TSd7TUO5TfC6BUM8BUr0BSz0
Light Dark
Bogor Jadi Panggung Latihan Gabungan TNI AD dan Militer AS

Bogor Jadi Panggung Latihan Gabungan TNI AD dan Militer AS

Daftar Isi
×


Sebuah pagi yang tidak biasa menyambut warga Cibinong pada 10 Juni 2025. Lapangan Tegar Beriman, yang biasanya menjadi tempat warga berolahraga atau sekadar melepas penat, kali ini berubah wajah menjadi arena latihan militer. Tapi bukan latihan biasa—ini adalah simulasi latihan gabungan antara Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) dan pasukan elite militer Amerika Serikat yang tergabung dalam US PAT-SOFLE (Special Operations Forces Liaison Element).

Kehadiran dua kekuatan militer ini bukan sekadar unjuk kekuatan. Di balik barisan rapi prajurit, deru kendaraan taktis, dan instruksi keras penuh semangat, ada pesan penting: sinergi global dalam menjaga stabilitas kawasan. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Military to Military Connection (MtMC), sebuah inisiatif kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Amerika Serikat yang memang sedang aktif dibangun beberapa tahun terakhir. Tujuan utamanya? Meningkatkan kesiapsiagaan bersama dalam menghadapi ancaman keamanan yang makin kompleks dan tak kenal batas negara.

Dalam konteks geopolitik hari ini, pelatihan seperti ini tidak bisa dianggap remeh. Dunia sedang bergerak cepat. Isu-isu seperti konflik regional, terorisme transnasional, ancaman siber, dan bahkan bencana alam global butuh respons yang tak bisa disiapkan secara sepihak. Kolaborasi seperti MtMC menunjukkan bahwa Indonesia tak berjalan sendiri, dan punya mitra strategis yang siap berbagi pengetahuan sekaligus berlatih bersama dalam skenario tempur yang sangat realistis. Kesimpulannya, pelatihan ini adalah manifestasi nyata dari diplomasi pertahanan di abad ke-21.

Yang menarik, bukan cuma militer yang terlibat dalam kegiatan ini. Pemerintah Kabupaten Bogor pun turun langsung memberikan dukungan penuh. Tak tanggung-tanggung, Bupati Bogor Rudy Susmanto hadir langsung di lokasi dan menyampaikan apresiasinya atas kepercayaan yang diberikan untuk menjadikan wilayahnya sebagai tuan rumah latihan penting ini.

“Kami sangat menyambut baik kegiatan ini sebagai bagian dari upaya memperkuat keamanan nasional sekaligus mempererat kerja sama internasional,” ujar Rudy.

Pernyataan ini bukan sekadar formalitas sambutan pejabat. Jika dicermati, ada makna strategis yang coba ditegaskan Rudy. Bahwa pemerintah daerah pun punya peran dalam menjaga stabilitas dan keamanan nasional. Apalagi jika wilayahnya dijadikan lokasi kegiatan strategis yang melibatkan dua kekuatan militer besar dunia. Dalam dunia yang semakin terhubung, sinergi antara pusat dan daerah menjadi mutlak diperlukan.

Menariknya, dalam sambutannya Rudy juga membagikan kisah personal yang menunjukkan keterkaitannya secara emosional dengan dunia militer. Ia mengungkapkan bahwa ayahnya adalah anggota pasukan komando yang bertugas sejak tahun 1980 hingga pensiun pada 2015. Bahkan masa kecilnya banyak dihabiskan di lingkungan Kopassus, satuan elit kebanggaan Indonesia.

“Meski saya lahir dan besar di Solo, sejak 2009 saya tinggal di Bogor dan menjadi bagian dari pembangunan daerah ini,” ucap Rudy.

Dari pernyataan ini, kita bisa melihat bahwa Rudy bukanlah sosok yang asing dengan kultur militer. Latar belakang keluarganya membuatnya memahami etos kerja keras, kedisiplinan, dan loyalitas tinggi yang menjadi bagian dari jiwa korps para prajurit. Maka tak heran jika ia menanggapi kegiatan ini bukan hanya sebagai kepala daerah, tapi juga sebagai individu yang memiliki keterikatan batin terhadap dunia pertahanan.

Latihan gabungan ini sendiri tidak hanya sekadar formalisme diplomatik. Di lapangan, personel TNI AD dan US PAT-SOFLE benar-benar digembleng dengan skenario latihan yang menuntut koordinasi tingkat tinggi, komunikasi yang efektif, dan taktik medan tempur yang fleksibel. Semua ini dirancang agar kemampuan respons prajurit terhadap berbagai situasi krisis meningkat secara signifikan.

