Pemerintah Kabupaten Bogor resmi memulai Pelatihan Dasar (Latsar) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Tahun 2025, dan momen ini jadi titik awal bagi ratusan ASN muda untuk menapaki jalan pengabdian. Digelar di Gedung Tegar Beriman, sebanyak 343 peserta dari berbagai instansi hadir dengan semangat membara.
Makna Kursi Kosong dan Semangat MTIJAR Jadi Simbol Tanggung Jawab ASN Baru
Di hadapan para peserta, Bupati Bogor Rudy Susmanto tampil penuh karisma. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa jadi ASN itu bukan sekadar perkara status. Tapi lebih dalam dari itu—ASN adalah tentang niat tulus, integritas tinggi, dan tanggung jawab moral yang tak main-main terhadap masyarakat luas.
“Jutaan orang menginginkan duduk di kursi ini, tapi hanya Anda yang hari ini diberikan kepercayaan dan kesempatan. Maka, niatkanlah bukan sekadar menjadi pegawai negeri sipil, tapi jadilah pelayan masyarakat yang sejati,” ujar Rudy, Selasa (10/7/2025). Ucapan ini jadi semacam tamparan halus bagi mereka yang menganggap PNS cuma tempat cari aman.
Dalam suasana yang khidmat, Rudy memperkenalkan simbol yang menarik perhatian: sebuah kursi kosong, lengkap dengan pakaian dinas, yang ia sebut dengan istilah MTIJAR. Bukan sekadar dekorasi, simbol ini merupakan penghormatan untuk para tokoh pejuang yang dulu turut membangun Kabupaten Bogor dengan penuh dedikasi dan pengorbanan.
Subjudul: Latsar CPNS 2025 Jadi Wadah Pematangan Karakter ASN Masa Depan
Simbol MTIJAR yang disodorkan Rudy bukan hanya untuk dilihat, tapi juga untuk dimaknai. Menurutnya, setiap ASN muda hari ini memikul tanggung jawab untuk melanjutkan perjuangan para pendahulu. Artinya, mereka tak boleh sekadar hadir dan bekerja, tapi harus menghidupi nilai-nilai pengabdian secara nyata.
Tak berhenti di situ, Rudy juga mengajak seluruh peserta CPNS untuk bersatu membangun Kabupaten Bogor. Semangat nasionalisme dan kebinekaan menjadi fondasi yang menurutnya wajib dijaga, karena itulah yang membuat pelayanan publik bisa menyentuh semua lapisan masyarakat tanpa diskriminasi.
“Kabupaten Bogor harus dibangun oleh orang-orang yang cinta dan sayang terhadap daerah ini,” tegas Rudy. Ucapan ini jelas mengandung pesan bahwa ASN tak bisa netral terhadap nasib daerahnya. Mereka harus punya rasa kepemilikan—rasa sayang—yang tulus terhadap Bogor dan warganya.
Rudy juga menyampaikan bahwa Latsar CPNS ini bukan acara seremonial belaka. Ia menyebut pelatihan ini sebagai proses awal pembentukan karakter ASN yang profesional, punya integritas, dan siap menghadapi kompleksitas kebutuhan masyarakat modern. ASN bukan lagi hanya soal administrasi, tapi juga problem solving dan empati.
“Pelatihan dasar ini adalah tahapan penting dalam membentuk calon PNS yang profesional, berintegritas, dan siap mengabdi untuk masyarakat,” tandas Rudy, yang tampak benar-benar ingin melihat ASN Bogor naik kelas. Dalam benaknya, ASN masa depan adalah pribadi yang adaptif dan berpihak pada kepentingan rakyat.
Acara ini pun menjadi sinyal kuat bahwa Pemkab Bogor tengah serius menata ulang wajah birokrasi. Tak ada lagi ruang untuk ASN yang hanya sekadar menggugurkan kewajiban. Ke depan, ASN harus hadir sebagai sosok inspiratif, produktif, dan punya tanggung jawab sosial yang kuat, terutama di tengah tantangan zaman yang makin kompleks.
Di era digital seperti sekarang, birokrasi juga dituntut semakin gesit. Maka, Latsar ini pun didesain bukan hanya untuk mengisi kepala dengan teori, tapi juga melatih kepekaan sosial dan kemampuan komunikasi publik. Sebab, ASN zaman sekarang harus mampu menjembatani harapan masyarakat dengan kebijakan pemerintah.
Dengan berbagai dorongan dan nilai yang ditanamkan selama Latsar, harapannya 343 CPNS yang ikut tahun ini akan tumbuh jadi agen perubahan. Bukan hanya di atas kertas, tapi juga dalam aksi nyata di lapangan. Mereka akan jadi wajah baru pelayanan publik di Kabupaten Bogor yang lebih inklusif, humanis, dan progresif.
Ke depan, penting agar pelatihan seperti ini tak berhenti hanya pada tahap dasar. Perlu ada kesinambungan dalam pembinaan dan penilaian kinerja, agar semangat awal yang dibawa para CPNS ini tak meredup seiring waktu. Karena, jadi ASN sejati itu bukan pencapaian, tapi perjalanan panjang yang penuh dinamika.
Dan seperti kursi kosong simbol MTIJAR itu, setiap ASN sejatinya sedang duduk menggantikan para pejuang terdahulu. Maka, sudah seharusnya mereka bertanya: "Apa yang bisa saya berikan?" bukan "Apa yang bisa saya dapatkan?" Karena dalam pelayanan publik, nilai sejati tak diukur dari gaji, tapi dari kontribusi.
Dengan semangat yang menyala dan pesan moral yang kuat dari sang bupati, Latsar CPNS 2025 di Kabupaten Bogor ini jadi lebih dari sekadar pelatihan. Ia adalah awal dari perjalanan intelektual dan emosional menuju dedikasi yang tak main-main. Karena jadi ASN bukan soal bangga berseragam, tapi tentang jadi terang bagi sesama.
0Komentar