Kerusakan jalan yang parah di kawasan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, khususnya di ruas Jalan Mohamad Toha hingga Jalan Raya Sudamanik, sudah jadi pemandangan sehari-hari. Kondisi ini bukan cuma mengganggu kenyamanan, tapi juga bikin ngeri para pengendara, terutama pemotor yang melintas setiap hari. Lubang jalan yang dalam, batu-batu berserakan, dan debu tebal seolah jadi “jebakan” permanen di jalur ini.
Sejumlah warga menyebut jalan rusak di Parung Panjang sudah sering menyebabkan kecelakaan tunggal, terutama bagi pengendara motor. Salah satunya adalah Santor Jones, warga yang sudah enam tahun tinggal di kawasan tersebut. Menurutnya, hampir tiap hari ada saja motor yang tergelincir atau jatuh karena kondisi jalan yang rusak parah.
"Lubangnya banyak banget jadi suka banyak yang jatuh, apalagi emak-emak atau cewek gitu aduh, sering banget terjadi di sini," ujar Santor Jones saat ditemui Kompas.com di lokasi, Jumat (20/6/2025).
Kalimat Santor menggambarkan betapa situasi ini bukan hal baru, melainkan sudah berlangsung lama tanpa solusi konkret. Kondisi makin parah ketika hujan turun. Aspal berlubang tergenang air, membuat batu-batu kecil jadi licin dan tak terlihat, sehingga sangat membahayakan para pengguna jalan. Inilah sebab mengapa banyak warga merasa resah dan frustrasi.
Menurut pengakuan Santor, tak sedikit pengendara motor yang terpeleset hingga terjatuh akibat tak bisa menghindari lubang dan kerikil di jalan tersebut. Ia bahkan mengaku sudah dua kali mengalami kecelakaan di jalur itu. Ini menjadi sinyal bahwa ada masalah serius yang butuh perhatian segera dari pihak berwenang, bukan sekadar tambal sulam musiman.
"Biasanya kalau Sabtu saya suka pulang ke Legok, tapi kalau lagi hujan, saya justru enggak berani pulang karena jalanannya licin. Saya saja sudah dua kali jatuh. Ngeri jalanannya," lanjutnya.
Tak cuma soal jatuh atau tergelincir, ada risiko lain yang sering kali luput dari perhatian: batu beterbangan dari ban kendaraan besar, terutama truk. Fenomena ini kerap terjadi ketika truk melintas di jalan yang rusak dan berbatu. Santor bahkan pernah kena lemparan batu dari bawah truk dan mengalami memar di tangan yang cukup parah hingga membuatnya tak bisa beraktivitas selama seminggu.
"Saya pernah, tangan kena batu. Untung aja saya lihat ada batu datang dari bawah mobil. Terus saya tepis pakai tangan saya, kalau enggak, kena kepala istri saya," jelas dia.
Insiden seperti ini menunjukkan bahwa persoalan jalan rusak bukan cuma soal ketidaknyamanan, tapi juga sudah masuk ranah keselamatan publik. Dari pengendara motor biasa hingga pejalan kaki, semua rentan menjadi korban. Bahkan, risiko bisa lebih parah saat malam hari atau hujan deras, saat lubang jalan tak terlihat jelas oleh pengguna jalan.
Selain merugikan warga, para sopir truk juga jadi korban tetap dari jalan rusak Parung Panjang. Banyak dari mereka harus menghentikan perjalanan karena ban pecah atau as roda patah akibat menghantam lubang besar. Situasi ini tak hanya menyebabkan keterlambatan pengiriman barang, tapi juga merugikan secara ekonomi.
Seperti yang dialami oleh Yandri (23), seorang sopir truk yang ditemui di lokasi. Saat itu, truk yang ia kendarai mengalami patah as roda, sehingga ia harus menepi dan menunggu bantuan. Truk yang membawa material menuju Jakarta pun terpaksa tertunda pengirimannya karena kondisi jalan yang buruk.
"Ini kita mau kirim barang material ke Jakarta tapi karena patah roda jadi harus harus berhenti dulu," katanya sambil menunjuk truk yang sedang terparkir di pinggir jalan.
Kerusakan kendaraan berat seperti itu tentu menambah beban biaya operasional bagi sopir maupun perusahaan angkutan. Tak heran, Yandri dan banyak sopir lainnya berharap pemerintah segera turun tangan menangani masalah ini. Perbaikan jalan secara menyeluruh bukan hanya penting, tapi juga sangat mendesak demi kelancaran distribusi logistik dan keamanan bersama.
"Untuk pemerintah supaya cepatlah perbaiki jalan Parung Panjang supaya enak buat kita lewati," ucap Yandri.
Jalan Parung Panjang ini memang salah satu jalur strategis yang dilalui ribuan kendaraan setiap hari. Dari angkutan logistik hingga kendaraan pribadi, semua mengandalkan jalur ini untuk aktivitas sehari-hari. Jika dibiarkan tanpa solusi yang konkret, efeknya bisa berantai: keterlambatan distribusi, meningkatnya kecelakaan, hingga dampak sosial yang lebih luas.
Namun hingga kini, belum ada tanda-tanda perbaikan menyeluruh dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat sudah lelah dengan tambal sulam sementara yang cepat rusak kembali. Mereka butuh solusi permanen, bukan sekadar janji atau proyek tambalan dadakan. Sebab, keselamatan mereka dipertaruhkan setiap hari di atas aspal yang tak layak pakai.
Dari sisi kebijakan publik, pemerintah daerah dan dinas terkait seharusnya segera mengambil langkah taktis. Terutama mengingat jalur ini termasuk dalam kawasan dengan kepadatan lalu lintas tinggi. Dengan memperbaiki jalan secara menyeluruh, pemerintah tak hanya menyelamatkan nyawa, tapi juga memulihkan kepercayaan publik.
Pemerintah bisa mulai dari pemetaan titik-titik terparah, lalu mengalokasikan dana infrastruktur yang memadai. Jangan sampai warga merasa harus ‘berdamai’ dengan bahaya setiap kali mereka berkendara di wilayah sendiri. Di tengah gencarnya pembangunan di berbagai wilayah, kerusakan jalan seperti ini semestinya tidak lagi jadi hal lumrah.
Sebagai catatan penting, kerusakan jalan bukan cuma urusan teknis, tapi juga soal keberpihakan pada keselamatan rakyat. Ketika akses jalan utama dibiarkan rusak, itu mencerminkan kegagalan dalam memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat. Sudah saatnya pemerintah menjadikan keluhan warga sebagai panggilan untuk bertindak, bukan sekadar data di meja rapat.
Kerusakan jalan dari Jalan Mohamad Toha hingga Raya Sudamanik di Parung Panjang bukan sekadar gangguan, tapi sudah jadi ancaman serius bagi keselamatan pengguna jalan. Warga seperti Santor dan sopir seperti Yandri berharap pemerintah segera turun tangan. Perbaikan total sangat dibutuhkan, bukan hanya tambalan sementara. Jalan yang aman adalah hak semua warga, bukan kemewahan yang harus diminta terus-menerus.
0Komentar