Tentu saja, latihan ini juga menjadi ajang tukar pengalaman. Pasukan AS dikenal dengan keunggulan teknologi dan sistem operasi yang sangat detail, sementara TNI AD punya keunggulan dalam adaptasi medan tropis dan kemampuan tempur dalam kondisi terbatas. Kombinasi ini membuat latihan menjadi ajang pembelajaran dua arah. Kesimpulannya, kedua belah pihak tak hanya memperkuat otot, tapi juga mempertajam otak dalam menghadapi berbagai skenario krisis masa depan.

“Rumah saya tidak jauh dari sini. Saya terbuka dan selalu siap menyambut siapa pun yang ingin bersinergi membangun Bogor,” tutup Rudy.

Kalimat ini terdengar santai, tapi justru mengandung pesan penting: keterbukaan terhadap kolaborasi. Di era sekarang, pembangunan daerah tidak bisa hanya mengandalkan APBD atau program birokratis semata. Diperlukan sinergi lintas sektor—baik dengan institusi militer, akademisi, swasta, maupun komunitas internasional. Bogor, sebagai daerah penyangga ibu kota dan salah satu kawasan strategis di Jawa Barat, punya peran penting dalam konteks ini.

Lebih jauh lagi, latihan ini bukan hanya agenda lokal atau bilateral. Ini adalah bagian dari strategi diplomasi pertahanan Indonesia secara global. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia memang aktif membangun jejaring kerja sama pertahanan, tidak hanya dengan negara-negara ASEAN, tapi juga kekuatan global seperti AS, Jepang, dan Australia. Tujuannya sederhana tapi krusial: memastikan bahwa Indonesia punya teman dan kemampuan yang cukup untuk menghadapi risiko-risiko kontemporer.

Dalam dunia yang serba tidak pasti—dari krisis Laut Cina Selatan, potensi konflik di Timur Tengah, hingga ancaman perang teknologi—kemampuan militer yang profesional dan terkoordinasi menjadi aset strategis yang tak bisa ditawar. Dan latihan gabungan seperti yang berlangsung di Cibinong ini menjadi buktinya. Kesimpulannya, latihan ini lebih dari sekadar show of force; ini adalah bagian dari roadmap besar pertahanan nasional.

Tentu, masyarakat sipil pun punya peran. Dengan menjadi tuan rumah latihan seperti ini, masyarakat Kabupaten Bogor juga dilatih untuk terbiasa dengan kehadiran kegiatan skala internasional. Efeknya bisa beragam, dari meningkatnya kesadaran akan pentingnya pertahanan, hingga dorongan ekonomi lokal akibat aktivitas yang meningkat—hotel penuh, warung ramai, transportasi bergerak. Semua itu bisa terjadi jika sinergi antara militer, pemerintah daerah, dan warga berjalan dengan baik.

Latihan ini juga bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda. Melihat langsung kerja keras para prajurit dari dua negara bisa memicu semangat nasionalisme dan motivasi untuk ikut berkontribusi pada negara—baik lewat jalur militer, akademik, atau sosial. Pendidikan karakter, yang kerap menjadi bahan diskusi panjang di ruang-ruang seminar, justru bisa ditanamkan lewat pengalaman nyata seperti ini. Kesimpulannya, efek domino dari latihan ini bisa menjangkau lebih jauh daripada yang terlihat di permukaan.

Tak kalah penting, kegiatan ini memberi pesan bahwa keamanan bukan hanya urusan senjata atau strategi militer. Ini soal relasi, diplomasi, dan kesediaan untuk terus belajar serta bekerja sama. Dunia saat ini tidak membutuhkan dominasi, melainkan kolaborasi. Dan kolaborasi semacam ini harus dibangun dalam suasana saling percaya, keterbukaan, dan kesadaran bahwa tantangan global tak bisa diselesaikan sendiri-sendiri.

Sebagai penutup, mari kita renungkan satu hal: latihan gabungan di Lapangan Tegar Beriman ini hanyalah satu fragmen kecil dari puzzle besar yang disebut perdamaian dunia. Tapi dari fragmen kecil inilah, semangat kerja sama bisa ditularkan, rasa aman bisa dibangun, dan masa depan bisa dirancang dengan lebih bijak. Maka, semoga langkah kecil dari Cibinong ini bisa bergema ke panggung global.

0Komentar

Special Ads
Special Ads