TSd7TUO5TfC6BUM8BUr0BSz0
Light Dark
Bogor Bersiap Tertibkan 200 Angkot Tua, Biskita Jadi Andalan Baru Transportasi Kota

Bogor Bersiap Tertibkan 200 Angkot Tua, Biskita Jadi Andalan Baru Transportasi Kota

Daftar Isi
×


Pemerintah Kota Bogor sedang bersiap melakukan langkah besar dalam sektor transportasi dengan menertibkan sekitar 200 unit angkutan kota (angkot) yang sudah melewati usia operasional. Langkah ini merupakan bagian dari transformasi moda transportasi publik menuju sistem bus massal modern, yakni Biskita Trans Pakuan.

Wakil Wali Kota Bogor, Jenal Mutaqin, menjelaskan bahwa penertiban ini dilakukan berdasarkan peraturan yang sudah tertuang dalam Peraturan Daerah tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Artinya, ini bukan sekadar wacana, tapi memang sudah ada dasar hukumnya yang jelas dan tegas.

“Sebanyak 200 unit angkot yang masa izinnya sudah habis akan dieksekusi. Dalam Perda disebutkan usia maksimal operasional angkot adalah 20 tahun dan tidak dapat diperpanjang. Maka, setelah masa izinnya berakhir, kendaraan harus dihentikan operasionalnya dan digantikan dengan moda transportasi Biskita,” ujar Jenal, pada Selasa (8/7/2025).

Menuju Kota dengan Transportasi Lebih Modern

Menurut Jenal, kebijakan ini bukan hanya soal menertibkan angkot yang sudah tua, tapi juga soal menyediakan transportasi publik yang lebih nyaman dan aman bagi warga. Pemerintah pun tengah mengajukan penambahan dua koridor Biskita dalam perubahan anggaran tahun ini agar akses transportasi makin luas.

Sebelumnya, baru dua koridor yang bisa dijalankan karena anggaran masih terbatas. Tapi sekarang, targetnya adalah mengoperasikan total empat koridor agar layanan bus bisa menjangkau lebih banyak titik. Jenal juga menyebutkan bahwa dalam rencana besar, total koridor Biskita mencapai 56 unit di seluruh kota.

“Targetnya, total koridor yang beroperasi menjadi empat. Kalau tidak salah, total keseluruhan koridor dalam rencana ada 56. Dan masyarakat sudah mulai merasakan manfaat dari Biskita ini,” tambahnya.

Langkah ini pun dinilai sebagai upaya serius pemerintah untuk mendorong masyarakat agar beralih dari moda transportasi lama yang tidak efisien ke transportasi massal yang terorganisir, ramah lingkungan, dan lebih manusiawi. Tentu saja, semua ini tetap dilakukan bertahap dan penuh pertimbangan.

Warga Mulai Cemas, Pemerintah Siapkan Kajian

Namun, bukan berarti langkah ini berjalan tanpa tantangan. Sejumlah warga mulai merasa khawatir aksesibilitas mereka terganggu karena jumlah angkot akan dikurangi. Menanggapi itu, Jenal menjelaskan bahwa Pemkot Bogor sudah mengantisipasi potensi masalah tersebut lewat kajian menyeluruh.

“Kita akan identifikasi dulu jalur mana yang terdampak paling signifikan karena pengurangan angkot. Jika dibutuhkan, koridor Biskita bisa saja ditambah. Tapi tentu melalui kajian mendalam, tidak bisa asal putuskan,” ujarnya.

Kajian ini penting agar pemerintah tahu secara tepat wilayah mana yang paling membutuhkan tambahan rute. Tidak semua wilayah bisa langsung dijangkau oleh Biskita, apalagi daerah padat dan jalan sempit. Tapi yang pasti, pemerintah berusaha hadir dengan solusi, bukan sekadar mengganti angkot saja.

Langkah ini juga membuka ruang kolaborasi dengan masyarakat. Warga bisa menyampaikan usulan atau keluhan melalui forum publik dan kanal digital yang disediakan. Semua masukan akan digunakan sebagai dasar dalam merancang rute-rute baru yang lebih efisien dan inklusif.

“Justru melalui konversi ini, kita hadirkan transportasi massal yang lebih tertib, nyaman, dan aman bagi masyarakat,” pungkas Jenal.

Biskita Bukan Sekadar Bus, Tapi Simbol Perubahan

Biskita bukan cuma soal moda baru, tapi simbol dari transformasi transportasi kota yang lebih modern dan terencana. Bus ini hadir dengan armada yang lebih ramah lingkungan, sistem pembayaran non-tunai, serta fasilitas yang mendukung kenyamanan penumpang, seperti AC dan kursi prioritas.

Dengan berkurangnya angkot dan bertambahnya Biskita, diharapkan kemacetan pun bisa ditekan, dan udara di Bogor jadi lebih bersih. Transportasi yang tertib berarti juga mengurangi konflik di jalan dan mempercepat mobilitas warga. Tak hanya itu, sektor UMKM di sepanjang rute juga ikut terdampak positif.

Pemerintah juga tengah mengedukasi para sopir angkot agar bisa beralih menjadi kru atau sopir Biskita. Jadi, pengurangan angkot ini tidak berarti menghilangkan mata pencaharian, melainkan mengarahkannya ke sistem yang lebih profesional dan berkelanjutan. Sebuah win-win solution yang inklusif.

Di sisi lain, pengguna transportasi umum sudah mulai memberi respons positif. Banyak warga mengaku perjalanan mereka kini lebih tenang dan lebih cepat karena tak perlu lagi menunggu angkot yang tak pasti. Bahkan, beberapa sekolah dan kantor mulai mendorong karyawannya naik Biskita agar lebih hemat waktu.

Transformasi transportasi bukan cuma soal mengganti kendaraan tua, tapi soal mengubah cara kita bergerak di kota. Dan kalau semuanya berjalan sesuai rencana, bukan tak mungkin Bogor akan jadi contoh kota lain. Karena perubahan besar memang selalu dimulai dari langkah-langkah kecil yang berani.

0Komentar