Amanda Manopo mengalami pelecehan seksual saat tengah menjalani proses syuting film terbarunya di Bogor, Jawa Barat, pada Jumat, 4 Juli 2025. Kejadian tersebut terjadi ketika lautan penggemar mulai mendorong barikade, hingga akhirnya menyentuh tubuh Amanda tanpa izin. Momen yang seharusnya jadi interaksi hangat malah berubah runyam.
Syuting di Bogor Berujung Insiden Tak Menyenangkan
Keramaian yang semula terlihat penuh antusiasme, berubah mencekam begitu barikade keamanan ditembus. Amanda yang saat itu mengenakan kostum karakter film, mencoba tetap tenang. Meski terlihat senyum di wajahnya, kenyataannya ia sedang berusaha meredam situasi agar tidak semakin kacau.
Yang membuat publik makin geram adalah ketika Amanda mengunggah ulang sebuah video pendek dari penggemarnya di TikTok. Dalam video itu, terlihat kerumunan yang padat jelang insiden terjadi. Ia menuliskan, “Sebelum tragedi payudara aku diremas, btw gemas editannya,”—sebuah komentar yang menyiratkan amarah sekaligus satir pahit.
Respons Amanda dan Tuntutan Atas Keamanan Syuting
Meski mengalami kejadian tidak mengenakkan, Amanda menunjukkan sikap tegar. Ia tetap berinteraksi dengan penggemar dan menjaga suasana tetap kondusif. Namun tak lama, Amanda bersuara lantang di media sosial soal pentingnya menghargai privasi dan tubuh seseorang. Sebuah bentuk perlawanan lembut namun berani.
Di tengah sorotan, manajer Amanda juga angkat bicara. Ia menekankan bahwa sistem keamanan lokasi syuting perlu ditinjau ulang. "Ketika artis harus masuk ke kerumunan tanpa pengamanan yang layak, itu membuka ruang untuk bahaya yang seharusnya bisa dicegah," ujarnya dalam wawancara singkat.
Kasus ini menyoroti celah serius dalam sistem pengamanan produksi film di area publik. Kota Bogor sebagai tempat kejadian pun ikut menjadi sorotan. Apalagi, kota ini mulai sering digunakan sebagai lokasi syuting karena nuansa alamnya yang cantik dan akses logistik yang memadai.
Warganet dan Dukungan Netizen Bogor
Begitu video insiden viral, warganet langsung bereaksi keras. Banyak yang menuntut tindakan hukum terhadap pelaku, meskipun wajahnya sulit dikenali di video. Beberapa akun dari Bogor bahkan ikut mengutuk tindakan tersebut, menyayangkan insiden tak mengenakkan di kota mereka.
Netizen juga menuntut kerja sama antara pihak penyelenggara, aparat keamanan, dan manajemen artis agar kejadian semacam ini tak lagi terulang. “Public figure bukan objek bebas sentuh. Mereka manusia juga,” tulis seorang warganet asal Cibinong dalam kolom komentar TikTok Amanda.
Kasus Amanda bukan yang pertama di dunia hiburan Tanah Air. Sebelumnya, Nadin Amizah juga pernah mengalami pengalaman tak mengenakkan serupa saat tampil di Bekasi. Nadin bahkan sempat menghentikan pertunjukannya untuk menegur penonton yang dinilai tidak sopan.
Perlindungan Artis dan Budaya Tontonan yang Sehat
Dengan makin seringnya kasus pelecehan di dunia hiburan, organisasi perlindungan artis mendorong regulasi yang lebih ketat, baik dalam konser, festival, maupun lokasi syuting terbuka. Apalagi artis perempuan cenderung lebih rentan menjadi target pelecehan di tengah kerumunan.
Selain itu, mereka juga menyoroti pentingnya edukasi tentang consent atau persetujuan sebagai bagian dari budaya menonton. Tak semua interaksi harus melibatkan sentuhan fisik, apalagi yang tanpa izin. Hal ini penting disosialisasikan secara masif, terutama di wilayah padat penggemar seperti Jabodetabek.
Bogor yang kini sering dijadikan lokasi film dan video klip, perlu berbenah dalam manajemen pengamanan acara publik. Apresiasi dan antusiasme warga harus dibarengi dengan kesadaran menghormati ruang pribadi artis. Tanpa itu, kemajuan industri hiburan hanya akan menjadi bumerang.
Amanda sendiri menyadari pentingnya bersikap terbuka dalam situasi seperti ini. Ia mengajak masyarakat untuk berani bersuara, menjaga ruang aman, dan saling menghargai. Sebab dalam dunia yang semakin terbuka, keberanian bersuara adalah bentuk perlindungan terbaik.
Tak Boleh Diabaikan
Insiden yang menimpa Amanda Manopo menjadi pengingat bahwa popularitas tak pernah boleh jadi alasan untuk melanggar batas seseorang. Apresiasi boleh, tapi harus tahu tempat dan etika. Sebab, tubuh manusia bukan ruang publik. Maka, hormatilah sebelum terlambat—karena fans sejati, tahu batas, bukan bebas.
0Komentar