Mereka yang Memutuskan Menjadi Mualaf, Mualaf di Bogor Ini Mimpi Diberi Alquran dan Kerudung Putih

Keputusan memeluk agama Islam merupakan anugerah terindah bagi seseorang dalam hidupnya. Namun tidak mudah menjalani kehidupan sebagai mualaf, banyak rintangan dan cobaan yang harus dilewati.

Seperti yang dialami seorang ibu rumah tangga bernama Yani Rapinah, yang terlahir dari keluarga nasrani. Sang Ibu merupakan seorang pendeta gereja di lingkungan tempat tinggalnya. Yani muda menjalani kehidupan sebagai seorang nasrani yang taat beribadah.

Aktif di gereja retret, dulu dirinya merupakan guru sekolah minggu di gereja yang sama dengan sang ibu. “Saya aktif di kegiatan gereja, namun pada saat itu warga sekitar menolak adanya bangunan gereja dan meminta untuk ditutup. Sampai saat ini fisik bangunan masih ada cuma sudah tidak terawat dan dijadikan tempat parkir,” ujar Yani.

Yani (51) menceritakan dirinya pada saat menikah beda agama dengan sang suami yang merupakan muslim lulusan pesantren. Sebelum memutuskan mualaf dan mengucap dua kalimat syahadat, dirinya bermimpi ada orang yang memberikan sebuah Alquran juga kerudung putih.

Akhirnya Yani mengucapkan dua kalimat syahadat di masjid sekitar tempat tinggalnya. “Dulu kakek seorang muslim namun pindah jadi nasrani, saat itu dia berpesan kalau mau ikut agama kakek yang dulu silahkan. Seandainya masuk muslim, kamu harus menjalaninya dengan taat dan jangan dilalaikan”, tuturnya.

Dirinya mendapatkan penolakan keras dari keluarga, ketika mereka tahu dirinya mualaf. Didiamkan tidak disapa, tidak diajak ngobrol keluarga. Yani mengaku ketika masuk Islam banyak godaan dan cobaan yang datang menghampiri.

“Selain diusir keluarga, 15 tahun suami menganggur tidak ada pekerjaan,” akunya. Sempat mencoba datang kepada sang nenek, namun tidak membuahkan hasil.

Hanya omelan dan cacian yang diterima. Begitupula dengan sang kakak. yang menyuruh dirinya bercerai dengan sang suami. “Namun dalam hati, Ya Allah apakah ini teguran untuk saya, apakah saya harus maju terus atau mundur,” paparnya.

Untuk membantu suami yang belum memiliki usaha, Yani memutuskan bekerja apapun mulai dari pegawai restoran, sampai menjadi asisten rumah tangga di Jakarta.

Awal menjadi mualaf tak pernah beribadah salat maupun mengaji, karena menurutnya berat karena banyak hapalan-hapalan ditambah masalah yang dialami dengan keluarga membuat dirinya sempat berpikir untuk kembali menjadi nasrani.

Sempat mencuri-curi waktu dari suami untuk pergi ke gereja, pada saat itu dia mendengar bisikan yang mengajaknya beribadah umat Islam. “Hei kamu cepat pulang, basuh muka, ambilah wudhu dan bersyahadat, disitu saya merasa terpanggil lagi”, jelasnya.

Akhirnya yani memutuskan mengikuti pengajian untuk para mualaf, di tempat tersebut dirinya merasa kuat dan imannya tidak goyah.

(radar bogor/cr5/c)

0 Komentar