Tekan Angka Balita Stunting, DKP Berikan 500 Paket PMT


Tahun 2018, Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Bogor ikut memberikan 500 paket makanan tambahan untuk balita atau anak yang mengalami stunting, hal ini dilakukan untuk pemulihan balita dari status stunting menjadi normal.

Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ini merupakan salah satu kegiatan pengentasan rawan gizi pada keluarga miskin yang bertujuan untuk menangani kasus balita yang terindikasi kurang gizi dan memenuhi kebutuhan konsumsi energi dan protein bagi anak balita dari keluarga miskin.

Data yang dihimpun Inilah, dari total jumlah 7,8 juta balita stunting di Indonesia, Kabupaten Bogor menyumbang 25.000 jiwa diantaranya yang tersebar di 40 kecamatan dimana jumlah ini menurun dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 159.000 jiwa.

"Pemkab Bogor terus menekan angka balita penderita stunting, tahun ini DKP memberikan 500 paket susu, biskuit dan bubur kepada keluarga balita yang masuk dalam kategori lambat pertumbuhannya," ujar Kepala DKP Sutrisno kepada wartawan, Rabu (7/11).

Dia menerangkan pemberian 500 paket Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ini dilakukan secara rutin 3 hingga 6 bulan hingga balita tersebut masuk dalam status normal pertumbuhannya.

"Pemberian PMT ini dilakukan secara rutin selama 3 hingga 6 bulan agar balita yang masuk dalam status stunting pulih keadaannya dan masuk dalam status normal tumbuh kembangnya, pasca pulih kami harap ada peran tetangga hingga pemerintah desa agar balita tersebut tidak masuk dalam kategori stunting," terangnya.

Sutrisno menjelaskan baru-baru ini jajarannya sudah melaksanakan penyaluran PMT di dua kecamatan yaitu Kecamatan Caringin dan Klapanunggal.

"Balita stunting yang diberikan PMT di Kecamatan Caringin ada 155 jiwa dimana 25 jiwa warga Desa Pasir Buncir, 60 jiwa warga Desa Tangkil, 55 jiwa warga Desa Cimande dan desa lainnya 15 jiwa. Sementara di Desa Leuwikaret Kecamatan Klapanunggal kami memberikan bantuan PMT untuk 70 jiwa hingga untuk semester kedua ini kami memberikan 225 paket PMT kepada keluarga yang memiliki balita stunting," jelas Sutrisno.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Tri Wahyuharini memaparkan cara terbaik dalam penangganan permasalahan stunting adalah dengan cara memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil.

"1000 hari pertama anak sangat menentukan kesehatan serta kualitas kehidupannya, oleh karenanya ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus juga tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit," papar Tri.

Dia melanjutkan ada dampak buruk jangka pendek yang dapat ditimbulkan oleh masalah kurangnya gizi seorang ibu hamil seperti terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme dalam tubuh.

"Selain jangka pendek, jangka panjang dari kurangnya gizi ibu hamil ini adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, disabilitas pada usia tua dan kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi. Oleh karenanya intervensi gizi saja belum cukup untuk mengatasi masalah stunting tetapi harus dibantu dengan adanya sarana sanitasi dan kebersihan lingkungan agar masyarkat tidak rentan terkena berbagai infeksi dan penyakit," lanjutnya.

Sumber : Inilahkoran.com

0 Komentar