaan daging kurban akan berlangsung dari H-1 hingga H+3, yaitu 5 sampai 9 Juni 2025.
Untuk proses penyembelihan, pemerintah juga menyiapkan tiga Rumah Pemotongan Hewan Ruminansia (RPHR) milik daerah, yakni:
-
RPHR Cibinong
-
RPHR Jonggol
-
RPHR Galuga
Tempat-tempat ini disiapkan sebagai alternatif pemotongan yang aman, higienis, dan sesuai dengan standar kesehatan masyarakat veteriner serta syariat Islam.
Selain itu, Diskanak gencar melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai tata cara penjualan dan pemotongan hewan kurban. Informasi disampaikan melalui beberapa jalur komunikasi, seperti:
-
Surat Edaran resmi
-
Media cetak
-
Radio Tegar Beriman FM
-
Workshop pengembangan kader penanganan hewan kurban yang menyasar para DKM dan panitia kurban lokal
Dalam pelaksanaan tugas lapangan, total ada 224 personel yang diterjunkan. Mereka terdiri dari:
-
78 orang dari tim medik dan paramedik Diskanak
-
100 mahasiswa SKHB IPB University
-
3 petugas dari Provinsi Jawa Barat
-
5 petugas dari Ditjen PKH Kementerian Pertanian
-
10 anggota PDHI Jawa Barat II
-
28 Penyuluh Peternakan Swadaya
Kehadiran tim ini sangat penting untuk mendampingi masyarakat dalam proses pembelian hewan kurban. Nurhayati menegaskan, “Kami himbau kepada masyarakat untuk membeli hewan kurban di lapak yang telah diperiksa oleh petugas Diskanak dan ditandai dengan stiker pemeriksaan kesehatan. Hewan yang layak qurban akan disertai Surat Keterangan Kesehatan Hewan Qurban (SKKHQ).”
Sebagai tambahan edukasi, ia juga menjelaskan ciri-ciri fisik hewan kurban yang sehat, yaitu:
-
Mata cerah
-
Gerakan aktif dan lincah
-
Nafsu makan baik
-
Dapat berdiri tegak di keempat kakinya
-
Tidak diare
-
Cuping hidung basah
Menurutnya, edukasi ini penting agar masyarakat bisa lebih cermat dan bertanggung jawab dalam memilih hewan kurban. Ini bukan hanya soal syarat ibadah, tapi juga soal kesehatan dan keberlangsungan masyarakat yang mengonsumsi daging kurban.
"Sehingga masyarakat dapat membeli hewan kurban di tempat yang telah diperiksa kesehatannya oleh petugas, serta memperhatikan ciri-ciri fisik hewan yang sehat," tutupnya.
Dari seluruh rangkaian kegiatan yang dijalankan Diskanak Kabupaten Bogor, tampak jelas bahwa pendekatan yang dilakukan bersifat menyeluruh—dari pengawasan hewan sebelum dipotong, fasilitas pemotongan yang sesuai standar, hingga edukasi langsung ke masyarakat. Strategi pengamanan ini bukan hanya soal prosedur teknis, melainkan bentuk nyata dari tanggung jawab sosial dan keagamaan. Dengan adanya posko, petugas ahli, dan kerja sama dengan kampus seperti IPB University, masyarakat diharapkan lebih sadar akan pentingnya kesehatan hewan kurban. Pada akhirnya, semua ini bermuara pada satu tujuan besar: menjamin bahwa ibadah kurban bukan hanya sah secara agama, tapi juga aman dan layak secara kesehatan.
0Komentar