TSd7TUO5TfC6BUM8BUr0BSz0
Light Dark
Ribuan Umat Buddha di Bogor Peringati 3 Tahun Wafatnya Andy Suwanto Dhanujaya, Pendiri Vihara yang Menginspirasi

Ribuan Umat Buddha di Bogor Peringati 3 Tahun Wafatnya Andy Suwanto Dhanujaya, Pendiri Vihara yang Menginspirasi

Daftar Isi
×


Ribuan umat Buddha dari berbagai penjuru Bogor dan sekitarnya berkumpul dalam suasana khusyuk pada Minggu (29/06/2025), memperingati tiga tahun wafatnya mendiang Andy Suwanto Dhanujaya. Lelaki yang akrab disapa Om Ade ini adalah sosok penting di balik berdirinya Vihara Buddha Dharma dan 8 Pho Sat, Kabupaten Bogor.

Lahir pada 1 Januari 1947, Andy Suwanto Dhanujaya—yang juga dikenal dengan nama Yap Swan Pho—wafat pada 3 Juli 2022 di usia 75 tahun. Meski telah tiada, jejak langkah spiritual dan dedikasinya untuk umat Buddha di Bogor masih membekas kuat. Tak heran, peringatan ini berlangsung penuh makna dan dihadiri oleh ribuan umat yang ingin mengenang jasa dan warisannya.

Acara peringatan dimulai sejak pagi dengan alunan doa Mahayana yang dipimpin oleh Suhu Duta Samyak, Suhu Duta Nagara, dan Suhu Duta Udyama. Setelah itu, sesi Tridharma dilangsungkan dengan penuh kekhusyukan dipimpin oleh Romo Heru Prayitno. Umat tampak larut dalam doa dan perenungan spiritual yang mendalam.

Puncak acara terjadi pada malam hari, tepatnya pukul 19.00 WIB. Sesi Theravada dipimpin langsung oleh YM. Bhikkhu Subin Goshito Mahathera (29 Vassa), yang hadir bersama para Bhikkhu Sangha lainnya. Suasana semakin sakral dengan suara paritta yang bergema di vihara, membawa suasana tenang dan penuh kebajikan.

Dalam pesan spiritualnya, YM. Bhikkhu Subin Goshito Mahathera menggarisbawahi makna mendalam dari momen pelimpahan jasa. “Beliau telah menanamkan nilai welas asih dan dana yang nyata. Semoga jasa kebajikannya terus berbuah dalam kehidupan-kehidupan yang akan datang,” kata Bhante dengan nada penuh ketulusan yang menyentuh hati umat.

Ketua Vihara Buddha Dharma dan 8 Pho Sat, Carren Chaterina, mengenang sosok kakeknya sebagai figur yang bukan hanya membangun fisik vihara, tetapi juga membentuk karakter dan spiritualitas keluarga. “Kakek/akong bukan hanya membangun vihara, tapi juga membentuk karakter kami. Kehadirannya masih terasa dalam nilai-nilai hidup yang ia wariskan,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Hal serupa disampaikan oleh Andrey Nataldy, putra dari mendiang Andy Suwanto Dhanujaya. Dalam suasana haru namun penuh rasa syukur, Andrey mengungkapkan betapa besar warisan cinta yang ditinggalkan ayahandanya untuk keluarga dan komunitas Buddhis. “Kami merasa diberkahi karena Papa tidak hanya dikenang oleh keluarga, tetapi juga oleh komunitas Buddhis yang beliau cintai dan perjuangkan selama hidupnya,” ucapnya dengan suara bergetar.

Tak hanya keluarga yang merasa kehilangan, ribuan umat yang hadir hari itu seolah menunjukkan bahwa sosok Om Ade adalah pribadi yang diterima dan dihargai lintas kalangan. Ia bukan hanya pendiri vihara, tapi juga pemimpin spiritual yang menanamkan kebajikan dalam praktik nyata sehari-hari.

Vihara Buddha Dharma dan 8 Pho Sat yang kini berdiri megah adalah bukti nyata dari ketekunan dan semangat pelayanan Om Ade. Banyak yang menyebutnya sebagai “rumah damai” bagi umat Buddha di Bogor, tempat untuk berlindung dari hiruk pikuk dunia dan kembali pada kedamaian batin.

Mendiang juga dikenal sebagai tokoh yang mengedepankan nilai toleransi dan kasih sayang lintas umat. Dalam banyak kesempatan semasa hidupnya, ia sering terlibat dalam kegiatan sosial lintas agama. Itu sebabnya, banyak yang merasa bahwa kehilangan Om Ade bukan hanya kehilangan tokoh Buddha, tapi juga kehilangan figur humanis dan inklusif.

Suasana vihara pada malam itu benar-benar terasa syahdu. Ribuan lilin dinyalakan, doa-doa terlantun dengan lembut, dan wajah-wajah umat tampak khusyuk memanjatkan harapan agar mendiang terlahir di alam yang bahagia. Ada yang menangis haru, ada pula yang tersenyum mengenang kenangan bersama almarhum.

Peringatan ini bukan hanya seremoni, tapi juga refleksi spiritual yang mengajak umat untuk terus meneladani nilai-nilai yang diwariskan. Dalam konteks kekinian, nilai dana (derma), sila (moralitas), dan samadhi (meditasi) yang diajarkan Om Ade menjadi sangat relevan untuk menjaga keseimbangan hidup.

Tak berlebihan jika dikatakan bahwa sosok Andy Suwanto Dhanujaya telah menjadi inspirasi lintas generasi. Dari anak-anak, remaja, hingga lansia, semua merasakan manfaat dari nilai-nilai spiritual yang beliau tanamkan. Vihara yang ia dirikan bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat pembelajaran kehidupan.

Peringatan 3 tahun wafatnya Om Ade menjadi pengingat bahwa warisan spiritual tak akan lekang dimakan waktu. Dari doa-doa yang terlantun hingga semangat yang terus dijaga, semuanya menjadi bukti bahwa cinta dan kebajikan adalah warisan paling abadi. Sabbe Sankhara Anicca. Dan seperti lilin yang menyala dalam kegelapan, jejaknya akan terus menerangi. 

0Komentar