Jalan Raya Dago-Cikuda yang menghubungkan Kecamatan Parungpanjang, Cigudeg, dan Rumpin di Kabupaten Bogor kembali jadi sorotan warga. Bukan karena kemacetan atau jalan rusak, tapi karena minimnya lampu penerangan jalan umum (PJU) yang bikin suasana jadi gelap, sunyi, dan cukup menyeramkan ketika malam menjelang.
Para pengendara yang kerap melintas di jalur ini, terutama pada malam hari, mengaku merasa tidak aman. Jalan ini masih dikelilingi area kebun dan lahan kosong, yang membuat suasana makin mencekam ketika matahari sudah tenggelam. Hal ini tentu menjadi keresahan bersama yang tak kunjung selesai dari tahun ke tahun.
Saepudin, seorang pengendara motor asal Cigudeg, membagikan pengalamannya saat melintasi jalur tersebut. Menurutnya, kondisi gelap tanpa penerangan sangat berisiko, apalagi jika berkendara sendirian malam-malam.
“Kalau lewat situ malam hari agak takut juga. Sudah gelap, kiri kanan masih banyak kebun. Serem,” terang Saepudin, Rabu 2 Juli 2025.
Kondisi gelap gulita di sepanjang jalan membuat potensi kecelakaan meningkat, belum lagi risiko tindak kriminal yang bisa terjadi kapan saja. Warga seperti Saepudin pun berharap pemerintah daerah, khususnya Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bogor, segera mengambil langkah konkret.
Ia menyebut, jalur tersebut bukan sekadar akses biasa. Jalan Raya Dago-Cikuda menjadi penghubung strategis tiga kecamatan sekaligus. Maka, sudah semestinya pemerintah menaruh perhatian lebih terhadap keselamatan pengendara yang melintasinya setiap hari.
"Saya harap Dishub Kabupaten Bogor segera pasang lampu penerangan jalan yang menghubungkan tiga kecamatan, yakni Parungpanjang, Cigudeg, dan Rumpin," ujarnya menambahkan.
Keluhan soal minimnya lampu PJU ini bukan hal baru bagi warga setempat. Kepala Desa Dago, Muhdom, mengaku bahwa laporan dari warga soal gelapnya jalan sudah cukup sering masuk ke pihak desa.
“Dan keluhan ini sudah kami sampaikan ke dinas terkait agar dianggarkan untuk pengadaan lampu PJU,” ungkap Muhdom.
Muhdom menekankan bahwa permintaan penerangan ini bukan sekadar formalitas. Ia bersama perangkat desa terus mendorong agar ada tindak lanjut dari pemerintah daerah, sebab keselamatan dan kenyamanan warga merupakan prioritas. Pihak desa juga telah menyusun pengajuan resmi agar masuk dalam anggaran tahun depan.
Permasalahan penerangan jalan memang bukan hanya soal infrastruktur teknis, tapi juga menyangkut rasa aman dan kualitas hidup masyarakat. Terlebih di wilayah-wilayah perbatasan seperti Parungpanjang dan Cigudeg yang selama ini seolah luput dari perhatian pembangunan yang merata.
Sebagai daerah penyangga yang kian berkembang pesat, infrastruktur dasar seperti penerangan jalan seharusnya tak lagi jadi kemewahan, melainkan keharusan. Apalagi jika dilihat dari padatnya arus lalu lintas dan makin tingginya aktivitas ekonomi di sekitar wilayah tersebut.
Minimnya penerangan juga berdampak pada sektor lain, termasuk usaha mikro dan pelaku UMKM yang beroperasi malam hari. Banyak pelaku usaha yang enggan buka sampai malam karena khawatir sepi pembeli atau takut dirampok. Dengan kata lain, ketiadaan PJU juga ikut menekan potensi pertumbuhan ekonomi lokal.
Warga lainnya berharap agar Pemkab Bogor lebih responsif terhadap suara masyarakat akar rumput. Mereka meminta agar ada evaluasi menyeluruh terhadap jalur-jalur penting yang minim penerangan, serta ada percepatan program pengadaan dan pemasangan lampu jalan.
Beberapa organisasi pemuda dan komunitas juga mulai menyuarakan aspirasi ini lewat media sosial. Harapannya, tekanan dari berbagai arah bisa mempercepat langkah pemerintah untuk merealisasikan penerangan jalan yang layak.
Jika terus dibiarkan tanpa tindak lanjut, bukan tidak mungkin masyarakat akan memilih jalan memutar yang lebih terang, meski harus menempuh jarak lebih jauh. Ini tentu akan berdampak pada beban jalan lain, belum lagi pemborosan bahan bakar dan waktu.
Penerangan jalan bukan sekadar soal visibilitas, tapi soal keamanan, kenyamanan, dan bahkan martabat pelayanan publik di mata warga. Ketika sebuah jalan vital masih minim cahaya, maka seolah-olah wilayah tersebut belum tersentuh sepenuhnya oleh kebijakan pemerataan pembangunan.
Aspirasi warga dan respons cepat dari pemerintah adalah dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Jalan Raya Dago-Cikuda bukan hanya jalur lalu lintas, tapi juga cermin dari kualitas pelayanan dasar pemerintah kepada warganya. Semoga segera ada solusi terang dari semua pihak, agar malam-malam di Dago tak lagi terasa seperti lewat di lorong sunyi penuh tanda tanya.
0Komentar