Warga Kota Bogor bakal kembali berkeliling malam-malam “ngeronda” di lingkungannya masing-masing. Program Siskamling resmi diaktifkan lagi di seluruh Indonesia, sesuai surat edaran Kemendagri. Meski anyar digaungkan, beberapa RT dan RW di Kota Hujan sudah biasa ngalakonan ronda malam, alias jaga kampung, demi ketenteraman lingkungan.
Surat edaran itu memuat tiga hal pokok yang kudu dijalankan pemerintah daerah. Pertama, meningkatkan peran Satlinmas dalam menjaga ketenteraman serta ketertiban masyarakat. Kedua, memastikan pengaktifan pos ronda dan siskamling di tingkat RT/RW. Ketiga, memperkuat koordinasi antara pemerintah daerah, aparat keamanan, dan masyarakat supaya lingkungan tetap aman.
Sejarah dan Makna Siskamling
Siskamling sendiri merupakan singkatan dari Sistem Keamanan Lingkungan. Program ini erat dengan ronda malam yang sudah ada sejak era kolonial Belanda. Kala itu, kegiatan disebut jaga malam untuk melindungi kampung. Pada tahun 1980, Siskamling resmi ditetapkan sebagai Program Nasional untuk memperkuat keamanan swakarsa di tingkat masyarakat.
Gagasan pengamanan swakarsa ini mencakup ronda kampung, pengamanan lingkungan industri atau permukiman, hingga pembentukan satuan pengamanan seperti satpam. Dalam praktiknya, siskamling menjadi ujung tombak keamanan lingkungan sekaligus aktivitas rutin warga di lapangan. Sebuah langkah sederhana namun penting agar kampung tetap kondusif.
Perintah dari Kemendagri tersebut tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor 300.14.1/6148/BAK tertanggal 3 September 2025. Isinya mengatur peningkatan peran serta penyelenggaraan ketenteraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat (trantibumlinmas). “Maka berdasarkan SE itu kami juga sudah mengimbau kepada Camat dan lurah di Kota Bogor untuk mengaktifkan kembali Siskamling di wilayah masing-masing,” jelas Sekretaris Daerah Kota Bogor Denny Mulyadi.
Denny menegaskan bahwa tujuan utama SE ini adalah menghidupkan lagi aktivitas siskamling demi mencegah gangguan ketenteraman. “Sejak biasanya, para pelaku tindak kejahatan akan berpikir dua kali jika melihat kondisi lingkungan yang ramai,” ujarnya. Menurutnya, siskamling juga jadi ajang silaturahmi warga. “Mereka yang tadinya tidak pernah ketemu karena sibuk kerja akhirnya bisa ngopi bareng, ngobrol bareng, jadi banyak pandangan ini program yang banyak manfaatnya,” sambungnya.
Warga Mulai Bergerak Bersama
Sejumlah laporan menyebutkan beberapa wilayah di Kota Bogor sudah melaksanakan Siskamling, meski belum masif. Pemerintah kota berharap seluruh wilayah ikut mendukung. “Untuk teknisnya diserahkan ke wilayah setempat. Apakah dibuat bergilir atau setiap malam,” jelas Denny, menandaskan pentingnya gotong royong atau babarengan warga.
Salah satu contoh aktif datang dari kawasan Balokran Sitra, Kelurahan Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah. Di sini, keamanan lingkungan dijaga ketat dengan pemasangan kamera CCTV, speaker, hingga strobo yang terhubung listrik. Ketua RT 08 RW 03 Balokran Sitra, Jajang Wahyudi, menegaskan warganya rutin jaga pos ronda. “Kami sudah lama melaksanakan ronda. Sejak ada CCTV juga jadi lebih aman,” ucapnya.
Jajang menambahkan, “Kalau ada kejadian seperti pencurian atau kebakaran, petugas bisa langsung menyalakan weker siaga. Bunyi sirine strobo yang awalnya padam akan ikut menandakan bahaya langsung dihubungkan ke listrik.” Warga juga menyiapkan peralatan untuk kontrol CCTV siang maupun malam supaya pengawasan lebih efektif dan terus terpantau.
Selain konsistensi jadwal, warga berkeliling menjaga lingkungan sesuai kesepakatan bersama. “Kami berharap dengan Siskamling masyarakat bisa lebih guyub. Siskamling merupakan salah satu kegiatan independen pos ronda sebagai pengikat kebersamaan,” tandas Jajang. Ucapan ini menegaskan bahwa selain fungsi keamanan, kegiatan ini juga jadi ajang ngariung, memperkuat ikatan sosial.
Sekretaris Daerah Kota Bogor Denny Mulyadi kembali menegaskan pentingnya dukungan seluruh pihak untuk menjaga keamanan lingkungan. “Kebersamaan masyarakat sangat penting agar terwujud lingkungan yang aman,” ujarnya. Denny berharap semangat guyub dan kekompakan warga Bogor bisa jadi teladan bagi daerah lain di Indonesia.
Untuk mendukung kegiatan ini, beberapa peralatan siskamling tetap diandalkan seperti peluit tanda bahaya, lampu senter, pentungan bambu, dan buku catatan ronda. Kentongan pun tetap jadi simbol darurat yang legendaris, siap dibunyikan kapan saja bila terjadi hal mencurigakan di tengah malam. Sebuah kearifan lokal yang masih relevan di era digital.
Dengan semangat bareng-bareng alias babarengan, warga Kota Bogor diharapkan semakin solid menjaga keamanan kampung. Siskamling bukan hanya soal ronda, tapi juga cara cerdas membangun kebersamaan di tengah hiruk pikuk kehidupan modern. Di balik tiap bunyi kentongan, terselip pesan penting: kampung aman, hati pun tentram, asa masyarakat jadi leuwih hade.

0Komentar