TSd7TUO5TfC6BUM8BUr0BSz0
Light Dark
Denny Mulyadi Resmi Jadi Sekda Kota Bogor

Denny Mulyadi Resmi Jadi Sekda Kota Bogor

Daftar Isi
×


Setelah melalui proses seleksi selama sebulan penuh, akhirnya jabatan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor resmi jatuh ke tangan Denny Mulyadi, sosok yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kota Bogor. Nama Denny mengungguli dua pesaingnya yang tak kalah punya jejak birokrasi mentereng: Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sri Nowo Retno dan Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Aspemkesra) Eko Prabowo.

Pengumuman penting ini disampaikan langsung oleh Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, pada Selasa malam, 17 Juni 2025, di Balai Kota Bogor. Momen itu menjadi titik kulminasi dari seleksi internal yang tak melibatkan skema open bidding, tapi memakai pendekatan manajemen talenta sebuah metode yang lebih menekankan kecocokan visi dan potensi kepemimpinan jangka panjang.

"Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini juga saya ingin mengumumkan hasil seleksi menunjuk saudara Denny Mulyadi yang akan mengisi jabatan Sekretaris Daerah Kota Bogor," ucap Dedie.

Seleksi ini memang tak main-main. Meski berlangsung dalam waktu satu bulan, prosesnya intens dan terukur. Mulai dari telaah rekam jejak, penilaian administratif, sampai pada hasil tes dan wawancara mendalam. Denny dinilai punya komposisi lengkap—pengalaman teknokratis di bidang keuangan, pemahaman menyeluruh soal dinamika pemerintahan daerah, dan—yang tak kalah penting—kemampuan berkomunikasi dengan berbagai lapisan birokrasi.

Denny bukan nama baru dalam orbit pemerintahan Kota Bogor. Ia sudah malang-melintang menangani berbagai urusan penting, terutama yang berhubungan dengan tata kelola aset dan perencanaan anggaran. Dalam konteks perencanaan pembangunan yang sering kali tersendat karena problem teknis dan alokasi, figur seperti Denny bisa jadi jembatan untuk menyatukan visi.

"Saya berharap Sekda Kota Bogor yang baru dapat bersinergi dan menyamakan visi misi yang sudah kita rancang terkait program-program Pemkot Bogor," ucap Dedie.

Dedie juga menggarisbawahi bahwa posisi strategis seperti Sekda tidak bisa ditentukan hanya lewat prosedur administratif. Menurutnya, pendekatan manajemen talenta memungkinkan pemilihan dilakukan dengan mempertimbangkan karakter, dedikasi, dan daya tahan seseorang menghadapi kompleksitas kebijakan publik.

"Karena proses pemilihannya melalui manajemen talenta bukan open bidding, kami tetap berkordinasi dengan Provinsi Jawa Barat dan juga Kemendagri," sebutnya.

Kebijakan ini tentu memunculkan pertanyaan, kenapa tidak memakai sistem lelang jabatan yang terbuka seperti biasanya? Di sini, Dedie menegaskan bahwa manajemen talenta bukan berarti prosesnya sembarangan. Justru sebaliknya, pendekatan ini memberikan ruang untuk memilih orang yang tepat secara lebih presisi. Dalam bahasa Sunda, ini semacam prinsip "ulah sakadar pantes, tapi kudu pantas jeung nyambung”—bukan sekadar cocok, tapi harus benar-benar nyambung dengan ritme dan arah kebijakan wali kota.

Proses ini pun tak berjalan dalam ruang hampa. Pemerintah Kota tetap menjalin koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan juga Kementerian Dalam Negeri sebagai bentuk konfirmasi dan sinkronisasi birokratis. Pelantikan Denny tinggal menunggu lampu hijau formal dari dua institusi itu. Setelah itu, Denny akan resmi menduduki kursi strategis sebagai Sekda Kota Bogor.

Bagi Kota Bogor, jabatan Sekda bukan sekadar simbol atau pelengkap administratif. Sekda adalah motor penggerak roda pemerintahan, mulai dari kebijakan lintas dinas, perumusan rencana kerja tahunan, hingga pengawasan terhadap pelaksanaan APBD. Apalagi, Bogor sedang gencar mendorong berbagai proyek strategis seperti penataan kawasan Suryakencana, penguatan digitalisasi pelayanan publik, dan pembenahan sistem transportasi perkotaan.

Dengan latar belakangnya di BKAD, Denny punya modal kuat untuk menyinergikan antara aspek keuangan dan pengambilan kebijakan. Hal ini akan sangat menentukan bagaimana program-program prioritas seperti reformasi birokrasi dan peningkatan PAD bisa berjalan secara efisien.

Di sisi lain, dua kandidat lainnya, yakni Sri Nowo Retno dan Eko Prabowo, tetap mendapat apresiasi dari Pemkot. Mereka dinilai punya kapasitas dan kontribusi besar dalam memajukan Kota Bogor selama ini. Tapi, dalam seleksi talenta, hanya satu yang bisa naik ke posisi puncak. Dedie pun mengisyaratkan bahwa mereka masih akan dilibatkan dalam strategi penguatan kinerja pemerintahan.

Keputusan memilih Denny juga dianggap sebagai bentuk kesinambungan. Ia adalah birokrat teknokrat yang selama ini dikenal kalem tapi tegas, teliti dalam soal anggaran, dan terbuka terhadap ide-ide baru. Ini penting, karena Sekda juga menjadi mediator antara kepala daerah dan seluruh jajaran ASN.

Menariknya, publikasi pengumuman ini juga disambut baik oleh sejumlah tokoh masyarakat. Banyak yang menilai bahwa figur Denny punya gaya kepemimpinan kolaboratif dan tidak elitis. Karakter ini diperlukan agar reformasi birokrasi di lingkungan Pemkot tidak hanya jadi jargon, tapi benar-benar terasa sampai ke unit pelayanan terkecil.

Dalam situasi politik dan birokrasi yang makin kompleks, kehadiran Sekda baru yang punya kompetensi teknis sekaligus rasa memiliki terhadap Kota Bogor jadi penting. Tidak hanya sebagai administrator, tapi juga pangaping atau pengayom yang mampu menjaga irama kerja dan semangat kolektif.



0Komentar

Special Ads
Special Ads