Alun-alun kota Bogor jadi cerminan semangat warga. Dua periode pucuk pimpinan menghadirkan warna berbeda. Perubahan tak hanya fisik, tapi juga suasana ramé pisan yang dirasakan setiap saparakanca.
Era Bima Arya
Bima Arya membawa sentuhan modern tanpa mengabaikan nilai tradisi. Ruang hijau lelempangan tampil rapi. Lampu taman memberi nuansa hangat di malam hari, mendukung suasana ngumpul santai.
“Alun-alun kudu jadi ruang rakyat,” ucap Bima Arya, menegaskan visi inklusivitas. Komitmen membuat alun-alun terbuka untuk semua kalangan terasa konsisten, memberi ruang warga ngarumpi dan berbagi cerita.
Fasilitas Publik di Bima Arya
Bangku taman melingkar di tengah lapangan menambah kenyamanan. Tempat sampah terorganisir rapi, mendukung kebersihan. Area bermain anak sederhana namun fungsional, mengundang tawa kecil di sore hari.
Area food truck menjamur di pinggir alun-alun setiap akhir pekan. Warung kopi lokal hadir, menarik generasi muda. Suasana jadi hidup, menciptakan magnet ekonomi kecil bagi pelaku usaha mikro.
Aktivitas Warga di Masa Bima Arya
Senam pagi tiap Minggu rutin digelar. Warga berkumpul sejak subuh, menggeliat bersama. Momen sederhana ini menjalin kebersamaan, meningkatkan kesehatan. “Giat olahraga menciptakan energi positif,” kata salah satu peserta.
Acara musik akustik muncul di akhir pekan. Penampil lokal mendapat panggung terbuka. Suara gitar dan nyanyian merdu memenuhi ruang, membaur dengan gemerisik dedaunan kota Bogor.
Kebersihan dan Perawatan Bima Arya
Tim kebersihan terlihat sigap menyapu daun berguguran. Jadwal rutin pemotongan rumput menerapkan standar estetik. Air mancur airnya jernih, memantulkan cahaya lampu. Keseluruhan terjaga dengan baik.
Namun insiden genangan saat hujan sempat mengganggu aktivitas. Drainase perlu perbaikan lebih lanjut. Warga mengeluh “Becek di pojok utara” saat musim hujan tiba.
Transisi ke Dedie Rachim
Dedie Rachim hadir membawa energi baru. Janji revitalisasi ruang publik disampaikan lugas. Fokus pada kenyamanan keluarga Bogor jadi tagline. Alun-alun kembali disorot, menjadi proyek prioritas.
“Saya fokus pada kenyamanan keluarga Bogor,” tegas Dedie Rachim. Tindakan cepat terlihat di minggu pertama menjabat. Pagar pembatas sementara dipindah, membuka pandangan lebih luas ke taman.
Ruang Hijau di Era Dedie Rachim
Tanaman endemik ditanam di beberapa sudut alun-alun. Kota Bogor kian terasa asri. Area bunga warna-warni memikat pengunjung. Aroma segar memanjakan indera.
Penambahan pepohonan rindang menciptakan teduhan lebat. Bangku bambu alami juga ditambahkan. Suasana kian alami—bagai leumpang di hutan mini. Warga menyebutnya “ngalindur”, rindu suasana hijau.
Fasilitas Publik di Masa Dedie Rachim
Area Wi-Fi gratis diperluas hingga ke tengah lapangan. Banyak pegiat digital nomad nongkrong di kursi taman. Stop kontak outdoor memudahkan pengisian daya gadget warga.
Trotoar selebar baru memudahkan pejalan kaki. Lampu taman kini lebih hemat energi. Warna lampu putih memberi kesan bersih. Stand kuliner pun direlokasi ke zona tetap.
Aktivitas Warga dengan Dedie Rachim
Komunitas skateboard mendapat zona khusus. Anak muda lebih nyaman berkreasi. Lompatan papan di atas papan kayu memicu decak kagum.
Pasar malam tematik sering digelar di akhir bulan. Beragam jajanan tradisional hadir. Suasana jadi ajang panggung budaya lokal—tarian jaipong atau calung mengundang tepuk tangan.
Kebersihan dan Perawatan Dedie Rachim
Petugas kebersihan lebih banyak dikerahkan. Sampah terkelola dengan baik menggunakan sistem pemilahan. Wajan warga terbantu menampung sampah organik dan non-organik.
Drainase diperbaiki secara menyeluruh. Sudah jarang terlihat genangan besar. Saat hujan deras, alun-alun cuma lembab, tidak tergenang. Prestasi teknik yang diapresiasi warga.
Mobilitas dan Akses
Parkir motor di pinggir jalan diatur. Lalu lintas jadi lebih teratur. Rambu jalan dipasang rapi, memudahkan pengendara.
Transportasi umum berhenti tepat di depan gerbang utama. Transpakuan dan mikrolet saling bersinergi. Warga bisa turun lalu langsung menikmatinya.
Keterlibatan Komunitas
Kelompok senam lansia mendapat kursi khusus. Ruang komunitas kecil dibangun di sisi timur. Rapat kecil bisa digelar tanpa menganggu kegiatan lain.
Komunitas seni mural pernah mengecat dinding belakang Mushola. Hasilnya memikat mata. Mural paduan tradisi Sunda dan modern menjadi daya tarik foto.
Tantangan Bersama
Kekurangan penerangan di sudut barat masih terasa. Mural tertutup bayangan malam, kurang terlihat. Perlu penataan ulang lampu sorot.
Beberapa fasilitas kadaluarsa belum diganti. Toilet umum di sisi selatan butuh renovasi ringan. Warga berharap perbaikan segera dilakukan.
Kedua periode membawa kelebihan unik. Bima Arya memprioritaskan kebersihan dan ruang terbuka. Dedie Rachim menambah sentuhan teknologi dan partisipasi komunitas. Warga kini bisa memilih: menikmati nuansa klasik atau merasakan inovasi modern di alun-alun kota Bogor.
0Komentar