Salah seorang koki dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bojong Koneng, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Junaedi (28), merasakan berkat besar bisa kembali bekerja. Kehadirannya di dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG) tak sekadar pekerjaan, tapi juga jadi jalan rezeki bagi keluarganya.
Ilustrasi memperlihatkan petugas SPPG Cijayanti 2 tengah sibuk menyiapkan porsi makanan bergizi. Dari dapur itu, lahir 3.297 porsi MBG yang disebar ke 23 sekolah dari SD hingga SMA, posyandu, dan juga PAUD. Program ini bukan hanya soal gizi, tapi juga menggerakkan roda ekonomi warga sekitar.
Dampak Positif bagi Keluarga
Junaedi mengaku, "Saya senang mendapat kesempatan bekerja di sini. Apalagi tujuannya mendistribusikan untuk anak-anak sekolah." Baginya, pengalaman ini sangat berharga, sebab setiap masakan yang dibuat adalah santapan anak-anak seumuran putrinya. Maka dari itu, ia selalu menjaga kualitas rasa dan kebersihan.
Dia masih ingat, kadang anaknya berangkat sekolah tanpa sempat sarapan. Kini, dengan adanya MBG, ia tenang. "Program MBG ini sangat membantu, terutama bagi orang yang benar-benar kurang mampu. Apalagi untuk anak yang tak sempat sarapan di rumah," ujarnya. Kata orang Sunda, "Alus pisan" program ini.
Bersama delapan koki lain di SPPG, Junaedi kerap bereksperimen mencari variasi menu sehat. Diskusi rutin menjadi rutinitas seru agar makanan tak membosankan. Ia pun berharap MBG terus berjalan. Menurutnya, program pemenuhan gizi ini harus diteruskan oleh presiden-presiden berikutnya, demi masa depan anak bangsa.
Memberdayakan Warga dan UMKM Lokal
Tak hanya koki, pekerja pengemasan seperti Rukmini juga merasakan manfaat besar. "Tadinya seharian di rumah tidur, sekarang ada kerjaan. Terus anak-anak juga dapat manfaat makan bergizi," katanya. Program ini menjadi berkah yang membuatnya lebih produktif dan bisa membantu perekonomian keluarga.
Meski harus berangkat pukul 02.30 WIB dini hari untuk menyiapkan ribuan porsi, Rukmini tak mengeluh. "Selesai bekerja pukul 11:00 WIB. Delapan jam kerja," ujarnya. Selain mendapat upah, ia bisa menghemat pengeluaran harian karena anaknya sudah dapat makanan bergizi gratis di sekolah.
Keberadaan MBG juga menghidupkan ekonomi lokal. Kopdes Merah Putih dan UMKM sekitar ikut terlibat dalam penyediaan bahan. Roda ekonomi desa jadi lebih dinamis. Warga menyebut, program ini bukan hanya soal perut kenyang, tapi juga peluang kerja dan tambahan pemasukan bagi banyak orang.
Rukmini berharap MBG tak pernah berhenti. "Jadi, jangan sampai program ini dihentikan. Banyak warga sini yang terbantu dengan Program MBG," ujarnya. Dengan semangat kerja keras, ia yakin program ini bisa jadi warisan sosial yang terus berjalan demi generasi berikutnya.
Pada akhirnya, kisah Junaedi dan Rukmini menunjukkan betapa program makan bergizi gratis ini bukan sekadar soal makanan, tapi juga martabat, ekonomi, dan harapan. Dari dapur sederhana di Babakan Madang, lahirlah energi positif untuk masa depan. Singkatnya, MBG ini bukan hanya program, tapi sebuah gerakan ngarubah kahirupan.
0Komentar