TSd7TUO5TfC6BUM8BUr0BSz0
Light Dark
Kampung Adat Cireundeu Jadi Laboratorium Budaya Mahasiswa Kebidanan Bogor

Kampung Adat Cireundeu Jadi Laboratorium Budaya Mahasiswa Kebidanan Bogor

Daftar Isi
×


Kampung Adat Cireundeu di Cimahi Selatan bukan sekadar destinasi wisata budaya biasa. Bagi 140 mahasiswa Program Studi Kebidanan Bogor dari Poltekkes Kemenkes Bandung, kampung ini menjadi ruang belajar langsung yang kaya makna. Mereka menjadikan Cireundeu sebagai laboratorium sosial budaya untuk menerapkan teori yang selama ini dipelajari di kelas, khususnya dalam mata kuliah Praktik Sosial Budaya Dasar.

Kunjungan ini bukan sekadar formalitas akademik. Para mahasiswa terjun langsung ke masyarakat, menggali pemahaman tentang adat istiadat dan tradisi setempat dalam menjaga kesehatan ibu dan anak. Mereka mempelajari bagaimana masyarakat Cireundeu melestarikan tradisi dalam konteks kesehatan, termasuk dalam merawat ibu hamil, masa nifas, serta perawatan bayi baru lahir dan pemberian ASI.

Koordinator Mata Kuliah Praktik Sosial Budaya Dasar, Sri Mulyati, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai bagaimana masyarakat Cireundeu melestarikan tradisi dalam konteks kesehatan. "Kegiatan ini sejalan dengan visi misi Prodi Kebidanan Bogor, yakni memberdayakan masyarakat dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak," ujar Sri saat berkunjung di Kampung Cireundeu, Selasa (27/05/25).

Mahasiswa juga didorong untuk menemukan solusi berbasis pendekatan kearifan lokal melalui dialog dengan tokoh adat dan masyarakat. Sri Mulyati menekankan pentingnya mempelajari dan mengembangkan tradisi lokal agar tetap relevan di era modern. "Kami berharap kearifan lokal ini bisa bersinergi dengan program-program pemerintah, khususnya dalam bidang kesehatan ibu dan anak," ujarnya.

Ia juga mengapresiasi masyarakat Kampung Cireundeu yang terbuka terhadap perubahan, namun tetap menjaga tradisi yang telah menjadi identitas mereka. Kampung Cireundeu sendiri memiliki luas 64 hektar, terdiri dari 60 hektar untuk pertanian dan 4 hektar untuk pemukiman. Sebagian besar penduduknya masih mempertahankan tradisi leluhur, termasuk dalam pola konsumsi makanan dan sistem kepercayaan. 

Kegiatan ini memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa kebidanan, memperkaya pemahaman mereka tentang pentingnya menghargai dan beradaptasi dengan kearifan lokal. Dengan demikian, mereka dapat menghadapi mitos-mitos dengan cara yang bijaksana dan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih holistik dan kontekstual.

Kunjungan mahasiswa kebidanan ke Kampung Cireundeu merupakan langkah strategis dalam mengintegrasikan teori dan praktik, serta membangun kesadaran akan pentingnya kearifan lokal dalam pelayanan kesehatan. Melalui pengalaman ini, diharapkan para calon bidan dapat menjadi tenaga kesehatan yang lebih peka, adaptif, dan mampu menjembatani antara ilmu medis modern dengan tradisi masyarakat. Sinergi antara pendidikan, budaya, dan kesehatan ini menjadi modal penting dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang inklusif dan berkelanjutan.

0Komentar