TSd7TUO5TfC6BUM8BUr0BSz0
Light Dark
Hujan Deras dan Angin Kencang Picu Longsor dan Pohon Tumbang di Bogor

Hujan Deras dan Angin Kencang Picu Longsor dan Pohon Tumbang di Bogor

Daftar Isi
×

 

Hujan deras disertai angin kencang kembali menunjukkan betapa rapuhnya ruang kota yang terus bersinggungan dengan alam. Rabu sore (20/8/2025), Kota Bogor, Jawa Barat, diterpa cuaca ekstrem yang menimbulkan sejumlah bencana kecil namun cukup mengganggu aktivitas masyarakat sehari-hari, mulai dari longsor hingga pohon tumbang.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor mencatat setidaknya ada tiga peristiwa yang terjadi hampir bersamaan. Peristiwa tersebut meliputi tanah longsor, ambruknya atap rumah warga, serta pohon tumbang di wilayah berbeda. Untungnya, tidak ada laporan korban jiwa meski kerugian material cukup terasa di beberapa titik lokasi kejadian.

Kepala Pelaksana BPBD Kota Bogor, Dimas Tiko Prahadisasongko, menjelaskan salah satu longsor paling menonjol terjadi di Kampung Kebon Pala, Kelurahan Gudang, Kecamatan Bogor Tengah. Longsoran tanah itu menutup akses jalan warga, sehingga aktivitas harian masyarakat harus terhenti sementara waktu. Dampaknya cukup merepotkan karena akses jalan merupakan jalur utama warga setempat.

“Tanah longsor sepanjang tiga meter dan tinggi lima meter membuat tembok penahan tanah (TPT) terbawa longsoran sehingga menutup akses jalan warga di sana,” kata Dimas saat dikonfirmasi, Rabu. Situasi itu memperlihatkan bagaimana curah hujan ekstrem dapat menimbulkan risiko besar bagi wilayah dengan kontur tanah rawan.

Evakuasi Material Longsoran Masih Berlangsung

Saat ini, warga bersama personel BPBD terus bergotong royong melakukan evakuasi material longsoran. Proses pembersihan masih berlangsung mengingat ukuran longsor cukup besar. Dukungan masyarakat menjadi penting karena keterlibatan mereka mempercepat pemulihan jalur yang terputus. Di saat seperti ini, semangat gotong royong terasa begitu nyata di lapangan.

“Kami dibantu oleh warga setempat untuk membersihkan longsoran di lokasi,” ujar Dimas. Pernyataan tersebut menggambarkan betapa sinergi antara petugas dan masyarakat menjadi modal utama dalam menghadapi bencana. Hal sederhana seperti membawa sekop atau hanya mengangkut material sudah berarti banyak untuk mempercepat proses penanganan.

Selain longsor, insiden lain terjadi di Kampung Semplak, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat. Sebuah rumah warga mengalami atap ambruk akibat diterpa angin kencang. Meski tak sampai menimbulkan korban jiwa, kerusakan yang terjadi cukup mengganggu, khususnya karena bagian yang rusak adalah dapur yang dipakai untuk kegiatan memasak setiap hari.

“Jadi, salah satu rumah warga di lokasi itu atapnya ambruk di bagian dapur. Sudah ditangani oleh petugas. Pihak kecamatan juga sudah memberikan terpal,” ungkapnya. Bantuan cepat berupa terpal memang sederhana, tapi efektif mencegah kerusakan semakin parah, apalagi saat musim hujan belum benar-benar reda di Bogor.

Pohon Tumbang dan Ancaman Infrastruktur Kota

Peristiwa berikutnya terjadi di kawasan Bogor Utara, di mana sebuah pohon kelor setinggi tujuh meter dengan diameter 15 sentimeter tumbang. Pohon tersebut menimpa atap sebuah toko hingga menyebabkan kerusakan material. Situasi ini menambah daftar panjang masalah infrastruktur kota yang harus segera ditangani saat cuaca ekstrem berlangsung.

“Selain karena hujan, kondisi pohon juga sudah lapuk,” tambah Dimas. Pernyataan ini memperlihatkan bahwa faktor bencana bukan semata-mata karena hujan deras, tetapi juga karena kondisi pohon yang tidak sehat. Pemeliharaan lingkungan kota, termasuk pohon-pohon tua, harus lebih diperhatikan agar tidak menimbulkan risiko tambahan ketika cuaca memburuk.

Fenomena pohon tumbang sebenarnya bukan hal baru di Kota Bogor. Dengan curah hujan tinggi dan kondisi geografis yang dipenuhi pepohonan besar, kota ini memang rentan menghadapi peristiwa serupa. Apalagi, pepohonan tua yang sudah rapuh sering kali luput dari pengecekan rutin, sehingga risiko semakin meningkat setiap kali hujan deras turun.

Bencana kali ini memang tidak menelan korban jiwa, namun menjadi peringatan serius bagi masyarakat dan pemerintah daerah. Infrastruktur dasar seperti jalan, rumah warga, dan bangunan komersial jelas butuh perhatian lebih. Kejadian ini juga seakan menegaskan kembali pentingnya kesadaran kolektif menjaga lingkungan agar lebih tangguh menghadapi cuaca ekstrem.

Ke depan, BPBD dan pemerintah daerah perlu meningkatkan langkah antisipasi, mulai dari perawatan pohon, pembangunan tembok penahan tanah yang lebih kokoh, hingga sistem peringatan dini untuk masyarakat. Meski terdengar sederhana, strategi tersebut bisa mengurangi risiko besar saat hujan deras melanda kembali. Warga juga diharapkan lebih waspada ketika cuaca menunjukkan tanda bahaya.

Dengan catatan peristiwa pada Rabu sore tersebut, masyarakat Bogor diingatkan untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. Gotong royong, kewaspadaan, dan komunikasi dengan pihak berwenang menjadi kunci penting menghadapi bencana. Alam memang tidak bisa dikendalikan, tetapi kesiapan dan kepedulian bersama mampu mengurangi dampak buruknya.

Bencana di Kota Bogor kali ini bukan hanya sekadar catatan statistik. Ia adalah pengingat bahwa kota dengan julukan Kota Hujan harus lebih serius beradaptasi dengan iklim ekstrem. Karena pada akhirnya, hujan deras hanyalah bagian dari siklus alam, tapi kepedulian manusia lah yang menentukan seberapa besar dampaknya dirasakan. Sebuah pengingat, bahwa Bogor butuh perhatian lebih, sebelum langit kembali menurunkan ujian berikutnya.

0Komentar