TSd7TUO5TfC6BUM8BUr0BSz0
Light Dark
Aksi Buruh Bogor Menguat, Tuntut Kenaikan Upah 0,9 Persen untuk 2026

Aksi Buruh Bogor Menguat, Tuntut Kenaikan Upah 0,9 Persen untuk 2026

Daftar Isi
×


Gelombang perjuangan kaum buruh di Kabupaten dan Kota Bogor kembali menguat dalam beberapa hari terakhir. Ratusan buruh dari berbagai aliansi serikat pekerja dan DPC turun ke jalan, menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Bupati Bogor, menuntut kenaikan upah tahun 2026 sebesar 0,9 persen sebagai harga mati.

Aksi ini menjadi lanjutan dari perjuangan panjang buruh Bogor yang sarat rasa kecewa. Massa menilai sikap pemerintah daerah dan pengusaha masih belum menunjukkan keberpihakan nyata pada kesejahteraan pekerja, padahal tekanan ekonomi terus meningkat dan kondisi hidup buruh semakin sulit untuk sekadar bertahan secara layak.

Tekanan Hidup Buruh Kian Nyata

Dalam orasi yang bergema sepanjang aksi, buruh secara terbuka mengkritisi sikap Dinas Ketenagakerjaan Kota Bogor dan APINDO. Kedua pihak dinilai bersikeras menawarkan kenaikan upah 0,5 persen, angka yang dianggap tidak relate dengan realitas kenaikan harga kebutuhan hidup buruh di Bogor.

Sekretaris Garda Metal Kabupaten/Kota Bogor, Qipung, menegaskan tuntutan 0,9 persen bukan keputusan emosional. Menurutnya, angka tersebut lahir dari kajian kebutuhan hidup buruh dan kesepakatan lintas sektor, sehingga sah diperjuangkan secara kolektif oleh seluruh elemen serikat pekerja di Bogor.

“Angka 0,9 persen ini bukan keinginan sepihak. Ini hasil kajian kebutuhan hidup buruh dan kesepakatan berbagai aliansi serikat pekerja di Bogor. Ketika Disnaker dan APINDO hanya menawarkan 0,5 persen, itu jelas sangat menyakitkan hati buruh,” tegas Qipung.

Ia juga menyoroti lonjakan harga kebutuhan pokok, biaya transportasi, pendidikan, hingga layanan kesehatan. Semua kenaikan tersebut, kata dia, sama sekali tidak sebanding dengan angka yang ditawarkan pengusaha, sehingga tuntutan buruh dinilai valid dan rasional untuk diperjuangkan bersama.

Sikap Keras Dinilai Picu Konflik

Senada, Ketua Konsulat Cabang FSPMI Bogor, Komarudin, menilai sikap keras pengusaha dan pemerintah daerah justru berpotensi memperpanjang konflik ketenagakerjaan. Buruh, menurutnya, terlalu sering diminta memahami kondisi pengusaha, sementara kondisi buruh sendiri kerap diabaikan dalam pengambilan kebijakan.

“Buruh Bogor terlalu sering diminta memahami kondisi pengusaha. Tapi siapa yang memahami kondisi buruh? Upah 0,5 persen jelas tidak manusiawi. Kami menuntut 0,9 persen harga mati, dan ini adalah perjuangan seluruh buruh Bogor,” ujarnya.

Aksi tersebut diikuti buruh dari berbagai sektor industri. Spanduk dan poster dibentangkan, seruan perjuangan diteriakkan dengan penuh semangat. Solidaritas antar-DPC dan aliansi tampak kuat, menegaskan bahwa perjuangan ini gaspol demi kepentingan kolektif, bukan agenda segelintir kelompok.

Buruh Bogor memastikan aksi serupa akan terus dilakukan hingga tuntutan diakomodasi. Di tengah riuh teriakan massa, perjuangan ini ditutup dengan tekad bersama: ketika keadilan upah diperjuangkan secara konsisten, suara buruh akan selalu menemukan jalannya, seperti gema yang tak pernah benar-benar padam.

0Komentar