Desa Pabuaran di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, kini makin hidup. Bukan hanya karena udaranya sejuk atau alamnya yang masih hijau, tapi juga karena semangat para pemuda yang mulai mengambil peran aktif dalam mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Mereka bukan hanya jadi penonton, tapi langsung terjun sejak tahap pembentukan sampai pengelolaan unit usahanya.
Desa Bergerak, Pemuda Terlibat
Yang menarik, anak-anak muda ini nggak hanya bicara soal ide atau teori. Mereka juga terlibat langsung di lapangan. Salah satu program andalan BUMDes Pabuaran adalah pemanfaatan lahan pertanian sekitar 1 hektare. Komoditasnya pun beragam: kacang panjang, kangkung, kacang tanah, jagung, sampai timun yang segar buat lalapan.
Pertanian, Produk Lokal, dan Inovasi
“BUMDes ini milik masyarakat dan terdiri dari beberapa unit usaha seperti pertanian, peternakan, perdagangan, dan lain-lain yang melibatkan petani dan warga sekitar,” ujar Muftyasha Hanief Fathan, S.H., CLA, Direktur muda BUMDes sekaligus penggerak awal gerakan ini, saat diwawancarai Swara Pendidikan, Sabtu (6/7/2025).
Menurut Fathan, kehadiran BUMDes bukan cuma formalitas. Ia harus bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh warga. “Karena itu kami berkomitmen menjadikan BUMDes sebagai sarana untuk memajukan perekonomian dan kesejahteraan warga melalui program-program yang berkelanjutan,” jelasnya, penuh optimisme.
Keberhasilan mereka mulai tampak nyata. Pada 3 Juli 2025, mereka berhasil melakukan panen perdana. Ini bukan panen biasa, tapi simbol dari kerja keras kolektif antara warga, petani, dan anak muda. Panen ini juga jadi sinyal bahwa pertanian desa bisa kembali hidup dengan pengelolaan modern dan kolaboratif.
Kolaborasi dan Keterbukaan Jadi Kunci
Fathan menyebut bahwa kunci kesuksesan BUMDes ada pada keterbukaan dan kolaborasi. “Siapapun boleh berkolaborasi dengan kami. Saat ini kami juga tengah merumuskan program edukasi kewirausahaan (entrepreneurship) guna menumbuhkan semangat kemandirian,” ujarnya. Dengan pendekatan terbuka seperti ini, mereka mendorong lahirnya banyak inovasi baru.
Salah satunya, inovasi dalam bentuk produk olahan makanan lokal. Mereka mulai membuat camilan khas berbahan dasar pisang dan singkong, seperti keripik klius. “Beberapa produk olahan yang sudah kami buat antara lain keripik klius berbahan dasar pisang dan singkong. Insya Allah ke depan akan lebih banyak variasi produk hasil pertanian warga kami,” kata Fathan.
Langkah ini bukan cuma soal kreativitas, tapi juga strategi memperpanjang usia ekonomi produk pertanian. Dengan begini, hasil tani tidak hanya dijual mentah, tapi bisa diolah, dikemas, dan dipasarkan dengan nilai jual yang lebih tinggi—dan tentu lebih tahan lama.
Bukan Sekadar Pertanian
Ke depan, Fathan dan timnya punya mimpi besar. BUMDes Pabuaran diharapkan bisa tumbuh bukan cuma jadi pemain utama di sektor pertanian, tapi juga sebagai penyedia sarana produksi, pengelola hasil panen, bahkan fasilitator pemasaran. Mereka ingin petani tidak lagi ribet soal distribusi dan harga jual.
Di saat banyak desa lain masih berkutat soal program, Desa Pabuaran justru sudah bicara tentang diversifikasi produk, branding lokal, dan keberlanjutan. Ini jadi contoh nyata bahwa ketika anak muda diberi ruang dan kepercayaan, mereka bisa jadi motor perubahan yang luar biasa, bahkan di level akar rumput.
Peran Strategis BUMDes dalam Ketahanan Pangan
Lebih jauh, Fathan juga menekankan bahwa penguatan BUMDes adalah bagian dari kontribusi nyata terhadap ketahanan pangan nasional. “BUMDes dapat mengembangkan berbagai unit usaha di sektor pangan—baik pertanian, peternakan, perikanan, maupun pengolahan makanan lokal—untuk meningkatkan ketersediaan dan akses pangan di desa,” ujarnya menegaskan.
Melalui BUMDes, desa-desa seperti Pabuaran punya peluang besar untuk jadi benteng pertama dalam menjawab tantangan krisis pangan global. Tak perlu menunggu bantuan luar, cukup dengan potensi lokal yang dikelola serius dan terarah, maka desa bisa jadi mandiri pangan.
Edukasi dan Regenerasi Petani Muda
Dalam beberapa bulan ke depan, BUMDes Pabuaran juga akan menggelar pelatihan entrepreneurship yang menyasar anak-anak muda di desa. Tujuannya sederhana tapi sangat strategis: regenerasi petani dan pelaku usaha desa. Dengan cara ini, desa nggak hanya bertahan, tapi juga bertumbuh dengan semangat baru.
Edukasi ini akan digabung dengan praktik langsung di lapangan. Jadi, peserta tidak hanya belajar lewat teori, tapi langsung praktek mengelola lahan, menciptakan produk, hingga memasarkan hasilnya. Pendekatannya holistik, sesuai dengan kebutuhan zaman sekarang: kolaboratif, adaptif, dan berdampak nyata.
Penutup: Dari Desa, Untuk Indonesia
Semangat gotong royong, keberanian untuk berinovasi, serta keterbukaan terhadap kolaborasi, membuat BUMDes Pabuaran jadi contoh menarik bagaimana desa bisa jadi titik awal pembangunan yang mandiri dan berkelanjutan. Perubahan itu memang dimulai dari hal-hal kecil. Tapi kalau dilakukan konsisten, hasilnya bisa luar biasa.
BUMDes Pabuaran bukan hanya bicara pertanian, tapi juga harapan, regenerasi, dan masa depan. Kalau pemuda desa bisa seberani ini melangkah, masa kita yang di kota masih ragu? Kadang, perubahan besar justru dimulai dari tanah yang kita pijak sendiri.
0Komentar